Selamat membacaaa
Tengkyuhhhh!!! 😆😍😘
***
"Aaahhh...," desah Silva saat Alfa masih dengan sibuknya mengecupi dan menandai sekujur lekuk lehernya sambil sesekali meremas pelan dada gadis itu.
"Fa..., stop..it. Aku mau ngomong...," pinta Silva dengan suara tercekat-cekat. Alfa yang sedang menikmati itu langsung berheti dan menatap tunangannya dengan mata berkabut penuh gairah.
"why?"
"Aku dengar, Hamid sama istrinya lagi cekcok. Kayaknya, ini waktu yang tepat buat ngehancurin dia dan mengabulkan permintaan kembaran kamu."
"Caranya?"
Baru saja kedua bibir merah ranum Silva hendak berucap, tetapi ia dan Alfa justru di kagetkan dengan datangnya seorang lelaki bertindik di telinga yang kini berada di hadapan mereka.
"Kalau lo mau ngancurin bocah tengik itu, gue bantu!" ucap cowok asing tersebut.
"Lo siapa?" tanya Alfa.
"Gary. Ketua fans Vianada Ainun."
Silva perlahan meneguk ludah. Itu Gary, cowok tertampan di Bhakti Bangsa.
"Terus? Apa hubungannya?"
"Gue lihat. Itu anak sombong makin berani dekat-dekat sama Ainun. Dia udah berani buat gue geram. Kalau gue yang perfect ini gak mampu dapetin Ainun, berarti itu buncis busuk juga gak berhak dapatin Ainun!" Jelas Gary dan dibalas anggukan mengerti baik dari Silva maupun Alfa.
"Jadi gimana?"
"Simple. Gue jebak mereka. Terus, lo bebas ngapa-ngapain dia."
"Ainun gimana?"
"Buat Dafa!" potong Alfa cepat.
"Gue mohon sama lo, kali ini biarin kembaran gue dulu yang sama Ainun." Sambung cowok itu.
"All right, asal jangan sama Hamid gue rela," balas Gary setelah beberapa saat menimang permintaan Alfa.
"Jadi, deal?" tanya Silva memastikan.
"Deal!" jawab Gary dan Alfa kompak.
***
Hamid memarkirkan mobilnya tepat di pintu pagar belakang sekolah. Ia masih enggan menampakkan dirinya dihadapan sang istri. Entah takut, atau ragu. Pemuda itu melangkah memasuki wilayah sekolah dan menuju rooftop sekolah, tempat biasa berkumpulnya anak-anak nakal 'Bhakti Bangsa'.
"What's, Bray..!! Lama gak ketemu tambah macho aje, lo!" sapa Bobby yang melirik otot lengan Hamid dibalik kaos hitam yang dikenakannya.
"Haha. Apa kabar lo semua?"
"Baik, as always," jawab Sandy mewakili.
"Gimana kabarnya mantan ketua osis kita?"
"Maksud lo, Ainun?" tanya Mukti. Hamid mengangguk.
"Kalau mau tanya langsung sebut nama aja, gak usah malu-malu kambing begitu, coeg!" Ejek Damar.
"Ngapain sih, lo tanya-tanya tuh cewek sombong? Mendingan lo gue kenalin sama sepupu gue aja?" Tanya Gabriel yang sontak membuat Hamid menatap lelaki itu tajam karena telah berani mengatai Ainun.
"Ada benarnya juga si Iel. Lo sepertinya gak usah deh, mengharap sama cewek patung kayak Ainun. Dia itu gak ada apa-apanya. Cuma sok ngatur doang. Gak guna itu cewek. Semok kagak, bikin jengkel iya," kata Ikhsan ikut nimbrung.
Emosi Hamid makin tersulut naik. Ia berjalan mendekati Gabriel dan Ikhsan yang kebetulan duduknya bersebelahan.
"Ulangi coba kata-kata lo?!" titah lelaki itu dengan emosi.
"Mid, udah Mid. Mereka ada benarnya juga, lo yang sebenarnya juga salah dari awal milih is..."
"TUTUP MULUT LO, BANGSAT!!" maki Hamid langsung menyentak kasar tangan Sandy yang berada di bahu kirinya. Selama Sandy hanya bisa sabar karena ia juga sadar karena telah salah bicara.
"Lo berdua bilang apa tentang Ainun, HAH??!!"
Hamid meraih dasi Ikhsan dan menarik benda tersebut kasar agar wajah cowok itu semakin dekat dengannya.
" ORANG YANG BERANI MENGATAKAN HAL BURUK TENTANG AINUN GAK BAKAL GUE AMPUNI!!"
"Camkan itu!!" tukasnya dan segera beranjak pergi dari tempat tersebut.
***
Hamid menaikkan Volume AC di dalam mobilnya dan melempar asal jas berwarna biru gelap ke bangku belakang. Lelaki itu mengusap kasar wajah manisnya, meraih sebungkus rokok di atas dashboard mobil. Mengambil sebatang dan menghisap benda itu tampa menyalakannya. Membiarkan tembakau yang terasa manis singgah di bibirnya.
Kebiasaan baru Hamid. menikmati manisnya rokok tanpa menikmati asapnya. Cukup sudah jatuh sakit karena kelelahan bekerja, jangan ditambah dengan menghitamnya paru-paru karena asap karbon dari seputung rokok.
Setelah puas menikmati manis tembakau, Hamid meremas batang rokok tersebut. Menurunkan jendela mobil 'Toyota- Altis' yang dikendarainya, lalu membuang rokok tersebut sembarangan. Saat ia hendak menaikkan kembali kaca, yang di dapat justru Ainun yang tengah menaiki motor matic yang biasa ia gunakan. Gadis itu lalu mengenakan helm dengan wajah yang masih tetap datar dan aura dingin di sekelilingnya.
Terpintas keinginan lelaki jangkung itu untuk datang mendekat ke arah wanita yang sudah hampir dua bulan ini menyandang sebagai istrinya. Namun, tak bisa. Bukan karena tak mau, tetapi Hamid hanya belum siap untuk menatap wajah cantik Ainun yang teramat di-rindukannya. Ditambah ucapan Ainun yang menginginkan waktu untuk sendiri sampai Hamid memantaskan dirinya untuk benar-benar bersanding dengan sang mantan ketua Osis 'Bhakti Bangsa' tersebut.
" Aku merindukanmu, Ainun."
" I miss you, Ainun."
" ฉันคิดถึงคุณ, Ainun."
"나는 당신이 그리워요 , Ainun."
"あなたがいなくて寂しいです, Ainun."
"我想念你 , Ainun."
"Ich vermisse dich, Ainun."
Rapal pemuda itu dalam berbagai bahasa. Satu maknanya, ia merindukan gadisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/101848008-288-k494931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be my Sweet Darling [END]
Любовные романыHal yang paling indah adalah hal yang paling menyakitkan. Cinta. . Brukk! Dia keluar dari mobil sedannya dengan membanting pintu mobil keras disengaja. "Lo siapa?" tanyanya sombong. "Lo yang siapa?" tanya gue balik. Ish, adik kelas nyolot. Sok! "Gue...