16. Setelah Itu

2.6K 145 1
                                    



"Wah, wah... Ada calon papah muda nih," ejek Sandy saat Hamid melangkah menuju gerombolan di belakang gedung sekolah.

Hamid tersenyum malu-malu lalu menjabat tangan setiap temannya ramah.

"Diem, lo nyet!" Hamid menjawab ejekan laki-laki itu. Sayangnya ayah Sandy juga ikut diundang dalam acara kemarin. Namun ia ingat dengan jelas syarat yang diberikan Ainun. 'Jangan ada yang tau tentang hubungan kita di sekolah!' Dan itu membuat Hamid tersiksa. Dirinya tak dapat leluasa memamerkan Ainun sebagai calon istrinya.

"Dari mana aja?" tanya Damar.

Hamid mengalungkan asal dasi sekolahnya.

"Biasa, divisi bagian buat masalah. Terpaksa gue turun tangan."

"Oh. Eh, Mid. Karyawati di kantor lo cantik gak?"

"Secantik-cantiknya mereka, lebih cantik Kak Ainun."

"Suuuuiiiiitttt...... Kalau gini, gue nyerah deh. Ainun buat lo aja. Sekarang idola gue Silvana anak TirJa," kata Damar. Hamid terkejut, kedua matanya membulat sempurna.

"Lo kenal?"

"Ya iyalah. Siapa yang gak kenal? Dia kan gebetannya Alfa."

Hamid terdiam. Ada sedikit rasa sakit di hatinya. Setahun lalu, perempuan yang bernama Silvana juga pernah menjadi kekasihnya. Kekasih yang cantik dan munafik. Sudahlah,jangan dibahas tentang itu,membuat Hamid kesal saja. Ia membisikkan sesuatu ke Sandy.

"Gue cabut dulu. Mau ngapelin tunangan gue."

***

Lelaki bertubuh tegap berkulit sawo matang itu berjalan lurus disepanjang koridor sekolah yang sepi. Sekarang harusnya pelajaran matematika, namun ia enggan mengikuti pelajaran penuh angka menyesakkan tersebut. Hamid mempercepat langkah kakinya saat melihat dua orang kakak kelas yang baru keluar dari toilet wanita. Salah satunya itu Ainun. Mantan ketua Osis yang sejak kemarin resmi menjadi tunangannya.

"Ainun..!!" panggilnya.

Gadis itu tak bergeming. Ia terus saja berjalan sampai saat Hamid menahan paksa sebelah lengannya.

"Pasangin dasi," pintanya.

Ainun membisu.

"Ai... Dasi pasangin.."

Gadis tersebut mendongak menatap wajah lelaki di hadapannya.

"Minggir!" titahnya dingin.

Hamid melenggos kesal. Selalu saja dingin dan kaku seperti ini. Sebenarnya, apa yang dirasakan Ainun? Apa ia tak bisa sedikit saja manis padanya?

"Lo kenapa lagi sih? Lo gak suka sama gue? Terus, kenapa kemarin lo mau tunangan sama gue?"

"Lo yang minta."

Skakmat, Hamid.

Memang benar adanya, ia yang terlebih dahulu memaksa Ainun untuk menerima pinangannya. Hamid menyentuh pelan wajah gadis yang ada di depannya.

Suhu tubuhmu normal, tetapi kenapa hatimu masih bersuhu dibawah rata-rata?, batinnya.

"Tolongin dasi."

"Ogah."

"Hei, gadis berhati dingin!" Hamid menaikkan suaranya. Gemas sekali.

Ainun malah tersenyum sinis. Ia mulai memakaikan dasi yang sedari tadi menjadi permintaan Hamid.

"Sayangnya, gadis berhati dingin ini adalah tunangan lo." kata Ainun datar, tenang, dan pelan.

Kalimat barusan yang dilontarkan Ainun sukses membuat Hamid tersenyum senang. Ternyata gadis itu sadar bahwa ia adalah tunangan dari seorang Hamid Bramawisnu.

"Bulan depan kita nikah, yuk."

"Seminggu sebelum gue UN?"

"Iya. Biar gue bisa bantu lo."

"Bantu apa? Mencari kunci jawaban UN, begitu? Lo aja nilai kimia masih 30."

"Bantuin do'a lah, Ai. Kan do'a suami langsung di ijabah. Apalagi gue yang sholeh begini."

Ainun menggeleng-ngelengkan kepalanya. Sejurus kemudian, gadis berhijab itu meninggalkan Hamid sendirian dengan fantasi-fantasinya yang menggila. Tunangan brondongnya.

***

Hamid berjalan di belakang Ainun saat menuju parkiran sekolah. Setelah cekcok cukup panjang dan Hamid yang rewel meminta agar Ainun pulang dengannya, akhirnya gadis itu setuju juga. Tetapi, tetap saja jangan terang terangan. Alias pakai metode kucing-kucingan.

Tanpa mereka sadari, ada dua orang lelaki yang menatap keadaan itu dengan seksama dari seberang jalan.

"Fa, cewek yang makai kerudung itu siapa sih, namanya?"

"Lo pengen dia?"

Lelaki yang tadi bertanya itu mengangguk malu-malu sambil menggaruk tengkuknya.

"Boleh memang?"

"Ya, bolehlah. Apa sih yang enggak buat saudara kembar gue tersayang." Ia tersenyum sinis.

Akhirnya ada lagi cara menjatuhkan seorang Hamid Bramawisnu. Dan kali ini ia pastikan ampuh. Hamid akan hancur sehancur-hancurnya sampai ia mengemis dan menangis darah meminta ampun padanya.

.
.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang