25. Kemarahan Hamid

2.6K 136 8
                                    

...

selamat membaca, semoga suka ^^

***


"Gak boleh begitu..., lo harus beda," gumam Ainun pelan namun masih bisa didengar jelas oleh Hamid.

Hamid menatap wajah cantik Ainun, lalu tersenyum tipis. Inilah yang ia maksud. Tidak ada orang yang benar-benar dingin di dunia ini. Setiap hati punya kehangatan, namun ada beberapa orang yang tidak tau caranya mengungkapkan kehangatan tersebut.

"Pulang dulu yuk!" Ajaknya.

***

Hamid langsung merebahkan dirinya pada karpet di depan tv. Hingga sekarang, Hamid dan Ainun masih memutuskan untuk tinggal di kontrakan milik Hamid. Karena dekat dengan sekolah dan dekat dengan kampus yang ingin Ainun tuju.

"Kapan mau jengukin mama?"

"Lagi sibuk. Kan ada pembangunan di Palembang," keluh Hamid. Ainun yang mendengarnya hanya mangut-mangut. Bahkan beberapa hari belakangan lelaki itu tidak masuk sekolah karena memfokuskan dirinya pada perusahaan dan kerjaan.

"Lagian gak usah dijengukin segala lah. Aku udah sering drop kayak gitu, mom sama dad juga jarang kok nemenin. Gak penting lah," sambungnya.

Ainun yang mendengar perkataan adik kelasnya barusan langsung berkacak pinggang. Dasar orang kaya! bantinnya. Ia makin sadar kalau suami brondongnya ini adalah salah satu penganut individualisme hasil tuntutan gaya hidup kebanyakan kolong merat.

"Lo gak boleh gitu! Pokoknya lo harus jenguk mama, gak perdulu apa alasannya!" titah gadis itu dingin.

Hamid mengangkat kepalanya menatap gadis yang duduk tepat didepannya.

"Lo ikut, ya?"

"Gak. Gue UAS minggu depan. Bentar lagi UN."

"Kalau gitu gue gak pergi," jawab Hamid enteng dan Ainun langsung melototkan matanya kesal.

"Kapan ke Palembang?" tanyanya. Hamid langsung memberikan ponselnya pada istri galaknya itu. Aduh, tipikal suami idaman banget deh.

"Lusa lo berangkat ke Palembang. Tiga hari disana, langsung nyambung ke Jepang!"

"Lama.... Nanti gue kangen lo, gimana? Lagian gak usah ngatur lah, udah ada yang ngurusin begituan. Kamu apaan sih?!"

"Gue?!" Ainun menunjuk wajahnya.

"Gue istri lo kalau lo masih nanya apa hak gue dihidup lo!!!" katanya dengan nada lebih mirip ejekan.

Hamid yang mendengarnya tertawa. Ini balasan yang waktu itu ya. Ahai, akhirnya nih cewek berhati batu ngaku juga kalau udah jadi bini orang. Ainun yang melihat tampang aneh-aneh Hamid langsung bergidik ngeri dan menyesali perkataannya barusan. Hmm, bakal jadi bahan bully-an ini mah.

"Ciieee..., jadinya, kamu istri aku nihh...?" goda cowok bermata cokelat gelap itu.

"Ap...aa..ya iyalah. Ma..masa istri tetangga!" jawab Ainun terbata-bata. Hamid yang melihat istrinya itu hanya menyeringai.

"Baiklah istriku..., bagaimana kalau kau memuaskan hasrat suamimu ini??" Hamid mencondongkan badannya. Ainun menatap tak percaya dan mengambil jarak menjauh dari tubuh pemuda itu.

Dan sebelum Ainun mengancang-ancang untuk memukul Hamid, lelaki itu telah lebih dulu mendaratkan ciuman tepat dibibir mungil Ainun. Mencium bibir yang selama ini mengeluarkan kata-kata sarkas dan ejekan. Bibir manis dari wanita yang begitu dicintainya. Selama yang dicium hanya terdiam dan terpatung. Merasakan bibirnya yang dikulum pelan oleh adik kelasnya itu. Ia langsung memukul-mukul bahu Hamid kasar.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang