02. Perpustakaan

3.7K 157 10
                                    

Hai? Disini aku mau kasih tahu, ya. Timestamp 'Pengagum Rahasia' tahun 2017 (pertengahan semester 1).

Untuk 2016 kilas balik pertama kali Raina kontakan sama Arga. Cuma sebatas itu aja buat chapter '01. Nitip Salam'.

Happy reading!

_____


Hari ini Raina, Zahra, Dhania, Aqila, dan Aulia sedang dipanggil oleh Bu Lita---penjaga perpustakaan---untuk membersihkan perpustakaan sekaligus menjaga perpustakaan itu, karena Bu Lita ada urusan mendadak yang mengharuskan dirinya keluar dari area sekolah.

Perpustakaan sekolah mereka memang tidak terlalu kecil ataupun besar, tapi kalau lima orang yang mengerjakan mungkin akan cepat selesai. Apalagi perpustakaan bukanlah area yang paling disukai oleh beberapa murid di sekolahnya. Kalau ada yang ke perpustakaan paling hanya meminjam buku atau ada jam pelajaran kosong-biasanya buat ademin diri.

Aqila sedari tadi mengeluh. Ia paling tidak suka disuruh bersih-bersih apalagi menyangkut perpustakaan, bukan dia banget pokoknya.

"Lo dari tadi ngomul aja. Yang kerja tuh tangan, bukan mulut," omel Dhania yang sudah pening mendengar keluhan Aqila.

"Ih ... lo kan tau gue, kan, Dhan. Gue tuh paling anti sama yang namanya 'bersih-bersih', apalagi perpus. Gak deh pokoknya."

"Gimana lo mau jadi istri yang baik kalau bersih-bersih aja lo gak mau. Jorok lo!" timpal Dhania kesal.

Aqila melemparkan kemoceng ke Dhania. "Heh, lo gak usah ikut campur urusan gue, deh. Kayak hidup lo bener aja, urusin tuh MANTAN pacar lo. Belum bisa move on aja udah belagu."

Dan terjadilah adu argumen diantara Aqila dan Dhania yang sama-sama tidak mau mengalah. Sementara itu, Aulia berusaha menenangkan Aqila yang sudah tersulut emosinya dan Zahra berusaha berbicara baik-baik dengan Dhania yang tidak bisa dijaga ucapannya.

"Udahlah, lo berdua kalo ketemu adu mulut mulu. Kasian tuh kepala lo pada udah panas, lagian juga berantem mulu gak capek apa?" tanya Aulia yang sebenarnya juga geram dengan kelakuan kedua temannya itu.

Aqila dan Dhania saling membuang muka. Mereka tidak mau mendengarkan nasihat yang telah dilontarkan oleh Aulia. Benar-benar kepala batu mereka.

Daripada Raina ikut terlibat dalam kasus temannya itu, mendingan Raina menjauh dari tempat ia berdiri.

"Aneh-aneh aja gue punya temen. Yang satu ngomul dan yang satunya lagi keras kepala, udah ini mah gak bakalan selesai perkaranya sampai lulus sekolah," ucap Raina sambil merapikan rak buku yang berada di sudut ruang.

Saat sedang asik melakukan aktivitasnya, dengan tidak sengaja Raina melihat seseorang sedang duduk di bangku pojok membelakanginya. Kayak gue kenal postur tubuhnya, apa mungkin itu 'dia'? Ehhh gak mungkin, dia mana mau lama-lama di perpus, batin Raina yang berargumen.

Raina terus memerhatikan orang itu. Tiba-tiba yang dilihatpun berdiri dan berjalan ke arah Raina. Astaghfirullah ... gue gak mimpi, kan? I---i---itu beneran Arga!!! Ya Allah, rasanya gue mau lari, batin Raina.

Raina semakin panik dan pura-pura mengabaikan Arga yang berjalan mendekatinya. Pipi Raina mulai mem-blushing lagi.

"Raina?" Seperti suara Dhania. Lalu, Raina mendapati Dhania dan Zahra yang sudah berada di depannya.

"Eh? Kok kalian sih? Arga mana?" Raina kebingungan saat mencari sosok Arga disetiap sudut ruang sudah tidak ada.

"Arga? Mana ada Arga, sih, disini? Atau jangan-jangan lo lagi halu ya." Dhania menusuk-nusuk pipi Raina dengan ujung kemoceng. Raina masih bingung perasaan tadi ia melihat Arga duduk dibangku yang ia lihat, tetapi sekarang sudah tidak ada.

Pengagum Rahasia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang