Langit mulai gelap, Sang Mentari mulai turun dan menyembunyikan sinarnya untuk esok hari. Suasananya semakin lama semakin ramai. Raina melihat jam yang melingkar dengan manis dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul lima sore.
Raina menoleh. "Ar, gue pulang, ya. Gue takut dicariin sama Mama, soalnya udah sore banget." Raina beranjak dari bangku taman, tetapi dicegah oleh Arga kemudian Raina segera menatap Arga bingung.
"Gue anter lo pulang."
"G---gak usah, lagian juga rumah gue lebih jauh dari sini nanti lo muter-muter."
"Ish apaan sih? Lo cewek kalo misalnya pulang digodain sama Om-Om pedo mau lo?" ledek Arga.
Membayangkannya saja sudah ngeri, apalagi bertemu dengan orang itu. Ih, gak deh.
Raina bergedik. "Lo mah doainnya yang jelek-jelek."
"Ya udah, ayo gue anter."
Dengan ketetapan hatinya Raina tetap tidak mau diantar pulang oleh Arga.
"Terserah, sih, kalo lo gak mau gue anter pulang."
Raina tampaknya harus berpikir lagi. "I---iya udah, deh, gue mau dianter lo pulang tapi sampe depan rumah, ya," ujar Raina malu.
"Oke. Lain kali santai aja ngomong sama gue, gak usah malu gitu."
Raina mengangguk kecil. Sebenarnya kalau Arga tahu juga dia gak bakal berbicara seperti itu kepadanya, mungkin nanti waktu yang akan membongkar rahasianya. Mungkin.
Selama perjalanan pulang Raina dan Arga tidak mengobrol sedikitpun, yang ada hanya suara hembusan angin dan kendaraan yang berlalu-lalang di jalan.
Dan beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di depan rumah Raina. Rumah yang selalu menjadi markasnya untuk menyembunyikan diri.
"Hmm makasih Ar udah anterin gue pulang, jadinya lo muter lagi pulangnya," ucap Raina sambil mengusap tengkuknya.
Arga mengangguk. "Iya sama-sama, kalo gitu gue pulang ya." Arga kembali berjalan melewati arah jalan tadi.
Sebelum masuk Raina masih menatap punggung Arga yang masih terlihat hingga jauh, setelah punggung Arga hilang di ujung jalan Raina masuk ke dalam rumah.
Raina membuka pintu dan terlihat Kakaknya sedang duduk di ruang tengah sembari mengerjakan tugas kuliahnya.
"Assalamualaikum," salam Raina dan menghampiri Kakaknya, "tumben Kak pulangnya cepet, biasanya pulang malem terus."
"Wa'alaikumussalam. Iya, nih, Rai, Kakak pulang karena ngerjain tugas makalah buat besok dan Kakak udah gak ada kelas lagi hari ini," jelasnya.
Raina membentuk mulutnya huruf o dan berlari kecil ke kamarnya. Sebelum itu kakaknya masih memanggil, "Rai!" Yang dipanggil akhirnya menengok.
"Apa?"
"Kamu udah bisa move on dari Sham?" tanyanya dengan suara ketikan laptop yang dibuatnya.
Raina mendengus, tadinya ingin melupakan sosok manusia yang bisa dibilang sudah menyakiti hatinya selama bertahun-tahun. Namun, perasaan itu teringat lagi setelah Kakaknya mengucapkan nama 'Sham'.
Namanya Shamuel Satria Sutanto a.k.a Sham. Terakhir bertemu dengannya dua tahun yang lalu dan pada saat itu acara perpisahan sekolah, Raina mengira ia akan diberi pernyataan cinta, tetapi Sham mendekatinya hanya untuk bisa dekat dengan sahabatnya, Zita. Sampai sekarang pun Raina tidak tahu hubungan mereka sekarang seperti apa, masih berlanjut atau sudah putus, IDK.
Raina bergedik. "Gak tahulah, Kak. Aku juga udah gak berhubungan lagi sama Zita dan Sham setelah kejadian itu, lagian aku udah mau lupain," ucap Raina dengan tersenyum---memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...