Cause.. this isnt You
Who save my life
Who sacrifice for me
Who make my day
Who promise spend his time with meWhere are you now?
Do you still need me?
I d o n t t h i n k s o-Jinyoung tuan
Jinyoung menghela napasnya. Ia menaruh pulpen di samping buku berwarna biru langit. Itu.
"Jinyoung-ah," Jinyoung menoleh. Ia melihat Youngjae yang kepalanya menyembul di pintu.
"Sarapan sudah siap."
Jinyoung mengangguk. Ia melihat ponselnya yang tergeletak di meja itu juga. Kalau dipikir-pikir, sudah dari kemarin ia tidak mengaktifkan ponselnya. Ia mengambil ponselnya dan mengaktifkannya. Walau, sebenarnya ia malas.
Tring!
Tring!
Tring!
Tring!
Tring!
Tring!
Tring!
Tring!
Tring!Anda memiliki 46 panggilan tak terjawab
[LINE] Anda memiliki 214 pesan masukJinyoung menghela napasnya dan mengusap mukanya kasar. Ia melihat semua panggilan itu, itu adalah Mark. Lalu, ia membuka LINE nya. Ia begitu terkejut begitu tahu itu semua adalah pesan dari Mark.
Sangat banyak, tapi ia kaget melihat satu pesan.
Mark Tuan
Kenapa kau meninggalkanku?Jinyoung menyunggingkan senyuman meremehkannya, "Disini sebenarnya siapa yang salah?" Jinyoung mengetikkan pesan untuk membalas pesan Mark itu.
Jinyoung Tuan
Memangnya kau masih mencintaiku?"Akhh.. sialan, kenapa sakit lagi?" Jinyoung agak meremas rambutnya sendiri. Nafasnya tidak beraturan. Tapi, ia berusaha untuk menarik nafasnya panjang walau dadanya sangat sakit.
Ia berdiri, dan seolah tak terjadi apa-apa, ia pun makan sarapan bersama Youngjae.
...
Mark membuang nafasnya kasar. Ia turun dari mobil dan membuka pintu rumahnya.
"Sayang, aku pulang," berharap semuanya hanya mimpi. Ia tersenyum miris.
"Dia.. benar-benar tak ada," Mark menutup pintu rumahnya dan menyalakan lampu. Ia berjalan gontai menuju kamarnya dan saat ia sampai ia langsung membaringkan tubuh ke ranjangnya.
"Jinyoung-ah," gumam Mark. Ia mulai terisak dan takut itu semua terjadi. Sekali lagi, ia berani bersumpah semuanya hanya salah paham.
Ia menangis semakin kencang dan memeluk selimut di ranjangnya. Sungguh, ia kesepian tanpa seorang Jinyoung dalam hidupnya. Ia mengambil ponsel dan mulai memencet nomor.
"Halo, Mark. Ada apa?"
"Tzuyu... kau sedang di kelab? Boleh aku bergabung?"
"Ohh.. boleh. Datanglah. Kau tahu tempatnya, kan?"
"Ya."
Dengan pikiran yang kacau, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kelab. Ia kembali masuk ke mobil dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang amat tinggi. Singkat cerita, akhirnya ia sampai di kelab.
Ya ampun, aku tak pernah se-stres ini sebelumnya, ujar Mark dalam batinnya saat ia turun dari mobil. Saat ia masuk, matanya langsung tertuju pada perempuan dengan baju hitam yang sangat ketat. Ya, Chou Tzuyu.
"Tzuyu-ssi.." panggil Mark. Tzuyu menoleh dan melambaikan tangannya. Ia menghampiri Mark melewati kumpulan orang-orang.
"Mark, sudah datang? Mau minum apa?" Tanya Tzuyu.
"Tidak tahu. Aku tak pernah ke kelab sebelumnya. Aku hanya.. sangat stres," kata Mark jujur pada Tzuyu. Tzuyu tersenyum.
"Duduk saja, aku yang pesankan minum," kata Tzuyu. Mark mengangguk dan duduk di pinggir lantai dansa, dekat dengan bar. Ia memperhatikan sekelilingnya.
Aku benar-benar kacau, ujar Mark kembali dalam batinnya. Tak lama, Tzuyu kembali dan membawa segelas kecil minuman berwarna bening. Hanya seperti air. Air biasa. Mark mengambilnya.
"Minumlah," suruh Tzuyu. Mark meminumnya dalam sekali teguk.
"Mark! Jangan sekali teguk. Oh tidak, kau pasti akan mabuk," kata Tzuyu panik. Tzuyu bisa melihat mata Mark mulai sayu. Beberapa saat kemudian, omongannya jadi seperti racauan. Tidak jelas. Tingkah lakunya juga aneh. Setiap kalimat yang diucapkan, yang terdengar hanya kata "Jinyoung".
"Yaakk... Jinyoung Tuan!" Mark mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan pesan lewat LINE nya. Itu untuk Jinyoung.
Bagaimana bisa orang mabuk mengetikkan pesan? Dia aneh sekali saat mabuk, Tzuyu agak tertawa kecil. Tapi, ia juga kasihan melihat keadaan Mark yang seperti ini. Yah, walau itu kan juga salahnya.
"Halooo.. Jinyounggaaahh?" Teriak Mark. Ponselnya ia tempelkan di telinganya. Padahal, berkali-kali ia menelepon pun percuma, karena ponsel Jinyoung tak aktif.
"Mark, berhentilah minum lagi," berkali-kali setiap ada pelayan lewat, Mark pasti akan meminta minuman lagi. Tzuyu merebut ponsel dalam genggaman Mark. Ia membaca pesan-pesan yang Mark tulis.
Mark Tuan
Jinyoung ah..
Jinyoung..
Kau tak pulang?
Kenapa tak pulang?
Jinyoung
Aku mencintaimu
Kau tahu kan? Aku hanya mencintaimu
Kenapa kau pergi?
Kenapa kau meninggalkanku?
Aku salah. Aku salah.
Lihat?
Bisakah kau kembali sekarang,
Aku bersumpah
Aku hanya mencintaimu
Sayang..
Sayang
Sayang kau ingin cerai?
Tapi, kau harus bahagia.
Jinyoung..
Park Jinyoung.
Kau sudah bukan lagi Jinyoung Tuan, ya?Tzuyu miris melihat semua pesan itu. Tapi, ada rasa kesal. Kenapa Mark tak pernah melihatku? Aku masih mencintainya juga, teriak Tzuyu dalam hatinya. Kalau saja ia lupa itu ponsel Mark, ia akan membantingnya.
Tzuyu menelepon Jinyoung untuk memberikan peringatan. Tapi, saat ia melihat histori panggilan Mark. Semuanya berisi Jinyoung yang tak menjawab. Ia menghela napas.
"Mungkin aku akan memberinya peringatan lain kali. Aku kasihan padamu, Mark. Cerailah dengan dia, aku akan membahagiakanmu," ucap Tzuyu melihat Mark sudah tertidur di meja itu. Tzuyu mengecup pelan pipi Mark, membuat Mark membuka sedikit matanya.
"Jinyoung-ahh.. sudah pulang?" Mark tersenyum manis saat membuka matanya. Tzuyu menggeleng.
"Ini aku, Tzuyu."
...
"Hae-ya.. Apa aku sebaiknya kembali?" Tanya Jinyoung sambil sarapan. Youngjae menaikkan sebelah alisnya.
"Apa itu jalan terbaik untuk dilakukan? Kalau ya, silakan. Aku hanya mendukungmu menjalankannya. Omong-omong, bukankah kemarin aku sudah bilang? Kau seharusnya cerai dengan pria sebejat dia," Jinyoung menghela napas.
"Sebejat apapun, aku masih mencintainya. Aku tidak akan cerai dengannya, Hae-ya," kata Jinyoung.
Tu Ber Culosis
Masih menunggu Mark yang ngeselinnya tujuh tingkatan nyeselin perbuatannya? Saya sih masih.
-mumun
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STAR [MARKJIN]
Fanfiction"Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Ini antara kau dan aku. Tidak satupun dari kita saling mencintai. Ini salah orangtuaku karena menjodohkanku denganmu. Harusnya kita tidak menikah!" "Bukan tentang siapapun. Tapi, tentang kita. Setiap hari aku menjal...