28. Stay Away

894 49 3
                                    

Perempuan itu berjalan menyusuri koridor lantai empat, saat sampai di tangga ujung ia berjalan sedikit dan berbelok ke kiri. Tak jauh dari sana ia menemukan dua bilah pintu ruang kelas terbuka lebar.

Semua kelas kelihatan sudah sepi dari para penghuninya, karena sejak lima belas menit yang lalu bel pulang sudah berbunyi.

Awalnya gadis itu bersembunyi di balik pintu, tetapi suara seseorang di dalam sana membuatnya ingin keluar dari tempat persembunyiannya itu. Suara itu hanya sendiri saja. Ruangan itu bergema karena pantulan ruang suara yang sepi.

"Hmm ... gue mau ungkapin sesuatu sama lo, tapi kayaknya udah telat, deh. Soalnya ... lo udah dekat sama orang ... la---lain," ucap orang itu tergagap.

Raina melirik dari ujung matanya dan tampak seorang lelaki berbicara sendiri. Sinting.

Fathan udah gila ya. Ngapain dia ngomong sendiri?

Fathan berbalik dan menemukan Raina yang sedang bersidekap menatap lurus ke arahnya. Tubuhnya gemetar, buru-buru ia mengambil tasnya dan kabur dari sana. Namun, hal itu cepat dicegah oleh Raina.

"Mau ke mana? Kan gue belum dengar secara keseluruhannya." Raina tersenyum miring dengan tangan kanannya yang dibuat palang seolah-olah Fathan tidak diizinkan untuk keluar.

Fathan berdecak kesal. "Apa? Emangnya lo tahu orangnya?"

Raina merotasikan bola matanya. Cowok yang ini gengsinya besar sekali kawan :).

"Kalau gue sebutin namanya, nanti lo tambah gugup lagi," ejek Raina.

Fathan tersenyum dan menurunkan palang yang menghalanginya, lalu pergi.

"Yeeee malah pergi aja. Dasar bo---" Saat berbalik untuk mengucapkan kata terakhir kepada makhluk yang disukai temannya, tetapi kalimat itu terputus saat makhluk jangkung hadir di hadapannya.

Cowok itu mengernyit, baru saja datang sudah disembur kalimat tak mengenakan. Lalu, ia masuk ke kelasnya. Mungkin mengambil sesuatu yang tertinggal. Seperti perasaan yang tertinggal, misalnya.

Kenapa gue ikut-ikutan gugup kayak Fathan tadi? Ck! Seharusnya gue gak halangin dia buat keluar, kan jadinya gue ketularan virusnya.

"Kenapa? Ada masalah?"

"Siapa? Gue?" Raina menunjuk dirinya dan menengok ke kanan-kirinya.

Cowok itu keluar setelah mengambil sesuatu dan menatap Raina tak suka. "Emangnya siapa lagi orang disini selain lo?" tanya Arga dingin.

"Iya, sih."

Arga beranjak pergi, tetapi Raina menahannya dengan sebuah kalimat, "Lo jauhin gue karena ada dia?" Raina menghela napas.

Masih dengan berdiri saling membelakangi. "Bukan."

"Terus?"

"Gak ada hubungannya sama dia."

"Atau karena Sham, mungkin?" tanya Raina hati-hati.

Terdengar oleh Raina suara hembusan napas kasar Arga. "Lo jauhin gue."

"Jauhin? Udah berapa kali kata itu sering gue dengar."

"Seberapa lo coba dekatin gue."

"Kalau gue jauhin lo, lo mau apa?" Raina berbalik dan menatap punggung cowok itu.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Arga berjalan menjauh dari pandangan Raina dan lenyap setelah ia berbelok. Gadis itu menepi ke balkon, memegang besi balkon itu, dan menatap cowok itu dari ketinggian.

Menjauh? Lagi.


%♡%


Setelah pulang dari sekolah Arga langsung ganti baju dan pergi. Ini bukan pergi ke warnet atau nongkrong di tempat biasa, tapi mau belanja makanan di pinggir jalan.

Biasanya Arga langganan beli jajanan tradisional, lumayan buat camilan di rumah apalagi ada tamu tak diundang yang resenya naudzubillah.

Sesampai di sana Arga lihat jajanannya warna-warni seperti case ponselnya Sham. Bukan, canda doang, Sham. Jangan baper. Tapi, memang iya lho case ponsel dia warna-warni dibagian ujungnya, overall warnanya hitam.

Lah, kenapa jadi bahas case ponselnya si mayat pucat?

Arga milih sesuka hatinya yang menurut selera, lebih banyakin kue putu ayu karena enak. Lalu Arga kasih ke Mba jualannya dan dibayar. Kemudian ia pulang.

Saat di rumah, orang tua Arga pergi dan ada satu makhluk sedang nonton TV di ruang tengah dengan camilan snack anak kecil. Cowok ini punya duit dari mana? Jangan-jangan dia colong duit Arga.

Ehhh ... tapi tidak mungkin, kan, Arga tabungnya di loker ber-password, biar seperti game di Bully. Dipikir-pikir lagi Sham bekas anak nakal, siapa tahu dia lebih jago daripada si tokoh utama Bully, hehehe ... Arga lupa namanya siapa, soalnya sudah jarang main game.

Lagi pula Sham anak orang kaya, so pasti punya kartu debit, tapi mana ada jajan snack di warung ada sistem gesek kartu? Ck! Mungkin belinya di supermarket kali.

"Woiii, ngapain anjir lo di depan pintu?"

"Gue heran aja sama lo, lo jajan dimana?" Kening Arga berkerut.

Dan Arga taruh plastik jajanan tradisionalnya di atas meja. Lalu mata Sham jelalatan melihat plastiknya, padahal satu tangannya sudah penuh dengan snack. Rakus.

"Beli apaan lo?"

"Gue beli plastik."

"Mana ada, orang isinya ada bulat-bulatnya gitu. Jangan-jangan makanan, ya?" Sham lirik Arga.

"Bego, lo udah gendut makan mulu. Kasihan ege sama badan lo."

"Anjir. Daripada lo kurus kayak lidi-lidian makanan yang cuma dua ribu satu, modal tulang aja bangga, cuih."

"Songong. Udah gue tumpangin juga, pergi aja sono!" Arga usir-usir Sham kemudian cowok itu senyum-senyum minta belas kasihan biar tidak diusir beneran.

Dan satu pertanyaan terlintas di otak Arga, "Sham, lo kagak sekolah? Emang gak ditanyain sama wali kelas lo?"

Sham masih nonton TV yang kartunnya Tayo. "Tenang, gue udah kirim surat izin ke sekolah." Snack Lays rasa rumput laut meluncur di tenggorokannya.

"Siapa yang buat? Lo sendiri?"

"Bukan."

Arga mengerut keningnya, bingung. "Terus?"

"Itu surat yang udah gue stok semua, jadi kalo gue gak masuk gue pakai aja," ucap cowok itu dengan entengnya.

"Anjir, emang boleh?"

"Boleh lah," Arga mengambil jajanannya dan saat dimakan sampai ditenggorokan, tiba-tiba Sham ngomong lagi, "Btw, lo udah baikan lagi sama Raina?"

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Sial, gue keselek.

Sham tepuk-tepukin punggung Arga dan sodorin botol minum. Setelah cowok itu minum, Arga mengatur napas dulu biar tidak mati mendadak. "Lo kalo ngomong bilang dulu apa!" ucap Arga kesal.

"Ya udah."

"From now on I never met her again."

Mati! Semuanya aja ngomong pakai bahasa Inggris -Shamuel.

Pengagum Rahasia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang