2. Karena Kopi

1.7K 188 32
                                    

Youngjae mulai berjalan di tempat untuk pemanasan dan melakukan streching. Belum mulai latihan, peluh sudah membasahi sekujur tubuhnya. Pemanasan yang tepat dilakukan memang akan berakibat seperti ini. Youngjae menarik napas dan mulai melakukan jurus-jurusnya dengan apik dan bertenaga.

Sret.. sret

Bunyi pakaian yang bergesekan dan langkah yang bergantian di lantai yang dingin itu mendominasi ruangan kosong yang hanya ditempati ia sendiri itu. Ia berjalan menuju matras dan memulai beberapa teknik lagi. Lebih berapi-api dan rumit. Teknik kuncian yang ia lakukan sangat akurat.

Plok plok plok

Suara tepukan tangan itu menghentikan kegiatan Youngjae yang sedang berlatih.

"Eoh! Jinyoung-ah, kau melihat semuanya?" Tanya Youngjae sambil menghampiri Jinyoung yang berdiri di dekat pintu masuk tempat latihan judo Youngjae. Itu bukan miliknya, tapi pemilik tempat itu mengizinkan Youngjae memakainya di siang hari.

"Tidak tahu. Aku tidak tahu kau mulai dari mana, Hae-ya," jelas Jinyoung sambil menyodorkan air mineral dan handuk.

"Oh, begitu," Youngjae meneguk sebotol air itu dan mengelap keringatnya yang sudah mulai bercucuran hingga menetes ke lantai. Youngjae melangkah lagi tapi, "Jangan dekat-dekat! Kau sangat berkeringat, Hae-ya!!" Teriak Jinyoung mundur selangkah. Youngjae tertawa terbahak-bahak dan menyodorkan botolnya dan handuk pada Jinyoung.

"Ini! Aku mau mandi. Tunggulah 15 menit!" Jinyoung mengambil botol dan handuk itu. Lalu, Youngjae pergi meninggalkan Jinyoung yang memegang dua benda itu.

"Yak! Ini basah!! Ih, dasar menjijikan!"

Setelah Youngjae mandi dan berganti baju, mereka pun pergi dari tempat latihan itu dengan taksi menuju sebuah mall. Setelah sampai, mereka berdua pun turun dari taksi itu. Mereka berdua berjalan menelusuri toko-toko yang berjejer di mall itu.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Jinyoung-ah? Tumben sekali kau datang ke tempat latihanku," ujar Youngjae membuka percakapan. Jinyoung menoleh dan tersenyum.

"Apa Mark melakukan sesuatu, Jinyoung-ah?" Tanya Youngjae. Sejak dulu, Youngjae lah tempat Jinyoung untuk bercerita mengenai perasaannya pada Mark, tentang rumah tangganya yang entah bagaimana kabarnya sekarang, dan segala masalahnya. Youngjae selalu tahu Jinyoung senang menyembunyikan masalahnya. Ia juga tahu kalau Jinyoung sebenarnya bukan tipe orang yang tertutup, tapi dia tidak suka membagi kesedihannya.

"Kau tahu lah bagaimana dia. Dia tidak pernah menepati janjinya," jelas Jinyoung sambil masih tersenyum dan menunduk.

"Apa yang terjadi?"

"Tidak, aku hanya terlalu sensitif. Dia tidak melakukan apa-apa," ucap Jinyoung meyakinkan Youngjae. Youngjae berdecak sebal, "Kalau dia tidak melakukan apa-apa kenapa kau bisa seperti ini?"

Jinyoung menghela napasnya,"Sambil makan siang saja," jelasnya.

"Baiklah kalau itu maumu. Tapi, kau harus bercerita, arraseo (mengerti)?" Youngjae pun tersenyum secerah matahari yang membuat senyuman itu menular pada sahabatnya.

"Arraseo."

Mereka pun mencari restoran yang enak dan mencari tempat duduk yang kosong. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk makan di restoran Jepang.

"Pesan Salmon Sushi satu dan Ramen dua," jelas Jinyoung pada pelayan itu, kemudian pelayan itu pergi.

"Cerita!" Seru Youngjae. Jinyoung pun mengangguk pasti.

"Jadi.. Sebenarnya, ini tidak terlalu besar. Hanya saja, aku yang terlalu sensitif. Dia tidak salah. Aku saja yang menunggunya. Dua hari yang lalu, Mark Hyung bilang kalau ia akan pulang sebelum makan malam karena ada muridnya yang minta diajarkan suatu materi padanya. Lalu, aku membuatkannya makanan kesukaanya yaitu nasi goreng kimchi dari pukul 18.00 karena kukira ia akan datang sekitar pukul 18.00 hingga pukul 18.30. Tapi, aku menunggunya hingga pukul 20.00 dia belum pulang juga. Aku sempat berfikir, murid macam apa yang pulang malam. Tapi, kupikir Mark Hyung hanya terjebak macet. Jadi, aku mencoba berfikir positif. Akhirnya, aku ketiduran di sofa karena terlalu lama menunggunya. Saat aku bangun, sudah pukul 23.36. Aku langsung berlari ke dapur dan melihat. Makanannya masih utuh. Lalu, aku pergi ke kamar dan melihatnya sedang tertidur dengan memakai setelan lengkap jasnya. Aku berpikir, apakah menjadi guru harus pulang larut? Tapi, aku rasa Mark Hyung tidak hanya mengajar murid. Pasti ada hal yang lain," jelas Jinyoung. Jinyoung menghela napasnya berat. Youngjae pun begitu. Tapi, sebuah pertanyaan terbesit di pikiran Youngjae.

MY STAR [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang