23. Situasi Setelahnya

2.4K 132 7
                                    


Sorry typonya guyyss.., jangan lupa tinggalkan jejak agar aku makin cintahh, yaa... Eh, btw, Kalian tau gak, Kak Adinda Azani juga punya nama ringan 'penikmat senja' lohh.... Wahhh, ternyata kami sama-sama perindu senja ya, Haha. Orange senja memang moment paling romantis yaahhh.

Beloved,

Tempeorek_23.

***

VIANADA POV



Aku menikah..

Aku menikah...

Menikah...

Dengan seorang brondong kaya raya yang juga merupakan adik kelasku di sekolah.

Ini gila. Apa kalian percaya? Dalam semalam gue udah disunting dan resmi menjadi istri dari seorang anak pengusaha kaya raya yang nyata-nyatanya adalah adik kelasku yang tukang bikin onar dan paling ngejedag-jedug omongannya. Pemuda yang asik cengar-cengir disebelahku kini adalah pemegang buku nikah yang sama denganku. Singkat kata, ini bocah ingusan adalah suamiku.

"Mau ke rumah papa atau mau langsung ke rumah kita?" Tanya Hamid memecah keheningan.

"Rumah kita?"

"Iya. Rumah aku sama rumah kamu. Mau yang dikontrakan aja, atau yang satu lagi?"

"Ke rumah papa aja. Gue gak ada baju salinan."

"Gak mau beli aja, Yang?"

"Stop it. Gue geli dengernya!" keluhku sambil menatap jenuh kearah Hamid yang tengah fokus pada jalanan.

"Apanya? Mobilnya?" Hamid langsung memberhentikan laju mobil ini.

Astaga, dasar gak tanggap!

"Panggilan lo. Gue jijik dengernya."

"Ohhhh.... Sayang-sayang-sayang- sayang- sayang- sayangku, I love you Vianada Ainun," ucapnya sambil cengar-cengir gak jelas.

"Bodo amat."

"Amat gak bodo-bodo, kok. Kan udah lulus sekolah."

"Terserah."

"Lah, kok terserah sih?"

Aku menatap pemuda disampingku dengan tatapan penuh emosi.

"Hamid kampreetttt!!!" umpatku frustasi, dan ia hanya tertawa terbahak-bahak.

Ih, dasar sinting!!

***

"Assalamualaikum...." Suaraku menggema disepenjuru rumah yang nampak kosong.

"Pa... Bang Dani..."

"Wa'alaikum salam. Eh, non Ainun udah pulang," ucap mbah Yun mengagetkanku.

"Mbah, papa sama abang kemana?" tanyaku.

"Tuan sama den Dani pergi ke Amesrdam. Liburan."

"Amesrdam? Amsterdam?" Aku meralat jawaban mbah Yun, selama wanita paruh bayah itu hanya tersenyum malu-malu.

"Wah-wah. Ini suaminya ya, Non. Ganteng banget!" Puji mbah yun saat ia melihat hamid yang melangkah masuk dan berdiri di sampingku. Aku hanya tersenyum kaku menanggapi omongan tersebut.

"Ya sudah. Non nya istirahat saja. Mbah mau lanjut masak dulu." pamit mbah Yun dan segera meninggalkan aku dan Hamid berdua.

"Suami, Aii...." bisik lelaki itu tepat ditelingaku begitu mbah Yun pergi.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang