17. Dafa & Alfa

2.4K 128 1
                                    


Dafa dan Alfa sedang berdiri disamping mobil sedan miliki Alfa. Mereka sedang menunggu Silva. Dafa yang hanya sedari tadi menatap tanah tempat ia berpijak sekarang justru tengah asik melihat ke arah seberang jalan.

Gadis itu!

Gadis yang sudah membuatnya penasaran. Gadis unik yang langka!!

"Fa, cewek yang makai kerudung itu siapa, sih namanya?" Ia menunjuk ke arah gadis yang dimaksud.

"Lo pengen dia?"

Dafa terdiam sesaat. Ia tak yakin sebenarnya, tetapi rasa-rasanya bila bersama gadis itu hidupnya akan jauh lebih senang dan bahagia, berwarna. Dafa menganggukan kepalanya malu-malu sambil menggaruk tengkuknya.

"Boleh memang?" Kini ia melihat ke arah saudara kembarnya.

"Ya, bolehlah. Apa sih yang enggak buat saudara kembar gue tersayang."

Lelaki itu pun tersenyum senang.

***

Namanya Dafa Putra Wijaya. Mungkin kalian sudah terlalu cerdas sehingga bisa menebak kalau Dafa ada hubungannya dengan Alfa. Itu benar. Mereka adalah sepasang saudara kembar yang identik, namun dengan sifat yang berbeda.

Alfa yang cenderung kasar dan gegabah, gila kekuasaan dan hobi memainkan hati wanita, Alfa yang bandel dan suka dugem di club malam, Alfa yang hidupnya penuh gaya foya-foya.

Berbeda dengan Dafa. lelaki berkulit putih pucat bah aktor korea ini jauh lebih kalem, pembawaannya tenang, pemalu, dan yang paling penting penyendiri. Lebih suka lengket sama ibu atau ayahnya dibanding dengan teman-temannya.

Dan karena sifat Dafa itulah, Alfa dan Dafa adalah saudara kembar yang serasi. Saling melengkapi.

"Lo masih mau tau tentang dia, Fa?" tanya Alfa saat mereka dalam perjalanan pulang.

"Memangnya elo kenal?"

"Kita kaya, Dafa. Lo tinggal suruh orang cari tau aja."

"Jangan! Uang bukanlah cara yang tepat untuk bisa tau kehidupan orang lain. Jangan menstalk dengan uang, Alfa."

"Siapa sih, Daf?" tanya Silvana yang ikut-ikutan nimbrung dalam obrolan kedua lelaki itu.

"Noh, Ainun."

"Hah?! Eh, jangan sama dia, Fa. Dia itu ratu es, dingin banget! Sudah 50 pria yang nembak, tapi ditolak. Tegas, mantan ketua osis Bhakti Bangsa periode tahun lalu. Sekarang dia kelas duabelas. Sama kayak kita," terang Silva panjang lebar.

"Tau dari mana lo?" tanya Dafa mencurigai.

"Namanya cewek, Fa. Pasti tau lah gosip dan desas-desus, mah." Alfa yang mendengar jawaban kekasihnya itu tertawa. Ia mengacak-acak rambut Silva gemas.

"Lo ikut ngedugem malam minggu ini?" tanya Alfa ke Dafa.

"Gak. Gue mau belajar buat TO. Lagian lo baru lusa kemaren di pub, masih kurang?"

"Ya kuranglah. Apalagi waktu main-main sama Silva, kurang banget!" jawab Alfa yang lalu meraih tengkuk gadis disampingnya. Membuat mobil yang ditumpangi mereka sejenak lepas kendali.

"ALFAAA...!!! SINTING LOOO...!!!" umpat Dafa kesal.

***

Dafa memacu motor ninjanya dengan kecepatan 78,4 km/jam. Cukuplah untuk membelah jalanan kota yang tidak begitu ramai malam ini. Lelaki itu terus memacu, merasakan angin malam yang begitu bangga menusuk.

Tanpa arah, tanpa beban. Hidup dengan tenang tanpa harus ruwet dengan masalah. Itulah yang dipikirkan Dafa. ia menghentikan motornya begitu melintasi sebuah rel kereta api. Melihat kereta yang jalan dengan cepat membuat bunyi berisik.

"Hallo... Ma?" ucapnya saat mengangkat telefon dari sang mama.

'....'

"iya, Ma. Bentar lagi Dafa pulang."

'....'

"iya, nanti Dafa bilang Alfa suruh pulang."

Lelaki itu menghembuskan nafas gusar dibalik helm full face miliknya. Saudara kembar menyusahkan, kemana ia malam ini?, batin Dafa.

Motor ninja berwarna hitam itu berhenti berjalan saat Dafa tiba-tiba saja mematikannya tepat di depan sebuah taman bermain. Di edarkannya pandangan ke sekeliling taman yang sepi itu. Ada ayunan, ada jungkat-jangkit, dan mainan lainnya. Mainan yang tak bisa ia nikmati saat kecil dulu.

Okelah, malam ini, biarkan dirinya memainkan mainan-mainan itu. Lelaki tampan tersebut langsung memainkan ayunan yang tempat duduknya dari ban karet. Memainkannya sendiri. Merasakan bagaimana rasanya menjadi anak bebas yang dengan mudahnya pergi ke taman ini sesuka hati. Tak seperti ia yang harus bulak-balik rumah sakit sedari kecil.

***

Musik bergenre EDM dan mix DJ menggema di sepenjuru club Yaura malam ini. Surga dunia bagi para manusia malam. Begitu pula bagi seorang Alfandika Wijaya. Club ini bagai rumah kedua untuknya, taman bermain, dan tempat pelarian terstrategis. Lelaki itu menegung segelas wine dihadapannya sembari mengelus-elus nakal paha gadis disebelahnya.

"Love you Silvana..."

"Fa..., udah deh. Lebih baik kita mikir gimana caranya menghancurkan keluarga Bramawisnu. Aset mereka luamayan, Fa. Lagi pula ini bisa menyenangkan Dafa juga kan? Dia dan Hamid naksir cewe yang sama," ucap Silva.

"Kamu pinter deh. Ya udah, gimana kalau kita main sebentar, habis itu kita bahas ini lagi?" Alfa melayangkan senyum mesumnya pada Silva yang hanya dibalas tawa kecil oleh gadis itu.

"Eh, baru aja di omongin. Ini orangnya nelfon!" sambungnya sambil menunjukkan layar ponselnya pada Silva.

Dafa

(082661427234)

Calling....

"Halo, Fa...." ujarnya diiringi senyum sinis penuh arti.

***

"Loohhh..... Dia..." ucap Dafa pelan saat menjumpai seorang gadis berkerudung putih. Itu gadis yang belakangan ini sering membuatnya melamun. Kalau ia tidak salah, namanya Ainun.

"Heii..!!"

Gadis itu menoleh. That she is!

"Lo Ainun kan?"

"Siapa?" jawab Ainun sambil melirik tak suka ke arah Dafa.

"Oh, kenalin. Gue Dafa. Dafa Putra Wijaya. Anak TirJa." Dafa mengulurkan tangannya ke arah Ainun yang tak digubris apapun oleh gadis itu.

"Oh."

Ainun segera melangkah meninggalkan lelaki tampan itu.

"Ainun! Eh, lo mau jadi teman gue gak?" ujar Dafa sembari terus mengejar Ainun.

Buughh...

Ainun langsung melayangkan tinjunya ke rahang bawah Dafa begitu ia berbalik.

"Enyahlah!" Ucap gadis itu sarkas sembelum benar-benar meninggalkan pria itu.

.
.

Be my Sweet Darling  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang