30. saling merindukan.

2.3K 118 7
                                    

KALIAN BENERAN READERSNYA tempeorek_23 ? Hmmmm, yuk buruan cek ig aku untuk lihat berbagai quotes dan plan cerita yang bagus dan ngena! Ada fact Utara dan Selatan juga lohhh

ig = tempeorek_23

***


Yang gak enak dari marahan itu, ya nahan rindunya. Apalagi kalau pakai acara pisah-pisahan. Beuh, bukan main rindunya. Rasa hati yang sudah terbiasa akan hadirnya sang pemilik hati jadi terasa kosong begitu ia pergi dan meninggalkan kita sendiri. Itulah yang kini dirasakan Hamid.

Pemuda itu masih berusaha menepis rindu yang mengganggu dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan di depan mata. Ia masih bernafas gusar. Menyesali kejadian tadi siang saat emosi menguasai dirinya dengan keegoisan semata.

"Persiapkan, malam ini juga, saya berangkat ke Bangkok," katanya pada seorang pria yang menjadi sekertaris dadakan.

"Baik, Pak."

Hamid melangkah keluar perusahaan menuju kontrakannya. Semenjak menikah dengan Ainun, semua barang-barang seperti koper atau baju selalu ia tinggal dirumah. Alasannya cuma satu, biar Ainun yang membereskan. Jadi serasa punya istri sungguhan!

"Assalamualaikum..." Suara bariton milik laki-laki itu menggema di sepanjang rumah kontrakan berkamar satu yang tak berpenghuni itu.

Lelaki berwajah manis tersebut melangkah menuju dapurnya. Menengok keadaan rumah, memastikan sebelum berpergian. Tetapi rasanya, itu tidak diperlukan. Cucian piring telah bersih semua. Dan rumah tak berantakan. Hamid membuka pintu kulkas berwarna putih di dapur.

'Makanan ini cepat saji. Tinggal tumis sedikit, atau hangatkan di teflon.'

Dua kalimat itu terpampang nyata dalam note berwarna jingga. Keadaan kulkas yang kosong, sekarang diisi banyak lauk cepat saji yang dimasak praktis. Hamid menyunggingkan senyum. Ini kerjaan istrinya. Ia tahu itu.

"Hhhhmmmm..., bawa aja, lah." Hamid meraih semua makanan kemasan tersebut dan menaruhnya dalam koper. Makanan itu saja yang akan ia makan selama di Bangkok. Mungkin 3 sampai 4 hari lamanya.

"Cewek itu, ckk...!"

***

Malam ini adalah malam penuh peluh bagi Ainun. Kerudung bergo warna hitam yang menutupi rambutnya mulai basah karena keringat yang bercucuran akibat olahraga malam bersama sansak hitam bang Dani. Ainun terus melayangkan tinjunya, sesekali merapalkan rumus matematika umum yang akan di UN-kan besok.

Belajar yang tenang sembari di depan buku? Aduh, Ainun sudah mencobanya. Namun bayangan cowok tengil itu selalu terbayang bah fatamorgana yang selalu meng-gentayangi-nya. Siapa lagi kalau bukan cowok egois yang entah kenapa, bisa menyandang gelar sebagai suaminya itu.

"Dek...!!" Dani memanggil Ainun yang sudah seperti Chris John yang tengah berlatih. Namun ini versi perempuannya, lebih menegangkan.

"Apa?"

"Ini bolu, lo yang bikin, kan?"

"Hhmmm.."

"Gak diracunin, kan?"

Pertanyaan Dani barusan membuat Ainun berdecih sebal. Percuma punya kakak tampan kalau otaknya gak digunain!

"Walaupun nilai kimia gue 97, gue gak ngerti caranya bikin racun."

"Yeeeehhhh..., se-Indonesia juga tau. Mana ada anak SMA bisa bikin racun. Nih, gue nanyanya ini bolu aman atau nggak?"

Ainun menoleh ke arah kakaknya sambil menatap tajam penuh penekanan. Seolah ia ingin lelaki bertubuh tegap itu pergi jika ia tak ingin menjadi pengganti sansak hitam yang sedang Ainun siksa.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang