"Hey, aku minta maaf," ucap si namja tiang listrik.
"Hm," sahut Bambam pelan. Mereka berdua sedang duduk di pinggir air mancur yang berada di taman belakang sekolah.
"Aku memaafkanmu, tapi jangan melakukannya lagi," ucap Bambam pelan sambil menunduk.
"Benarkah?" Tanya Yugyeom memastikan. Bambam mengangguk pasti sambil tersenyum pada Yugyeom. Yugyeom mengembangkan senyumnya dan langsung memajukan wajahnya. Ia mengecup pelan pipi Bambam.
Bambam benar-benar terkejut atas perlakuan Yugyeom yang tiba-tiba tersebut.
"Yu.. yu.."
"Hey, apa kau tahu apa yang waktu itu kutulis di buku harianmu?" Tanya Yugyeom. Bambam menggeleng cepat.
"Jeongmal saranghaeyo (aku benar-benar mencintaimu), Bambamie," ucap Yugyeom singkat.
"Ta.. ta.. tap.."
"Aku tahu kau sudah memiliki Mark Saem, tapi biarkan aku memiliki rasa ini, Bambamie. Aku harap kau tidak terganggu dengan perasaanku ini dan tetap mau bersahabat denganku. Maaf kalau akuㅡ"
"Tidak sama sekali, Gyeom. Aku tidak terganggu dengan perasaanmu, justru aku sangat senang. Maaf, karena aku tidak dapat membalas perasaanmu," potong Bambam kali ini. Yugyeom terenyuh mendengar perkataan Bambam. Ia sadar dirinya ditolak, tapi apalah daya ia tidak sedih sama sekali.
"Ah, aku ditolak ternyata," ucap Yugyeom sambil mendesah keras. Bambam tertawa kecil.
"Kau tahu kan kalau semua hal bisa saja berubah tanpa mengenal waktu. Perasaanku juga."
"Jangan gila, Bambamie. Aku tidak akan membuatmu berkhianat dari Mark Saem, kecuali kalau dia memang menyakitimu," ucap Yugyeom sambil mengusak surai Bambam dan membuatnya jadi berantakan.
"Rambutku berantakan!!!" Omel Bambam sambil menyingkirkan tangan Yugyeom dari surainya.
"Aku juga mau membuat rambutmu berantakan," Bambam memanyunkan bibirnya membuat Yugyeom tertawa kecil melihat wajah Bambam yang menggemaskan itu.
Bambam pun mengacak rambut Yugyeom dengan kedua tangannya.
"A.. ah.. sakit. Kau bukan mengacaknya, kau menjambaknya, bodoh. Astaga, kesehatan kepalaku berkurang!" Bambam tertawa dengan sangat lepas. Yugyeom mencubit pelan pipi Bambam.
"Aku benar-benar menyukaimu, Bamie."
...
Mark duduk di bangku yang terletak di pojok taman. Ia sedang memperhatikan kedua muridnya yang duduk di pinggir air mancur. Ia tersenyum saat melihat Yugyeom yang mencium Bambam. Lebih tepatnya tersenyum miris.
"Mungkin aku salah sudah mencintai muridku sendiri. Tapi, aku memang mencintainya dan aku kini mulai melihat sisi lain Jinyoung yang membuatku semakin bingung," ia menghela napasnya panjang.
"Apakah aku harus menjalankan rumah tanggaku dengan benar, ya?" Ia pun tertawa kecil.
"Ah, hidupku memang sudah berantakan sejak dulu."
Burung-burung berkicau di atas pohon tempat ia berteduh tersebut. Kicauannya membuat simfoni indah dalam indra pendengarannya.
Tring!
Mark mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Ia melihat notifikasi LINE dari Jinyoung.
Hey, sudah makan siang?
Tanya Jinyoung dalam pesan tersebut. Mark tersenyum simpul saat melihat pesan yang masuk tersebut.
Sudah. Kau??
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STAR [MARKJIN]
Fanfiction"Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Ini antara kau dan aku. Tidak satupun dari kita saling mencintai. Ini salah orangtuaku karena menjodohkanku denganmu. Harusnya kita tidak menikah!" "Bukan tentang siapapun. Tapi, tentang kita. Setiap hari aku menjal...