23. Lonely

868 141 31
                                    

"Jinyoung, hari ini aku mauㅡ"

"Iya, pergi saja," kata Jinyoung sambil menyuci piringnya.

"Sayang, kau marah?" Jinyoung menoleh lalu menggeleng kepalanya.

"Untuk apa? Aku hari ini juga mau bertemu Youngjae. Jadi, pergi saja," jawab Jinyoung ketus. Jinyoung mendengus sebal. Tiba-tiba, tangan menggapai pinggangnya dan ia merasa hangat. Ia mengelap tangannya ke kain di samping wastafel.

"Hyung, nanti pecah piringnyㅡ"

"Ssstt.. diam saja," Mark lalu mengecup leher Jinyoung hingga membuat Jinyoung kegelian.

"Hyung, geli," kata Jinyoung sambil memegang tangan Mark yang terletak di pinggangnya.

"Sayang, aku hanya pergi sebentar," Mark lalu mengecup pipi Jinyoung. Jinyoung membalikkan badannya dan mengalungkan tangan di leher Mark.

"Baiklah, hyung," kini, Jinyoung yang mencium Mark tiba-tiba di bibir. Mark langsung kaget lalu tertawa.

"Kau nakal, sayang."

..

Beep beep

"Hae-ya, ponselmu," kata Jinyoung menunjuk ponsel Youngjae yang berbunyi.

"Ya?" Youngjae yang sedang memakan muffinnya langsung melihat ponselnya yang menunjukkan notifikasi LINE.

Im Jaebum menambahkan anda dengan no. telepon

"What?!" Nada Youngjae meninggi.

"Yak, suaramu!" Kata Jinyoung sambil agak tertawa kecil mendengar Youngjae tertawa. Youngjae menutup mulutnya. Seperti biasa, mereka berada di Seunnie Tea.

"Orang gila," dengus Youngjae kecil.

"Ada apa?" Tanya Jinyoung penasaran.

"Jadi, begini..." Youngjae menarik napasnya lalu menaruh ponselnya di meja.

"Aku bertemu cinta pertamaku dan dia sangat menyebalkan. Aku tak sengaja bertemu dia saat dia berada di kafe dan menabraknya. Dan sialan. Dia menyebalkan sekali ternyata. Selama ini aku hanya melihat ketampanan dan kepintarannya saja, sampai tidak tahu kalau sikapnya semenyebalkan itu. Ugh, dasar gila. Lalu, sekarang dia meng-add LINE ku. Ah, gila."

Jinyoung terbahak keras melihat Youngjae yang menggeram berkali-kali karena kesal.

"Sudahlah, barangkali dia juga suka padamu," Youngjae memutar bola matanya.

"Bullshit. Dia menyebalkan, aku sudah tidak suka lagi dengannya," kata Youngjae berbohong.

"Dia orang gila, aku bisa gila juga karenanya, Jinyoung-ah. Aku lebih baik tak suka lagi dengannya," Youngjae tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Yah, barangkali. Aku kan cuma bilang 'barangkali'. Kalau tidak, yah jangan menyesal," Jinyoung tertawa kecil melihat Youngjae yang sekarang sedang menggaruk kepalanya agak frustrasi.

Tring!

Im Jaebum
Addback, Tn. Bukan Pengecut?

Read

"Wah, dia gila. Sebaiknya aku mengganti nama kontaknya," Youngjae bergumam dan segera mengganti nama kontak Jaebum.

Orang gila
Read? Kau dingin sekali.

Cyjae
Perlukah kubalas?
Done.

Orang gila
Hihh.. galak :(

"Ih, dasar gila," ucap Youngjae depresi pada orang itu.

"Hae-ya, apa hari ini kau sibuk?" Tanya Jinyoung. Youngjae menggeleng.

"Laporanku sudah selesai," ujar Youngjae tenang. Jinyoung mengangguk-angguk mengerti.

"Aku tidak mau pulang ke rumah," ucap Jinyoung membuat Youngjae kaget.

"Ada apa?"

"Aku.. aku merasa ada yang aneh."

Youngjae menautkan alisnya tidak mengerti, "Aneh yang bagaimana maksudmu?" Tanya Youngjae.

"Masih tentang Mark Hyung yang waktu itu kuceritakan. Aku merasa dia selalu sibuk di luar dan tidak peduli padaku. Aku tidak tahu pasti, mungkin hanya aku yang terlalu sensitif. Tapi, aku tidak suka dia seperti itu," jelas Jinyoung.

"Apa mungkin ada hubungannya dengan... Ah, sudahlah. Menginap saja di apartemenku," kata Youngjae. Youngjae membuka ponselnya dan mengetikkan beberapa kata di LINE nya.

...

Jisoo yang sedang tidak ada jadwal, berkeliling sebentar di mal untuk melihat-lihat baju, sepatu, maupun aksesoris. Sekarang, ia sedang melihat high heel berwarna merah terang. Ia melihat ke balik sepatu, tapi tidak dituliskan harganya di situ. Jadi, ia putuskan untuk bertanya pada pegawai toko itu.

"Ah, permiㅡ tunggu.. itu bukannya," ia melihat siluet seorang laki-laki yang ia kenal berjalan dengan perempuan. Perempuan itu sedang memilih sepatu juga.

"Brengsek!" Ia mengendap untuk mendengar apa yang dibicarakan kedua orang itu. Jisoo berdiri di balik beton yang agak dekat dengan kedua orang itu.

"Mark, apa aku cocok memakai ini?" Tanya perempuan itu. Jisoo mengambil ponsel dan merekam apa yang mereka ucapkan.

"Apa saja pasti cocok untuk perempuan cantik sepertimu," Jisoo mendecak sambil menyumpahi Mark.

Laki-laki bejat, brengsek, sialan, bermuka dua, sok tampan, bodoh, bisa-bisanya kau menduakan Jinyoung. Dasar sialan, aku harap kau menyesal selama-lamanya. Batin Jisoo sambil masih menetralkan nafasnya yang memburu karena menahan emosi. Ia memang dokter yang pembawaannya tenang, tapi siapa yang tidak marah kalau sahabatnya disakiti?

"Terimakasih, Mark. Aku bayar sekarang, ya," kata Tzuyu.

"Aku saja yang bayar," Mark langsung menuntun Tzuyu berjalan ke kasir. Jisoo juga ikut mengikuti sambil mengendap-endap. Untung saja toko itu sepi, jadi tidak ada yang curiga padanya.

Saat, ia mengikuti pelan-pelan di belakang kedua orang itu,

Tring!

Ah, sial, batin Jisoo saat notifikasi ponselnya berbunyi sangat keras. Mark dan Tzuyu menoleh. Tapi, Jisoo langsung membalikkan tubuhnya. Jadi, Mark tidak mengenalinya.

Jisoo melihat notifikasi yang masuk.

Cyjae
Jisoo, Jinyoung mau menginap di apartemenku. Masalahnya tidak sesederhana yang kita pikirkan. Jinyoung pasti lelah dengan sikap Mark.

Jisoo mendecak sebal. Ia menolehkan kepala melihat kedua orang yang ada di kasir.

"Aku harap kau menyesal atas perbuatanmu itu, brengsek," kata Jisoo sambil menatap intens Mark yang sedang tertawa bersama Tzuyu.

Tbc

Sebentar lagi menuju konflik. Masih adakah yang menunggu cerita ini kelar?

-moon aebi

MY STAR [MARKJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang