33. Hilang?

2.4K 108 4
                                    

maaf kalau aku terlambat yahhh, lagi revisi besar-besaran di Be My Sweet Darling. Kalau udah beres, bakal aku post yang rapih di Wattpad. Thengkyuuuhh... :*

***

Hamid langsung beranjak pergi secepatnya setelah ia membopong tubuh Silvana masuk ke dalam rumahnya. Lelaki itu merasa jijik dan tak ingin menginjakkan kedua kakinya disana. Tanpa pamit, Hamid melangkah keluar pintu masuk rumah mewah tersebut. Namun tertahan karena lengannya yang ditahan oleh seseorang. Itu Silva.

"Makasih," ucap gadis itu.

"Lepaskan tangan gue. Gue harus pulang."

"Hamid, bisakah kita mengulang yang dulu? Gue menyesal."

"Mengulang yang dulu?, sama lo?. Dan meninggalkan istri gue?."tanya Hamid sinis.

"Please..., gue benar-benar menyesal. Kalau gue enggak ikutin kemauan Alfa, gue pasti udah berakhir sama lo. Gue bener-bener nyesel udah setuju sama rencana busuk Alfa." Silva mengeratkan cengkramannya pada lengan Hamid.

"Kita kembali ya..... Kasih gue kesempatan kedua buat memperbaiki semuanya," sambung gadis cantik itu.

"Never! Tidak ada kesempatan kedua untu Silvana Yandara!!" Tukas Hamid penuh penekanan dan segera menyentak kasar lengannya. Melepaskan cengkraman tangan hina Silva pada lengannya.

***

Hamid melajukan mobilnya diatas kecepatan rata-rata. Sesekali terdengar suara klakson mobil dan kendaraan lain yang memprotes cara berkendara lelaki itu. Ia tak punya waktu banyak, secepatnya Hamid harus menjelaskan kesalapahaman ini dengan Ainun.

Cowok itu menggedor keras pintu rumahnya. Itu terkunci, pasti Ainun tengah berada di dalamnya.

"Aiii...," lirih pemuda itu saat mendapati wajah cantik istrinya begitu pintu terbuka.

Selama Ainun hanya bersikap tenang. Gadis itu memang memiliki karakter dingin. Tidak heboh, termasuk urusan emosi seperti ini.

"Ainun. Aku-akuu minta maaf banget soal yang di jalan tadi. Dia..., dia teman kecilku dulu. Plis, kamu jangan marah ya?'' tubuh kokoh Hamid menyeruak memaksa memeluk tubuh kecil Ainun di hadapannya.

"Lepasin gue," Ainun angkat bicara. Didorongnya tubuh pemuda itu hingga tersungkur dan melepaskan pelukannya.

Hamid tak menyerah. Ia segera bangkit dan berusaha meraih kedua telapak tangan istrinya. namun terlambat, Ainun sudah lebih dulu menyembunyikan telapak tangannya dibalik badan. Jangan, ia masih enggan di sentuh oleh pria yang sudah menyentuh wanita lain.

"Aii..., aku.., aku.., aku beneran minta maaf soal tadi. Maaf karena aku ngilang begiitu aja. Aku cuma takut, kalau aku aku memaksa kamu, kamu justru malah jauh dari aku. Please, sayang..., jangan marah sama aku, ya?" Hamid makin meyakinkan Ainun. Dipenganggnya kedua pundak gadis itu.

Ainun menatap wajah lusuh Hamid datar. Ia tidak tau harus apa. Ia tidak bisa berekspresi lagi. Hatinya otomatis membeku, ide lancar yang sudah ia susun matang-matang untuk menghukum suami brondongnya mendadak menghilang.

"Pergi," gadis itu kini bersuara, lewat satu kata dengan nada sedatar-datarnya.

Hamid yang mendengarnya otomatis mendongak. ia menatap wajah Ainun terkejut. Jangan, jangan suruh Hamid pergi untuk kedua kalinya. Ia bukanlah pecundang, ia hanya salah melangkah.

"Nggak!"

"Aku yang salah disini. Terkadang menjadi satu titik lemah, dan kadang membuatmu lelah...

Aku yang salah disini. Sering datang dan pergi sesuka hati, membuatmu resah setengah mati..

Aku yang salah disini. Bersumpah akan menjagamu, namun diri tak sanggup untuk itu...

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang