24. "... lo harus beda."

2.1K 136 8
                                    

Maaf yah, mungkin telat. Ehh, emang telat sih, kayaknya, wkwk. Aku lagi revisi novel nih. Insyaalah secepatnya bakal di terbitin secara indie (self publiction). Demo dan promosi novel juga PO bakal aku bikin di story lain yahh..., tunggu aja..!!

LuV YoU AlL...

***

"Nun..." Panggil Hamid disuatu ketika saat mereka berada dalam perjalanan ke toko buku.

"Hmmm..." Ainun hanya berdehem pelan.

"Ainun...," panggil Hamid untuk kedua kalinya.

"Apa??" jawab Ainun malas sambil menatap jenuh kearah cowok yang menggunakan T-shirt berwarna orange itu.

"I love you," kata pemuda itu diiringi tawa jenaka. Selama yang diledek hanya menggelengkan kepala melihat tingkah suami brondong-nya itu.

"Mau sampai kapan memangnya cinta sama gue?" balas Ainun.

Sudah lebih dari sebulan ini mereka menikah dan hobi baru gadis berhijab itu adalah membalas gombal receh Hamid dengan pertanyaan tantangan atau ejekan khas dirinya.

"Selama dua kali dua hasilnya empat, bumi bersatelit bulan, dan selama ketetapan Avogadro masih 6,02 X 10^23 , maka selama itulah hati gue masih menjadi milik lo."

Kan, adik kelasnya ini memang pandai sekali memputar balikkan keadaan seperti ini. Ah sudahlah, Ainun juga sudah malas melanjutkan percakapan tak berbobot seperti sekarang.

"Eh, katanya, Mitha sama Fadlan juga lagi di toko buku."

"Bagus dong."

"Bagus apanya?"

"Kita bisa pamer kemesraan, Sayang." Hamid tersenyum sumringah lalu secepat kilat mengecup pipi istrinya. Otomatis, mobil yang ditumpangi keduanya langsung tak terkendali.

"HAMID GEBLEKK!!" teriak Ainun.

"Lo mau buat gue mati apa?"

"Yah, Ai. Ya kali gue jadi duda di umur 16 tahun. Nanti jadi duren loh gue, duda keren."

"Astagfirullah..., memangnya siapa juga yang mau mati muda? Dasar sinting!!" umpat Ainun kesal.

Hamid hanya tertawa dan menatap gadis dengan balutan hijab berwarna putih itu sambil sesekali mengucap syukur. Ia adalah pria yang begitu beruntung telah dipertemukan dengan sang pemilik hati diwaktu yang secepat ini. Ainun memang perlu banyak perbaikan, tapi Hamid tetap suka. Suka Ainun sampai selama-lamanya....

***

Setelah puas berburu buku, kini keempat anak SMA Bhakti Bangsa itu tengah duduk di debuah restauran cepat saji yang juga berada di sekitar tempat perbelanjaan. Semuanya terfokus pada gadget masing masing. Tak terkecuali Ainun. Gadis itu tengah asik membaca cerita wattpad yang belum sempat selesai beberapa waktu belakangan.

"Baca apa, Yang?" tanya Hamid pelan sambil mendekatkan diri pada istri galaknya itu.

"Wattpad," jawab Ainun sekenanya.

"Baca ini aja. Punya aku." Hamid menyodorkan ponselnya yang sudah terlaunching sebuah E-Book.

"Lo yang buat?"

"Bukan, Yang. Tukang bangunan kompleks rumah kita yang buat."

"Oh."

Hamid terdiam. Mati kutu sudah dia kalau Ainun sudah sibuk dengan fantasi romance nya. Gadis itu terlalu mencintai aksara sehingga ia tak sadar bahwa pangeran berkuda putihnya telah datang ke kehidupan nyata. Faktanya, Ainun terlalu larut dalam kesenangan fiksi yang membuatnya enggan merasa sakit hati yang sebenarnya. Padahal, semua orang butuh merasakan sakit hati agar hatinya kuat. Karena kita butuh hati yang kuat untuk hidup di dunia yang keras.

"Hamid boleh minta ig lo, gak?" tanya Mitha tiba-tiba.

"boleh kak. Ig-nya @havi124."

"Astagaaa..., banyak banget fans cewek lo," kata Mitha yang semakin percaya kalau Hamid itu populer.

Hamid melihat sekilas ponsel Mitha. Ia mengangguk, "yang itu namanya Rebecca. Anak kolong merat juga," terangnya singkat.

"Cantik?" tanya Fadlan gamblang.

"Cantik."

"Baik?" tanya Fadlan lagi.

"Baik banget kak. Kayak bundadariiii...," jawab Hamid dramatis yang dibuat-buat. Siapa tau aja Ainun jadi kepancing, terus emosi, terus, terus...

Ahhh membayangkannya saja sudah membuat pemuda itu tersenyum kegirangan.

Sedetik..

Dua detik...

Krikk... krikkk...

Tak ada respon dari Ainun. Gadis itu tetap tenang ditempat sambil terus memperhatikan gadget-nya seolah tak ada yang terjadi.

"Dia emang gitu, Mid. Mati rasa orangnya. Mau lu direbutin kek, mau jalan sama cewek lain kek, mau lu ciuman sama cewek lain juga, INI MANUSIA SATU GAK BAKALAN CEMBURU!!" kata Mitha sambil menekan 6 kata terakhir ucapannya.

"Ngapain cemburu. Anak bocah kok dicemburuin." Ainun angkat suara dengan satu kalimat sarkasnya.

Seketika suasana menjadi hening dan sunyi, posisi ini tak mengenakkan bagi Hamid. Mitha dan Fadlan yang mengetahuinya hanya berusaha diam tak melanjutkan perbincangan demgan nona es batu yang memang sudah mati rasa itu.

***

"Bentar, Yang," izin hamid pada Ainun saat dirinya menerima sebuah panggilan telefon.

"Halo.."

'Mama kamu masuk rumah sakit di Jepang.' Suara bariton seorang ayah terdengar.

"Kok bisa?"

'kelelahan. Tekanan darahnya juga rendah. Ia dirawat intensif disini. Kamu bisa datang, Nak?'

Hamid terdiam sejenak. Sejurus kemudian ia tersenyum miring.

"Saya juga sibuk, Yah. Ada pembangunan di Palembang yang belum selesai," tukasnya dan segera mematikan sambungan telefon.

Begitulah salah satu cotoh percakapan dalam kehidupan kolong merat. Bukannya Hamid tak ingin datang menjenguk mamanya, tetapi ia hanya sedang lelah saja. Dan juga, saat ia sakit bahkan orang tuanya juga tak ada di sisinya bukan. Oh, mungkin kalian bisa mengingat kejadian kecelekaan hamid beberapa bulan lalu.

"Siapa yang nelfon?" tanya Ainun tiba-tiba.

"Papa."

Gadis itu membulatkan bibirnya, "kenapa? Tumben?"

"Mama masuk rumah sakit."

"Hah?! Terus, kok bisa sih? Dirawat kemana?" tanya Ainun kaget begitu mendengar jawaban dari Hamid. Mama Erika itu baik, dan Ainun sudah menganggapnya sebagai mamanya sendiri. Mama yang jauh lebih baik daripada Bundanya sendiri.

"Gak tau deh."

"Kamu gak ke sana?"

"Males, ah. Sibuk."

Ainun menatap tak percaya kearah lelaki di sebelahnya. Ia menatap wajah Hamid. Pemuda itu bohong, ia sebenarnya peduli. Sangat terlihat jelas dari sorot matanya yang menyendu. Ingin peduli, namun enggan. Tipikal orang kaya banget!!

"Gak boleh begitu, lo harus beda," gumam Ainunpelan namun masih bisa didengar jelas oleh Hamid.








kasih Vote dongg..., pelukan juga boleh. biar semangat...??!! ^^

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang