Tring!
Hai, Jinyoung Hyung. Apa kau sibuk hari ini?
Tidak. Ada apa, Mookie?
Kemarin, Jackson Hyung bilang kalau kau ulang tahun hari ini. Selamat ulangtahun🎉🎉 Maaf, aku baru mengucapkannya malam-malam begini.
Tak apa
Ada yang mengucapkannya saja
aku sudah senangBegitukah? Aku ingin memberimu kado. Kau suka apa, hyung?
Apa, ya? Aku tidak tahu, haha.
Bagaimana kalau aku berikan parfume?
Terserah kau, Mookie.
Aku menerima saja
apapun yang kau berikan.Kecuali jika barang itu sangat mahal.
Hahahaha, barang mahal itu bagus kualitasnya, hyung. Jadi, kau harus menerima kalau aku akan memberi barang mahal. Itu untuk kebaikanmu juga.
Aku tidak akan sakit karena memakai yang murah, hahahaha.
Benar, sih. Sudahlah, nanti kau terima saja, hyung.
Apa besok kau sibuk?
Tidak tahu.
Sebenarnya, besok aku luang.
Tapi, mungkin saja suamiku
atau Youngjae mau melakukan sesuatu.Aku harus tanya mereka dulu.
Kau punya suami, hyung?!
Ya, kenapa memangnya?
Nothing. I thought you're homophobic.
No, i'm not.
Hahaha, you must be suprised, right?
Of course.
Bisakah kau tanya pada suamimu dan Youngjae apakah kau ada acara besok atau lusa?
Aku ingin mengajakmu pergi, hyung~
Baiklah, nanti akan kutanyakan.
Suamiku sudah kembali.
Nanti akan kukabari lagi, bye!!
Bye, hyung /dab /whip
Jinyoung tertawa keras melihat jawaban Mookie. Ia baru tahu remaja itu seceria ini.
"Hey, kau tertawa keras sekali. Ada apa?" Tanya Mark ikut duduk di sofa bersebelahan dengan Jinyoung. Jinyoung tersenyum dan menggeleng.
"Bukan apa-apa. Hanya temanku," ucap Jinyoung seadanya.
"Begitukah? Apa kau sudah makan?" Tanya Mark lagi. Jinyoung kembali menggeleng.
"Aku menunggumu," jawab Jinyoung. Senyuman Mark mengembang dan ia langsung mengacak rambut Jinyoung.
Sebenarnya, Jinyoung tidak tahu apa yang terjadi sampai Mark bisa jadi baik padanya seperti ini. Tapi, ia berpikir mungkin Mark baru putus dengan kekasihnya.
"Hyung," panggil Jinyoung.
"Hm?" Sahut Mark masih menatap manik Jinyoung.
"I love you, hyung," ucap Jinyoung spontan. Mark terkejut dengan pernyataan secara tiba-tiba itu.
"Aa... a.. i love you too," ucap Mark pelan sambil menunduk. Jinyoung langsung menghambur ke pelukan Mark."Neomu neomu neomu neomu saranghaeyo, hyung!!" (Aku sangat mencintaimu)
Mark membalas pelukan Jinyoung dan mengeratkannya lagi.
Apa aku mulai mencintaimu, Jinyoung-ah?
"Hyung, tak apa kau tak membalas perasaanku. Setidaknya aku masih bisa berada di dekatmu," ucap Jinyoung di ceruk leher Mark. Mark hanya diam saja mendengar tuturan Jinyoung. Jinyoung tahu ia Mark tak mencintainya.
Tapi, ia tak tahu Mark sedang belajar untuk mencintainya.
"Jinyoung-ah," panggil Mark. Jinyoung hanya menyahutinya dengan gumaman. Mark melepas pelukan itu dan tersenyum.
"Bisakah kau menutup matamu?" Tanya Mark. Jinyoung mengangguk dan menutup matanya.
"Sebentar, tetaplah tutup matamu!" Suruh Mark. Jinyoung mendengar derap langkah Mark yang menjauh. Ia masih menutup matanya.
"Kalau kau membukanya, kau curang!" Teriak Mark yang terdengar membuat Jinyoung tertawa kecil. Jinyoung kini mendengar derap langkah yang menuju ke arahnya.
"Kini, kau boleh membuka matamu," ucap Mark. Jinyoung membuka matanya perlahan. Pertama yang ia lihat ialah cahaya berwarna kuning.
"Happy birthday!!" Ucap Mark yang berdiri di depan Jinyoung sambil membawa kue tart dengan lilin yang dinyalakan di atasnya. Di kue itu, tertulis "Happy Birthday Uri Jinyoung". Mata Jinyoung berkaca-kaca melihat kue itu. Tak berapa lama, air matanya tumpah seketika.
"Ji.. Jinyoung-ah? Apa ada yang salah? Maaf, maafkan aku," Mark menaruh kue itu di meja yang terletak di depan sofa dan duduk di sebelah Jinyoung. Ia mengusap pipi Jinyoung.
"Kau menangis? Apa aku salah?" Tanya Mark.
"Tidak, aku tidak pernah dapat kejutan sebelumnya. Kau yang pertama mengejutkanku dengan kue seperti ini, hyung," jelas Jinyoung sambil agak terisak. Tadi sore, Youngjae dan Jackson yang memberinya kado. Sekarang, Mark memberinya kejutan dengan kue seperti ini.
Mark tersenyum simpul melihat Jinyoung yang menangis seperti anak kecil itu.
"Hey, sudahlah. Sekarang, tiup lilinnya dan buatlah harapan!" Suruh Mark kembali mengambil kue tart yang lilinnya masih menyala.
"Aku harap, semua harapanku dikabulkan."
Permintaannya savage banget ya, Jinyoung
Jinyoung lalu tertawa kecil. Ia langsung meniup lilin itu, tapi beberapa lilin tidak mau mati. Jadi, Mark membantunya.
Mereka berdua langsung tertawa saat meniup lilin itu bersamaan.
"Terimakasih, hyung," Jinyoung pun tersenyum dengan sangat tulus pada Mark.
Tbc
too short? Sengaja, biar pada penasaran kelanjutannya apa. Hahaha, saya kan emang jahat. Gaplokin aja udah.
See you in the next chapter~
-aebi, udah dilamar Dowoon (ngahahahaha)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STAR [MARKJIN]
Fanfiction"Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Ini antara kau dan aku. Tidak satupun dari kita saling mencintai. Ini salah orangtuaku karena menjodohkanku denganmu. Harusnya kita tidak menikah!" "Bukan tentang siapapun. Tapi, tentang kita. Setiap hari aku menjal...