17. Dulu...

1K 144 19
                                    

"Sayang, ayo makan buburnya!" Mark masih mencoba menyuapi Jinyoung bubur.

"Yak, Jinyoung Tuan! Makan buburmu!" Suruh Jisoo yang juga berada di situ.

"Hyung, kau belum makan siang," ungkap Bambam yang berada di situ juga.

"Jinyoung Hyung, benar kata Bambam," jelas Yugyeom yang ikut Bambam ke rumah Jinyoung.

"Park Jinyoungie, makanlah!!" Suruh Jackson agak berteriak.

"Jinyoung-ah, kalau kau tidak makan juga aku akanㅡ" ucapan Youngjae terpotong.

"YAK! AKU YANG SAKIT KENAPA KALIAN YANG CEREWET?!" Keluh Jinyoung kesal. Ya, mereka semua sedang berada di ruang tamu rumah Jinyoung. Mark memanggil semuanya karena ia tidak bisa membujuk Jinyoung untuk makan.

"Uh, kami kan peduli padamu," gerutu Youngjae.

"Dasar, aneh. Kami kan hanya mencoba baik," Jisoo ikut menggerutu.

"Ayo, sayang. Kau harus makan, jadi nanti kau bisa hujan-hujanan lagi," ucap Mark.

"YAK!" Teriak 5 orang lainnya yang dari tadi mengkhawatirkan Jinyoung.

"Aih, dia sakit karena kau ternyata! Kau mengajaknya hujan-hujanan?!" Jisoo memarahi Mark yang masih sibuk membuat Jinyoung membuka mulutnya demi sesendok bubur.

"Sok tahu. Dia sendiri yang mau hujan-hujanan. Akhirnya, dia yang sakit," ucap Mark. Mereka semua kini kembali membujuk Jinyoung untuk makan. Tapi, Bambam diam saja. Ia berpikir bagaimana cara agar Jinyoung mau makan.

"JinyounghyungkalaukautidakmaumakanakuakankembalimemacariMarkhyungjaditolonglahmakansepuluhsendokbubursaja," ucap Bambam dengan sangat cepat membuat yang lain melongo.

Jinyoung membulatkan matanya. Ia merebut semangkuk bubur dan sendok dari tangan Mark. Ia langsung memakan 10 sendok bubur dengan cepat. Yang lainnya kini melongo melihat Jinyoung.

"Aihh.. Jinyoung cemburu!!" Goda Youngjae.

"Jinyoung hyung pasti sangat menyayangi Mark hyung," ujar Yugyeom, Bambam hanya tertawa.

"Yak, Jinyoung-ah, bisa-bisanya kau makan dengan omongan asal itu. Bambam pasti cuma bercanda," Jackson agak tertawa mengucapkan kata-katanya. Muka Jinyoung sudah memerah atas kejadian yang baru saja terjadi.

"Nah, sekarang, minum ya, sayang," Mark mengecup pipi Jinyoung yang sudah sangat memerah itu. Mark mengambil segelas air yang berada di meja di depan sofa itu. Jinyoung mengambilnya dan meminumnya sampai habis.

"Sudah! Pulang kalian semua!" Suruh Mark mengusir semuanya pulang.

"Yak! Tidak tahu terimakasih!" Ujar Jackson.

"Dasar, kalau tidak ada kami, Jinyoung juga tidak mau makan," ungkap Jisoo.

"Siapa kau beraninya mengusirku? Aku temannya Jinyoung," ujar Youngjae.

"Aku satu-satunya dan selamanya suami Jinyoung yang paling Jinyoung sayangi," jelas Mark agak menyombongkan diri.

"Aih, dasar berisik! Sudahlah, ayo kita makan siang bersama-sama," ucap Jinyoung.

"Nah, ini baru yang baik. Suaminya malah mengusir," gerutu Jackson.

"Baguslah, aku tidak perlu keluar uang lagi. Ayo, makan!" Ucap Yugyeom. Semuanya menatap Yugyeom.

"Kau ini berteman ada maunya, ya," ucap Jisoo.

"Hehe."

...

16.35, Seunnie Tea.

"Yak, Jinyoung-ah, kita sudah lama tak bertemu karena kau asik dengan suamimu itu," ucap Youngjae sambil menyeruput Peach Tea nya.

"Hehe, maaf, Hae-ya."

"Tak apa, aku hanya bercanda. Yang penting kau bahagia Jinyoungie."

"Hae-ya. Aku mau tanya sesuatu."

"Apa?"

"Apa kau kenal Jaebum? Teman seangkatan saat kuliah dulu," Youngjae membulatkan matanya. Ia bingung harus berucap apa.

"Aa.. a.. aku... aku.. aku tahu dia," ucap Youngjae.

"Benarkah? Apa kau mengenalnya dengan baik?" Tanya Jinyoung. Youngjae menggeleng.

"Aku hanya tau, tidak dekat dengannya. Ia sangat terkenal, aku tidak berani dekat-dekat dengannya," jelas Youngjae jujur. Jinyoung mengangguk-angguk.

"Kau tahu kalau dulu ada rumor dia itu tidak straight?" Tanya Jinyoung. Youngjae mengangguk.

"Itu benar. Dulu, aku adalah kekasihnya," ucap Jinyoung pasti. Youngjae mengerutkan keningnya. Ia sungguh syok dengan ucapan Jinyoung, ia bahkan sulit untuk memercayainya. Ia menghela napas berat.

"Aku dulu pernah menyukainya," ucap Youngjae jujur.

"Aku bahkan tidak tahu kalau dulu kau adalah kekasihnya. Aku tidak tahu dulu dia itu benar-benar menyukai laki-laki, mungkin itu alasan mengapa aku tidak berani mengungkapkan perasaanku. Dulu, aku berteman baik dengan Jisoo dan Jisoo mengenal Jaebum. Jisoo bilang memang benar Jaebum tidak straight, aku sempat meyakinkan diriku. Tapi, ada rumor ia sudah memiliki kekasih yang ternyata adalah dirimu, aku jadi mengurungkan niatku," lanjut Youngjae panjang lebar. Jinyoung mengangguk-angguk.

"Dua hari yang lalu, aku menceritakannya pada Jisoo," ucap Jinyoung.

Flashback

"Kau harus menceritakannya. Aku bilang harus, ya harus. Kau mengerti, kan? Aku bersikap tegas untuk kebaikanmu sendiri," ucap Jisoo. Jinyoung menarik napasnya dan menghembuskannya dengan berat.

"Baiklah. Dulu, aku dan Jaebum adalah teman baik, sampai suatu hari Jaebum memintaku menjadi kekasihnya. Aku tidak punya perasaan yang khusus padanya, tapi ia bilang coba saja dulu beberapa bulan, kalau tidak nyaman, boleh saja berakhir. Tapi, ia meminta satu syarat, ia ingin hubunganku dengannya itu tidak diketahui siapapun kecuali kami berdua. Akhirnya, aku menyetujuinya, kupikir, apa salahnya mencoba,"

"Hubunganku dan Jaebum biasa saja, kami tidak terlalu romantis dan aku agak sedih karena tidak mengakui aku sebagai kekasihnya pada teman-temannya. Lalu, semakin lama, perasaanku semakin besar padanya, aku semakin serius pada perasaanku untuknya. Kami berpacaran selama dua tahun, sampai saat aku hampir lulus, kedua orangtuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku, Mark hyung. Aku berusaha menolaknya, tapi ibuku malah memakiku dan menamparku habis-habisan. Jadi, aku menyetujuinya. Bersamaan dengan hal itu, Jaebum berkata padaku kalau ia akan pindah ke Jepang. Aku kaget akan hal itu, ia bilang mungkin ia akan kembali lagi. Aku tidak mau menunggu selama itu, apalagi aku juga akan dijodohkan,"

"Aku berkata pada Jaebum, kalau aku ingin hubungan kita berhenti sampai di situ. Saat, aku menikah dengan Mark hyung, aku memang masih mencintai Jaebum, tapi semakin lama akhirnya aku jadi mencintainya. Yang membuatku kaget saat ini adalah Jaebum kembali ke Korea dan aku takut ia masih mengharapkanku," Jinyoung berhenti bicara. Jisoo menghela napasnya. Ia tidak sadar kalau ia meneteskan matanya.

"Hidupmu sulit, ya. Pasti sulit hidup tanpa ibu, hidup dengan trauma, dan hidup dengan berbagai masalah. Rasanya aku ingin meminta sebagian hal yang membebanimu, Jinyoung-ah," Jisoo menghapus air matanya itu.

"Yak, Kim Jisoo, kau tidak harus melakukannya. Aku hanya butuh seseorang yang bisa membuatku terbuka seperti kau dan Youngjae. Aku senang kalian berdua hadir di hidupku."

Flashback end

"Jadi, Jinyoung-ah..."

"Ya, Hae?"

"Kalau ia kembali, apa kau masih mencintainya?"

"Jangan gila. Aku cuma mencintai Mark hyung," jelas Jinyoung.

"Karena, aku masih mencintainya," ucap Youngjae yakin.

Tbc

Apa ada yang mau ke Saranghaeyo 2017? Sedihnya ga bisa nonton day6 untuk yang kedua kali :")

-mun ei bi, dilamar sungjin

MY STAR [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang