"Mark! Tunggu!!" Teriak Youngjae menahan Mark yang sudah bersiap pergi dari kediaman itu. Ia baru saja ingin memasuki mobilnya, tapi teriakan Youngjae menahannya.
"Kau mau kemana?" Tanya Youngjae.
"Entahlah. Yang penting aku pergi dari kehidupan Jinyoung agar ia tak melihatku lagi," ucap Mark dengan santai.
"Apa maksudmu, Mark?" Tanya Youngjae sendu. Mark tersenyum dan mengacak rambut Youngjae.
"Jinyoung punya banyak orang yang memperhatikannya, aku tidak akan khawatir dan aku sudah bilang padanya agar tidak memikirkanku lagi. Aku menaruh surat cerai yang sudah kutandatangan di dalam kamarnya. Saat pulang dari rumah sakit, aku harap ia segera menandatanganinya," ucap Mark sambil tersenyum getir.
"Ia sangat mencintaimu, Mark."
"Aku tahu. Aku juga sangat mencintainya. Dulu, kau bilang aku harus menceraikannya, kan? Keinginanmu sudah kupenuhi, Youngjae-ya. Kau bilang juga kau mengurus perceraianku dengan Jinyoung, kan? Kalau begitu, aku minta tolong urus itu secepatnya. Aku tidak bisa lagi muncul di hadapan Jinyoung atau ia akan tersakiti lagi. Aku meninggalkannya bukan karena aku tidak lagi mencintainya, tapi karena aku sadar aku tak akan pernah bisa menjaganya. Jaebum dan Jackson akan menjaganya dengan baik," ucap Mark. Youngjae mengerutkan dahinya, ia merasa ini tidaklah benar.
"Tapi, Markㅡ"
"Aku mau berangkat, nanti aku ketinggalan penerbangan. Sampai jumpa. Aku titip Jinyoung, ya. Jaga dia baik-baik," Mark masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya kencang meninggalkan pekarangan rumahnya.
Youngjae masih terdiam di tempat itu. Ia menoleh ke pohon besar di pekarangan rumah itu.
"Kau bisa keluar, Jinyoung-ah," ucapnya. Jinyoung keluar dari persembunyiannya di balik pohon besar itu.
"Aku tidak mencintai Jackson hyung ataupun Jaebum hyung," ucap Jinyoung tersenyum kecut. Sebelum pulang ke rumah, ia bertemu Jaebum dan ia benar-benar sudah tidak mencintainya. Ia kembali menangis dan Youngjae segera memeluknya dengan erat.
...
6 months later..
"Appa, kau sudah sembuh?" Tanya Jinyoung di panggilan itu. Setelah Mark pergi, ia menelepon ayahnya bahwa ia dan Mark akan bercerai. Ayahnya berkata bahwa apapun asal Jinyoung bahagia. Tapi, kenyataannya Jinyoung belum juga menandatangani surat cerai itu. Ia juga diberitahu ayahnya, kalau ayahnya sakit.
"Hm.. appa sudah sangat sehat. Bagaimana kabarmu? Apakah masih belum menandatanganinya?" Jinyoung tersenyum kecut.
"Belum. Aku hanya.. belum bisa. Aku belum menyerah," ucap Jinyoung. 5 bulan belakangan, ia memang mencari keberadaan Mark. Mark tidak bekerja di sekolah Bambam dan Yugyeom lagi, ataupun tinggal di rumah kedua orangtua Mark. Jinyoung kebingungan harus mencari di mana lagi.
"Hm.. Jinyoung-ah, bisakah kau jenguk appa? Appa sangat kesepian belakangan ini. Appa juga sangat merindukanmu. Lagipula, appa juga akan cuti dari kerja selama sebulan karena harus istirahat, itu saran dari dokter," Jinyoung sungguh bahagia. Bertemu ayahnya yang hampir 2 tahun berpisah dengannya.
"Baiklah, appa. Aku akan sampai di sana besok. Aku akan naik penerbangan pagi-pagi sekali,"ucap Jinyoung bersemangat.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Ah, aku sudah baik-baik saja."
"Appa, siapa itu?"
"Ah, maafkan, appa. Dokter sudah datang untuk memeriksa keadaan appa. Sampai jumpa besok, Jinyoung-ah," ucap ayahnya. Jinyoung tersenyum dan menutup telepon itu. Ia menghela napasnya dan melirik ke samping tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STAR [MARKJIN]
Fanfiction"Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Ini antara kau dan aku. Tidak satupun dari kita saling mencintai. Ini salah orangtuaku karena menjodohkanku denganmu. Harusnya kita tidak menikah!" "Bukan tentang siapapun. Tapi, tentang kita. Setiap hari aku menjal...