"Sekarang pilihannya Ibu Rosyi untuk nama dari panitia adalah Arga Edwika Riyanto."
Deg!
Sudah lama Raina tidak mengalami degupan jantung yang tidak terkendali dan desiran darah yang sangat hebat. Gadis ini hanya memegang ujung bajunya dengan sangat kuat, lalu yang ia lakukan hanya menunduk.
Sampai manusia yang dipanggil itu muncul di atas panggung bersama ketiga peserta yang lain. Wajah cowok itu tampak biasa-biasa saja seperti tidak mengalami apapun, sementara perempuan yang tengah ditatapnya dingin itu hanya menunduk sampai tak sadar sedari tadi ia dipanggil oleh Widya.
"E---eh iya?"
"Kenapa, Rai? Lo sakit, muka lo pucet gitu. Atau gak usah ikut main?" tanya Widya.
Em---emang i---iya ap---ap---apa? Gu---gue pucet. Padahal tadi pagi gue ngerasa sehat-sehat aja, pikir Raina dalam hati.
Dengan cepat Raina menggeleng. "Gak, gue sehat kok." Sembari tersenyum.
"Yang bener?"
"Iya, lo gak percaya sama gue?"
"Oke," ucap Widya mengiyakan, "duduk, Rai. Oke, yang lain duduk di kursi masing-masing, ya, sambil berhadapan sama pasangannya masing-masing," pinta Widya.
Sekarang Raina berhadapan dengan Arga, bersamaan dengan satu pasangan di sebelahnya. Kelihatannya mereka kakak kelas, eh itu ....
Sham? What are you doing here? Dia sama---hah? Zahra? Sejak kapan lo dipanggil, woyy!, batin Raina sambil memberi isyarat kepada Zahra yang tengah duduk di serong kanannya.
Lo yang nunduk mulu, sih, Rai. Makanya kalo suka tuh jangan dipendem, balas batin Zahra di serong sana. Mungkin mereka mempunyai hubungan batin makanya agak gila dikit gitu.
"Pertama, kita akan mengocok undian siapa yang akan bermain pertama untuk memilih antara Truth or Dare. Kalau dapatnya Truth berarti peserta harus menjawab dengan sejujurnya dan kalau dapatnya Dare sudah pasti kita siapkan bahan untuk tantangannya."
Begitulah penjelasan dari pembawa acara, Vero.
Dengan dentuman didada yang semakin membara membuat Raina malu untuk melihat Arga. Jelas siapa yang akan tahan ketika orang yang disukai berada di hadapanmu? Pasti kalian merasa gugup padahal rasanya berbeda ketika kalian melihatnya dari balkon kelas. Melihat senyumannya walaupun senyuman itu tidak sama sekali diperlihatkan untukmu. Namun, sekarang Arga menatap Raina dengan tatapan dinginnya, mengerikan memang.
Cowok berkacamata itu mengocok undian kertas dengan gigi kelincinya, menurut Raina dia itu jelek. Tapi, siapa sangka jikalau dia direbut oleh satu teman sekelasnya tahun lalu---kaum Hawa. Sampai temannya merengek-rengek seperti anak kecil saat tak berjumpa dengan makhluk Adam itu sehari.
"Ya! Undian pertama jatuh kepada Arga."
Suara itu membuyarkan lamunan Raina, hampir saja membuatnya tertangkap basah saat memandangi makhluk di depan dengan diam-diam.
Lihat, jika kalian bisa melihatnya sekarang juga cowok yang disebut namanya tadi menampakkan wajah ketidaksukaannya. Apakah Raina sudah membuatnya sakit? Atau Raina salah telah menyukainya? Tolong kasih perempuan itu penjelasan, ia tak suka jika terus-terusan bermusuhan dengannya seperti ini.
Tak lama suara melengking dari pengeras suara kembali diperdengarkan. Sekarang Widya yang mengarahkan permainan ini, suka atau tidak suka Raina hanya menurut paksa naik ke atas panggung. Entah kenapa kakinya menuntun ia harus kesini seperti ada sinyal yang akan membuat hatinya kembali ke taraf normal, taraf sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...