Berdoa saja, semoga di pertemuan kita yang pertama ini tidak berujung dengan perpisahan.
06.30
Seorang gadis menuruni tangga rumahnya dengan tergesa-gesa. Seraya mengikat rambutnya, ia tak peduli jika sekali pun dirinya akan jatuh menggelinding. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah waktu. Catat, waktu!
"Bundaaaaa, Thalia berangkaaat!" pamitnya seraya berteriak menuju pintu keluar.
Sedangkan Mila—Ibu Thalia—yang sedang menyiram bunga di pekarangan rumahnya, hanya menggelengkan kepala melihat tingkah, anak gadis satu-satunya itu. "Lia! Kamu nggak sarapan dulu? Ini masih pagi loh," ucapnya saat melihat sang anak mengeluarkan sepeda dari balik garasi.
Thalia, gadis yang ceria setiap saat itu selalu pergi-pulang dengan menaiki sepeda. Ia tak pernah menaiki angkutan umum sekali pun, dengan alasan ingin menghemat pengeluaran. Gadis itu selalu berangkat ke sekolah pukul 06.00 WIB. Namun akibat begadang dengan novel yang baru dibelinya, ia harus menerima konsekuensinya; kesiangan.
Selain ceria, Thalia yang akrab dipanggil Lia oleh sang ibu, merupakan gadis yang baik, pintar, dan yang terpenting ramah terhadap orang. Sekalipun yang baru dikenal olehnya.
Menghiraukan ujaran sang ibu, Thalia menaiki sepedanya, kemudian mengayuh dengan perasaan gusar. "Aduuh Bunda, Lia udah telat ini. Berangkat ya, assalamualaikum..." pamitnya.
"Waalaikumussalam."
"Hati-hati!"
***
Di tempat lain seorang remaja lelaki tengah menjadi seorang pemimpi di waktu yang tidak tepat. Bagaimana bisa? Iya bisa, karena ia menjadi seorang pemimpi di waktu yang harusnya dipakai untuk bersiap mengumpulkan kepingan-kepingan mimpinya sendiri.
Tok tok tok!
"Abaaaang! Cepat bangun. Ini sudah pukul 06.30. Kamu itu kebiasaan banget!" teriak seseorang seraya mengetuk bahkan menggedor-gedor pintu kamar Atha.
"Iya, Ma..." jawab anak lelaki yang dipanggil dengan nama Atha tersebut, dengan suara seperti orang mengigau seraya mata yang masih tertutup. Bukannya bangun, Atha malah memeluk guling yang ada di sampingnya lebih erat. Kemudian mulai menutup matanya kembali.
"Abang cepat bangun! Atau uang jajan bulanan kamu Mama potong lima puluh persen!" ancam Mita—Ibu Atha—saat dirasa anak bujangnya belum juga bangun.
Dengan perasaan kesal ia membuka pintu kamar sang anak. Dilihatnya ternyata Atha yang tengah merentangkan tubuhnya seperti bintang di atas ranjangnya.
Mita menghampiri anaknya itu, "Bang, bangun!" ia berujar dengan nada tinggi tepat di dekat telinga Atha. Membuat Atha terlonjak kaget, merubah posisi tidur terlentangnya menjadi duduk.
Atha mengusap-usap telinganya yang terasa berdengung karena suara Mamanya. Kemudian ia mendelik kesal ke arah Mita yang juga memperhatikan dirinya.
"Mama apa-apaan sih? Sakit tau, kuping Abang!"
"Lagian kamu dibangunin, bukannya bangun. Malah asik tidur lagi. Ini udah siang, sana cepetan kamu mandi!" ucap Mita dengan nada memerintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comblang!
Teen FictionMenurut Thalia apa yang dialaminya saat ini lebih dari sekedar friendzone. Menyatukan sahabatnya dengan Kakak kelas yang jelas-jelas dihindarinya. Berlagak seperti Mak comblang profesional. Ini bukan Thalia sekali, Dude. Jadi, mampukah Thalia menya...