Sesuai janji ya✌
Happy reading chapter penuh misteri ini!
...
Jinyoung terduduk di ranjang rumah sakit itu sambil menatap kosong ke depan. Setelah 12 jam pingsan, akhirnya ia siuman.
Pintu kamar itu terbuka, Jinyoung menoleh.
"Selamat malam, Tn. Park," ucap dokter yang terlihat seperti wanita berumur 20 tahun-an itu. Jinyoung hanya tersenyum kecil.
"Bagaimana? Apa kau merasa pusing?" Jinyoung mengangguk.
"Sedikit. Sangat sakit saat aku baru siuman," dokter itu mencatatnya dalam lembaran.
"Apa yang kau katakan pada waliku?"
"Walimu? Oh, suamimu itu? Tidak, aku hanya bilang kau baru bisa diketahui keadaanya saat kau siuman. Tapi, saat kau siuman, ia sedang tidak di sini," ucap dokter itu. Jinyoung tersenyum dengan paksa.
"Bisa kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya dokter itu. Ia mengambil kursi dan duduk di sebelah ranjang Jinyoung. Jinyoung menggeleng pelan.
"Berarti kau tidak mau sembuh, ya? Aku doktermu, dan aku harus tahu apa yang bisa membuatmu seperti ini. Aku bukan hanya dokter, tapi juga seorang psikiater. Pasti kau tidak menyangkanya karena aku sangat muda. Kita bisa berteman, namaku Kim Jisoo," ucap dokter itu. Dokter itu adalah dokter spesial di rumah sakit terkemuka itu. Hanya ia satu-satunya dokter yang juga merupakan psikiater.
"Jisoo-ssi? A.. aku belum bisa menceritakannya, maaf," ucap Jinyoung pelan.
"Begitukah? Mau makan siang bersamaku besok?" Jinyoung kelihatan berpikir.
"Boleh?" Jisoo mengangguk yakin.
"Tentu saja boleh. Aku ini doktermu, aku yang akan mengetahui segala kondisimu, tuan," ucap Jisoo.
"Ah, baiklah. Sebelumnya, boleh aku tahu sesuatu?"
"Apa?"
"Aku masuk rumah sakit karena ada masalah psikologis juga. Tapi, aku heran kalau ini kebetulan. Karena aku dapat dokter yang juga merupakan psikiater, pasti seseorang yang memesankan kamar ini dan membuatmu jadi dokterku," ucap Jinyoung.
"Besok kita akan makan siang bersama, aku akan menjelaskannya besok. Oh, ya, kalau mau membicarakan sesuatu, kau bisa menghubungiku, kita harus menjadi teman, tuan," Jisoo menyerahkan kartu namanya pada Jinyoung. Jisoo bangun dari tempat duduk itu dan meninggalkan Jinyoung.
"Eh! Jisoo-ssi!!" Panggil Jinyoung agak berteriak. Jisoo langsung menoleh kaget.
"APA?! APA?!" Reflek Jisoo kaget membuat Jinyoung tertawa keras.
"Aih, jangan mengagetkanku. Ah, bisa gila aku," ucap Jisoo sambil berdecak sebal.
"Apa? Kau mau apa?!" Tanya Jisoo sebal. Jinyoung masih saja tertawa.
"Tidak, aku hanya ingin bilang. Jangan panggil aku 'tuan', panggil Jinyoung saja."
"Aih, dasar merepotkan! Baiklah, terserah. Jangan kagetkan aku lagi! Ah, bisa gila aku punya pasien seperti kau," ucap Jisoo lalu meninggalkan Jinyoung.
"Ah, dia lucu," ucap Jinyoung masih tertawa.
...
Jackson dan Mark duduk di bangku taman itu di malam yang sepi dan kelam ini. Hanya terdengar suara pohon yang tertiup angin dan kicauan burung.
"Hey, bagaimana kabarnya?" Mark membuka percakapan.
"Siapa yang kau maksud?" Tanya Jackson.
"Tzuyu," ucap Mark pelan.
"Dia kaget saat tahu kau pergi tanpa mengucapkan apapun. Ia mencoba untuk mengejarmu sampai bandara, tapi ia tertabrak mobil. Aku.. aku.."
