13. Siang hari itu....

2.7K 146 3
                                    




Brukk-

Hamid menutup pintu mobilnya keras disengaja diikuti Sandy dan kawan-kawan lainnya yang juga melakukan hal yang sama. Mereka baru saja kembali dari berperang demi menjaga kehormatan pasukan 'Brandal Bhakti Bangsa' yang katanya harus dilindungi walau nyawa taruhannya.

"Ahhh... Bos model banci. Baru digibak sedikit udah lari," kata Ikhsan sembari mengelap sisa-sisa darah dari luka di sudut bibirnya.

"Santai aja, bray. Siapin aja diri lo buat lawan yang setimpal."

Sandy menepuk pundak kawannya itu.

"Siapa?"

"Nohhh, Tirta Jaya."

Baiklah, mungkin perlu diperjelas. Dua kubu antara SMA Bhakti Bangsa dan SMA Tirta Jaya adalah musuh abadi sehidup semati. Well, dari guru-guru sampai murid pun selalu ingin beradu, siapa yang lebih hebat, lebih WAH. Dan jangan salahkan anak-anak bandel 'Brandal Bhakti Bangsa' bila ada perkelahinan bulanan dengan SMA 'TirJa' seperti itu.

"Siapa yang mimpin mereka?"

"Alfa."

Hamid menaikkan sebelah alisnya. Kemudian tersenyum sinis.

"Gue yang urus dia. Kalian beri aja pelajaran buat yang lain. Kirim tanda peringatan buat mereka."

"No! Mereka gak bakal menghiraukan kalau tanda peringatan doang, Ham."

"Kalau gitu digertak juga asik. Ratu semut dibunuh, pasukan semut menyerang. Ketua geng digebuk, anggota lain menggeram. Iya nggak?" Tukasnya sambil tersenyum miring penuh arti. Akhirnya, dendamnya bisa langsung terbalaskan dalam satu kali rencana!

"Serah lo pada, dah. Gue mau beser dulu!" Celetuk Bobby asal dan segera menuju ke toilet terdekat.

"Ehhh... Si Bobby! Kunaon euy? Mukanya warna-warni begitu. Merah, biru, ungu." Tanya mang Jajang saat mendapati Bobby yang ada di depan toilet.

"Nggak apa-apa mang."

Bobby langsung menginggalkan petugas kebersihan itu.

"Ehh.. Mau kemana?"

"Ke toilet lah, Mang. Ya, kali mau ke mall."

"Toilet cowok di sebelah sana."

"Au ah. Kebelet, Mang. Udah mang Jajang santai aja. Kalem woles!"

***

Seseorang tengah mengawasi gadis cantik di seberang jalan yang tengah sibuk melihat kanan-kiri menunggu jalanan sepi. Ditangannya terdapat beberapa buku yang dipastikan membuatnya repot untuk menyeberang. Lelaki yang sedari tadi mengamati itu jadi gemas sendiri.

"WOOOIIII... AYO CEPAT !!!" teriaknya diikuti tangannya yang terentang kedepan membantu gadis berhijab itu menyeberang. Dengan langkah tergesa-gesa, Ainun menyeberangi jalan raya tersebut.

"Lain kali, rentangin aja tangan lo. Pengendara juga gak bego-bego amat, kok. Mereka pasti ngerti maksud lo," terangnya.

"Makasih," jawab Ainun datar dan segera meninggalkan lelaki yang tampannya diatas rata-rata itu.

"Ehh... Tunggu..!!" lelaki itu mengejar Ainun sambil setengah berteriak. Ia menahan Ainun dengan meraih sebelah lengan gadis itu dan......

Bugghh-

sebuah hantaman mendarat sempurna ke arah lelaki jangkung tersebut.

"Berani lo nyentuh cewek gue!!" kata si pemukul dengan penuh amarah. Pemuda itu tak lain adalah Hamid Bramawisnu, anak kelas X yang mengaku telah jatuh hati pada Ainun.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang