Sepulang sekolah Raina tidak pulang bersama dengan Arga lagi, karena kejadian kemarin. "Hufft, pulang sendiri gue. Aulia sama Aqila lagi ada rapat panitia, Zahra sama temen-temennya pulang duluan, dan Dhania mejeng dulu di kantin. Omaygad!!" gerutu Raina sambil menendang batu yang ada di depannya.
Tiba-tiba batu itu mengenai salah satu kakak kelas yang kemarin mem-bully-nya, kakak kelas itu menoleh kepada seseorang yang melemparinya dengan batu. "WOI, SIAPA YANG LEMPAR GUE PAKE BATU? KALO BERANI SINI!" teriak kakak kelas itu.
Untungnya Raina sempat untuk mengumpat dari penglihatan kakak kelas itu, kalau tidak Raina pasti akan di-bully lagi. Gadis itu menghela napas dengan lega dan mengelus dadanya. "Huft, untung aja gue cepet-cepet ngumpet. Kalo ketahuan, kan, gue diseret ke kamar mandi lagi. Lagian, ya, gue heran deh sama tuh kakak kelas, kenapa bawa gue ke kamar mandi terus basahin gue. Emangnya gue ikan apa. Kalo mau bully gue, tuh, kayak di kedai es krim. Gak apa-apa dah," ucapnya.
%♡%
Ruangan yang sangat tertata rapi, dindingnya berwarna hitam putih, di sana terpajang koleksi mainan star wars dan berbagai aksen anak cowok.
Arga menaruh tasnya asal dan duduk di kursi belajar sambil menatap ke nanar cahaya. Tadi pagi ia mendapat pesan dari seseorang yang ia tunggu selama ini dan juga perasaannya kacau saat ia tak bisa lagi dengan Raina karena Sham.
Apa sebenarnya perasaan Arga saat ini? Jelas, Arga menyukai Raina karena dia adalah sahabatnya; Raina periang, suka berubah mood sesuai kondisi di sekitarnya, pintar, disenangi teman-temannya, kadang ceroboh, tukang ngomel. Yang jelas perasaannya tidak bisa lebih dari itu atau mungkin tidak akan pernah sama sekali.
"Aaaarrrggh...!!!" Arga meremas rambutnya kesal. Bingung terhadap perasaannya sendiri, perasaan yang entah ke mana tujuannya.
"Gue bingung, Nay. Gue sebenernya masih ada rasa sama lo atau udah gak ada, gue takut kalo gue gak suka sama lo lagi. Gue takut kalo 'dia' gantiin posisi lo dihati gue, gue sa---sayang sama---"
Ponsel Arga berdering di dalam tasnya lalu ia mengambil ponselnya itu.
Raina? Ada apa dia telpon gue?, batin Arga memandangi nama diponselnya.
Arga menggeser tombol hijau dan menempelkan benda persegi panjang itu ditelinganya.
"Halo?"
Terdengar suara orang sedang menangis di seberang sana.
"Ha---halo, Ar! Gu---gue bis---bisa ngomong sama lo di ta---taman sekarang?"
"Iya, tapi ada ap---"
"Tuuut... Tuuut... Tuuut..."
Telepon dimatikan secara sepihak oleh Raina, padahal Arga belum selesai berbicara.
"Raina kenapa, ya? Jangan-jangan ada hubungannya sama Sham." Tanpa pikir panjang Arga langsung menyambar jaket yang tergantung di pintu dan keluar dari kamarnya tanpa memedulikan ia masih memakai seragam sekolah.
%♡%
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...