28. Jatuh Cinta

2.3K 116 5
                                    

Halohayyyeee....

Tengkyuh pull buat semua komentar semangat, vote, dan apresiasi kalian terhadap bang Hamid dan Ainun yahhh..., kalian yang terbaik!

CEK IG aku yuk..., banyak quotes keren lohhh...

(at)tempeorek_23

***



"Saat kau siap membuka hati, itu artinya kau siap menerima segala kemugkinan yang terjadi. Entah ada yang mengisi, membuat hangat kemudian pergi, atau mungkin datang tiba-tiba kemudian menetap sampai nanti. Jangan bimbang. Siapapun yang mengunjungi hanyalah ujian. Untuk mengenali, mana hati yang berharap pada sesama dan mana hati yang berharap pada kebaikan Ilahi."

- AYUMDAIGO

***

VIANADA POV


Aku masih memejamkan mata menikmati elusan tangan Hamid di kepalaku. Posisi kami tak berubah sejak sejam yang lalu. Tubuhnya yang mulai terbentuk itu kini memeluk-ku dan membuatku bersandar pada dadanya.

"Jangan sampai kita pisah ya, Sayang," ucapnya pelan.

Terkadang aku berfikir. Bila harus berpisah atau cerai, aku sepertinya harus berfikir dua kali karena biaya cerai itu mahal dan katanya prosesnya itu yang, uuuggghhh... Belibet. Rumit dan bikin pusing!

"Sampai kapan kayak gini? Gue gerah," ucapku dingin.

"Selamanya. Sampai aku tua, sampai kamu jadi nenek dan aku jadi om-om."

Aku menatap wajahnya dengan kening yang berkerut. Maksudnya?

"Kamu kan lebih tua, jadi pasti lebih cepat jadi nenek-nenek."

Tuhh kan..., derita daun tua ini mah!

Papa... Inun gak mau sama brondong...!!!

Sialnya, aku malah nikah sama brondong. Jadi gini deh nasibku.

Eh, gak apa-apa deh. Brondong kaya raya ini, hihi....

"Eehh.. Aa..anu. sori kak, eh Aiii. Aku gak maksud bilang kamu tua, kok," ucap Hamid merasa tak enak saat mendapat pelototan tajam dariku.

"Terserah, siapa suruh nikah sama mbak-mbak yang lebih tua?!"

Hamid langsung bangkit dan berdiri. Melangkah keluar kamar.

"Mau kemana lo?"

Pemuda itu berbalik dan tersenyum kearahku. Ia malah berjalan mendekatiku dan mengelus rambutku pelan.

Cupp!

Hamid memberikan kecupan singkat di dahiku. Membuat diriku terpatung sejenak dengan kedua pipi memerah. Dan bocah itu hanya tertawa pelan.

"Mau sholat Ashar. Abis itu kita cari makan, ya. Kamu lapar kan?"

"Hhmm.."

Sial! Gue jadi gugup begini. Ini jantung juga, ngapain berdebar segala? Ah, apa karena efek setelah percobaan perkosaan barusan, ya?

***

"Iya, Ma..."

'...'

"Sama-sama. Mama cepat sembuh, ya."

'....'

"Waalaikum salam."

Sambungan terputus menyudahi perbincanganku dengan tante Erika. Eh, maksudnya mama. Aku masih tersenyum menatap layar ponselku. Merasa senang karena setidaknya, walau aku tepaksa menikah, aku mendapatkan mertua yang baik. Sehingga gak perlu repot-repot mendapat restu dan melakukan drama-drama istri dan mertua kayak di film-film kebanyakan.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang