3. Buah Tangan Hati

4.4K 244 19
                                    

First you gonna say you ain't runnin' game, thinkin' I'm believing every word

Call me beautiful, so original, telling me I'm not like other girls

I was in my zone before you came along, now I'm thinking maybe you should go

Meghan Trainor -NO

~~~


"Uuuhhh gile panasnyee!"

Ainun menoleh ke arah sahabatnya yang sedang sibuk mengipas-kipas dan mendumeli cuaca panas hari ini.

"Iya panasnya subahanallah ya... Coba aja kalo ada yang bawain es gitu," kata Ainun ikut-ikutan memangku dagu di meja.

"Untung guru fisika gak masuk. Kalau masuk, beeuuhh... Gue tinggal tidur !"

"Hahaha.. Serah lu dah, Mith. Eh itu bukannya Fadlan ya?"

"Ahhh iya. Nun, gue mau jajan es deh sama Fadlan."

Ainun makin mencebikkan bibirnya begitu Fadlan benar-benar membawa sahabatnya pergi. Aduhai nasib, sudah panas kering merinting begini, eehhh malah jadi jones karena sahabat ninggalin KT. Uuuukkhhh, sabarkan hati dedek Inun ya Allah....

"Ainun gue pinjem Mitha bentar ya, ntar kita beliin lo dah," izin Fadlan, pacarnya Mitha.

"Udah ahh, sono lo pergi. Liat lo berdua tambah panas nih hati gue."

"Panas kenapa?"

"Liat lo berdua. Zina pegangan tangan di depan mata gue ! Astagfirullah... Ternodai mata adek ya Allah.."

Pllttakk-

Fadlan menyentil dahi lebar Ainun.

"Lo makanya jangan belagu. Kakak gue sih ditolak mulu. Jones kan lo sekarang."

Kakak Fadlan, kak Findu memang menyukai Ainun. Namun emang dasarnya aja tuh Ainun yang dingin. Jadilah kak Findu si polisi muda ganteng ditolak juga sama dia. Kurang apa coba kak Findu, udah tampan, mapan, beriman pula. Ckck, memang susah kalau sudah mati hati.

Ainun kembali menyembunyikan wajahnya di balik kedua lipatan tangannya begitu kedua mahluk antah berantah tadi pergi dari hadapannya.

"Kak?"

Ainun menoleh mendapati seseorang memanggilnya.

"Hamid, kenapa?"

"Oleh-oleh."

Hamid menyerahkan tas tenteng berwarna hijau tua.

"Untuk?"

"Menyampaikan izinku."

Ainun hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O.

"Makasih."

Hamid mengangguk kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kak.."

"Hhmm?"

Ainun melihat ke arah adik kelasnya itu, mendapati wajah Hamid yang menegang dengan telinga yang memerah karena malu.

"Gak jadi deh kak."

Kemudian Hamid segera pergi dari kelas Ainun. Ish, dasar adik kelas gak jelas !, batin Ainun gemas. Ia tak suka bila namanya dipanggil tapi gak ada penting-pentingnya begini.

"Ciiiieee Ainun dilirik adik kelas..." goda anak-anak kelas yang langsung dihadiahi tatapan tajam layaknya elang kepunyaaan Vianada Ainun seorang.

***

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang