20. I'm Sorry, I Love You

2.5K 138 7
                                    

"jika buku takdir menuliskan lo diciptakan sebagai pendamping gue, maka gue akan mewujudkan takdir itu, tapi jika sebaliknya. Maka gue akan berusaha sekeras mungkin merubahnya, sampai Tuhan merasa iba dan membiarkan takdir pendamping hidup lo adalah gue !"

- Novel 'EL' (karya Luluk_HF)

~~~

"Assalamuaalikum.." Hamid berulang kali mengucap salam dan mengetuk pintu rumah Ainun. Cukup lama menunggu hingga pintu rumah berwarna krem itu terbuka.

"Wa'alikumsalam. Eh, elo, Mid. Mau ketemu Ainun?" tanya Bang Dani.

"Iya, Bang."

Dani hanya meringis dan menepuk pundak tunangan adiknya itu.

"Masuk dulu. Lo sabar-sabar ngadepin Ainun, ya."

Hamid mengangguk kemudian meminta izin menuju kamar gadis yang sedari tadi siang membuatnya cemas itu.

Took..

Tok....

Beberapa kali lelaki itu mengetuk pintu kamar Ainun. Tapi tak kunjung mendapat balasan. Ia mencoba membuka pintu kamar. Tak terkunci. Sejurus kemudian, dia memandang bang Dani untuk meminta izin memasuki kamar adiknya itu, selama yang ditengok hanya mengangguk mempersilahkan.

Di dalam kamar, Hamid mendapati Ainun yang tengah tertidur pulas diatas ranjangnya. Astaga, setelah puas memainkan emosinya hari ini, gadis itu justru tengah tidur dengan damainya? Ckckc. Hamid langsung menuju tempat tidur, ikut merebahkan diri disana. Dipeluk gadisnya itu dari belakang, meletakkan kepalanya pada pundak Ainun, menghirup aroma gadis itu.

Ainun yang merasa tidurnya terganggu pun terbangun. Ia segera menyikut kasar orang yang memeluk dan mengganggu tidurnya itu.

"Kak..." panggil Hamid pelan setelah lengannya disikut Ainun.

"Kakak...."

"Ainun..."

"Sayang..."

Ainun yang mendengar panggilan terakhir Hamid langsung bergidik ngeri. Ia memutar tubuhnya menghadap laki-laki itu.

"Ngapain lo disini? Sana pulang!" katanya serak khas orang bangun tidur.

"Gak. Sebelum lo maafin gue. Gue minta maaf ya?"

Bukannya menjawab, gadis berkerudung bergo berwarna putih itu malah menutup telinganya membalikkan kembali memunggungi Hamid. Hamid yang melihat hal itu menghela nafas berat. Ia langsung mengangkat tubuhnya dan menindih Ainun, mengunci gadis itu dalam kungkungannya, menahan tubuhnya dengan lengan yang ia letakkan di kanan dan kiri gadis itu.

"Lo....., lo mau apa?" tanya Ainun gemetaran.

"Mau elo."

"Minggir gak!"

"Nggak mau. Maunya nikah."

"Ya udah. Nikah aja sana!"

"Ya udah. Minggu depan kita nikah."

"Nikah mbah mu!!"

Hamid tersenyum geli. Ia menggesek-gesekan hidungnya dengan hidung mancung Ainun.

"Mau nikah minggu depan tapi aku gak macem-macemin kamu, atau nikahnya kapan-kapan tapi sekarang kita gitu-gitu."

"Gitu-gitu? Halah, kayak berani aja lo."

Hamid tersenyum sinis, "Jangan menggodaku, Nona."

Lelaki berwajah manis itu perlahan mendekatkan bibirnya pada bibir kecil Ainun. Namun tertahan karena gadis itu telah terlebih dahulu mengantukkan keningnya dengan kening milik Hamid.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang