Raina sibuk memasukkan semua buku ke dalam tasnya hingga ia sendirian di dalam kelas, karena semua murid sudah meninggalkan kelasnya masing-masing; sekitar sepuluh menit yang lalu.
Raina menghela napas. "Cuma gara-gara nyari penggaris doang sampe gue keluarin isi tas, untung gue masih sayang sama buku." Raina menyampirkan tas ke bahunya dan bangkit dari kursi.
Hari ini Raina tidak pulang bersama keempat sahabatnya, karena Raina sudah janjian dengan seseorang yang perlu waktunya untuk mengobrol.
Orang itu sudah menunggu di gerbang sekolah sambil melipat tangannya, Raina memercepat langkahnya untuk menghampiri orang itu.
"Fathan!!" panggil Raina saat sudah bersisian dengan Fathan.
Fathan menoleh. "Lama bat sih lo, gue udah tunggu dari tadi," ucap Fathan dengan ketus.
"Iya maaf, gue habis masukin buku-buku ke tas gue soalnya habis gue berantakin," ujar Raina dengan cengengesan, "o---oh iya, lo kenapa ngajak gue ketemuan di sini?" Raina mengernyitkan keningnya.
Fathan membuka tasnya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna pink yang tak lain adalah milik Zahra, yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa harus ketemuan dulu dengan Raina? Kenapa tidak langsung mengembalikan ke Zahra?
Fathan mengulurkan tangannya dan menyodorkan kotak itu ke Raina. Raina mengernyitkan keningnya. "Ini bukannya punya Zahra, ya? Kenapa kasihnya ke gue?" Raina mengambil kotak itu.
"Lo kan temennya."
"Ya kalo temennya emang kenapa? Jadi, ceritanya lo gak berani balikin kotak ini ke Zahra, gitu."
"Ya g---gaklah, lagian gue tadi lupa mau balikin pas istirahat kedua, terus ketemunya lo ya udah gue kasih aja ke lo."
"Oh oke," Raina menaruh kotak milik Zahra ke dalam tasnya, "kalo begitu gue pulang dulu ya, bye." Belum sempat Raina melangkah, seseorang memanggilnya dari belakang.
"Rainaaaaaaa."
Raina menoleh ke sumber suara tersebut, dan itu suaranya Arga, "Apa?"
Arga mengatur napasnya saat berada di depan Raina dan Fathan. "Hosh ... hosh ... hosh ... eh, Fathan gak balik lo? Ngapain lo sama Raina?" Arga menatap Fathan dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Kepo bat lo," jawab Fathan dengan ketus lalu pergi meninggalkan kedua manusia itu.
Arga memandangi temannya itu yang hari ini sangat ketus dan tanpa ba-bi-bu langsung pergi meninggalkan mereka berdua, ucapin salam atau sekedar basa-basi. Oh, mungkin karena virus dari kuenya Zahra. Sudahlah kue Zahra jangan dibahas nanti dia marah.
"Ada apa lo manggil gue?" tanya Raina dengan menaikkan satu alisnya.
Seakan lupa Arga memanggilnya untuk apa, sebentar, ia berpikir dulu, "Gue mau ngomong, tapi gak di sini."
"Ngomong aja, sih, emangnya kenapa?"
Arga menggeleng. "Gak mau, pokoknya lo ikut gue aja, susah banget sih tibang ikut gue doang." Arga menarik tangan Raina untuk dibawa ke tempat di mana Arga ingin berbicara berdua dengannya.
Tanpa persetujuan dari Raina, Arga menarik tangannya. Ar, lo mau ngomong apa sampe gue diajak ke tempat yang lo pilih. Atau lo mau ... ck, apaan sih Rai, ya kali dia mau nembak lo di tempat romantis. Deket aja baru dua minggu, batin Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...