"Dia.. dia tertabrak mobil?!" Tanya Mark kaget.
"Ya, sekarang pasti ia sudah bahagia di atas sana," ucap Jackson sambil menatap langit-langit tanpa bintang itu. Rasanya ingin ia mengeluarkan air matanya, tapi sudah terlambat. Terlebih Mark yang baru mengetahui hal ini.
"Tzuyu sudah meninggal maksudmu? Jack jangan bercanda."
"APA AKU TERLIHAT BERCANDA?! DIA MENINGGAL KARENAMU, SIALAN!" Rahang Jackson mengeras saat mendengar ucapan Mark. Mark menatap Jackson nanar. Benarkah semua hal itu terjadi karenanya?
Flashback
Jackson dan Mark ialah sahabat yang selalu saja menempel. Ada Mark, ada pula Jackson, begitu pula sebaliknya. Mereka sama-sama menyukai junior mereka yang merupakan gadis terkenal di universitas itu, Tzuyu. Karena Mark dan Jackson sama-sama kelahiran Cina, mereka jadi sama-sama menyukai gadis kelahiran Cina itu.
Apalah daya, Tzuyu memilih Mark untuk menjadi kekasihnya. Jackson? Tzuyu bilang ia ingin Jackson menjadi sahabatnya saja.
Beberapa bulan menuju kelulusan, Mark disuruh ayahnya untuk melanjutkan bekerja di Korea. Mark bingung bagaimana harus memberitahu Tzuyu dan Jackson mengenai ini.
Saat kelulusan tiba, Tzuyu datang dan memberi buket bunga untuk Mark. Tapi, Mark menolaknya mentah-mentah.
"Maaf, kita sampai di sini saja," ucap Mark saat menerima bunga itu. Jackson yang melihatnya pun geram. Mark langsung meninggalkan Tzuyu yang menangis dengan buket bunga yang ia jatuhkan.
Akhirnya Jackson menelepon Mark untuk meminta penjelasan. Mark menjelaskan bahwa ia ingin pergi ke Korea. Jackson memberitahu Tzuyu dan dengan bodohnya, Tzuyu mengejar Mark. Jackson pun menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga mereka pun sampai di bandara. Tzuyu menyebrang tanpa hati-hati, hingga ia pun tertabrak mobil. Dan semuanya terlambat karena Mark pun sudah pergi.
Flashback off
"Tebus kesalahanmu pada Jinyoung. Kalau begini, kau malah mengulang dosamu," ucap Jackson sambil berdiri. Mark menunduk.
"Aku benar-benar tidak tahu," ucap Mark.
"Tak apa. Ia sudah bahagia di sana. Sekarang kau bahagiakan Jinyoung saja, lupakan adikku," ucap Jackson.
"Adikmu?" Tanya Mark.
"Ya, Bambam adalah selingkuhanmu, kan?"
...
Jinyoung yang menggunakan jaket cokelatnya sudah sampai di restoran italia itu. Jisoo melambaikan tangannya, tapi ada seorang namja yang duduk berhadapan dengan Jisoo. Jinyoung menghampirinya. Matanya bertemu mata namja itu.
"Hey, Jinyoung. Pasti kau kaget," ucap namja itu.
"H..Hae-ya? Kenapa kauㅡ"
"Aku temannya Jisoo, aku yang memesan semua hal di rumah sakit untukmu," Youngjae melayangkan senyuman tulusnya pada Jinyoung. Jinyoung masih terkejut, tapi ia pun balas tersenyum dan duduk.
"Bagaimana, Jinyoung-ah? Bisa kau ceritakan semuanya pada Jisoo?" Tanya Youngjae. Jinyoung mengangguk.
"Semuanya berawal dari.."
Tbc
Hehehehehehehe. Saya keren kan bisa up lagi hari ini? Hehe. Vomment dong, biar besok saya up lagi. Ga deng, saya ngemis banget emang.
-munebi
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STAR [MARKJIN]
Hayran Kurgu"Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Ini antara kau dan aku. Tidak satupun dari kita saling mencintai. Ini salah orangtuaku karena menjodohkanku denganmu. Harusnya kita tidak menikah!" "Bukan tentang siapapun. Tapi, tentang kita. Setiap hari aku menjal...