Sudah seminggu Arga menjauh dari Raina, penyebabnya karena Arga tak mau Raina jatuh lebih dalam karena menyukainya dan akan lebih tahu lagi kedepannya.
"Sejak kapan lo suka sama gue? Kapan? Kok, lo berani-beraninya suka sama sahabat lo sendiri, hah?"
Kata-kata itu masih terngiang-ngiang dikepala Raina seakan ia tak mau hubungan persahabatannya dengan Arga berakhir hanya karena ia diam-diam menyukai cowok itu. Tapi, ini bukan salah disukai atau menyukai karena dua faktor itu tak akan pernah salah, itu sudah faktor ilmiah yang tak bisa mereka hindari sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Sudahlah, jangan terlalu larut dalam kesedihan yang tak pernah usai ini. Hidupmu bukanlah untuk memikirkan cowok itu seutuhnya, kan? Masih banyak hal yang harus dipikirkan.
Hari ini adalah acara pentas yang telah dipersiapkan selama berminggu-minggu oleh peserta panitia. Ada bazar makanan yang tak kalah meriahnya juga.
"Rai, turun!" seru tiga siswi di ambang pintu kelasnya sambil mengisyaratkan untuk keluar dengan tangannya.
Raina dengan posisi membenamkan wajahnya dikedua tangannya yang terlipat di meja segera mendongak keluar. Dan melihat ketiga temannya sudah menyusulnya untuk turun ke lapangan bersama-sama.
Dengan wajah lesu dan langkah gontai, Raina beranjak dari kursinya dan mendekat ke arah ketiga temannya.
Hari ini teman seperbangkuan Raina, Rinda, pergi ke luar kota. Katanya ada acara keluarga.
Setelah mendekat, Dhania yang tumben dikuncir kuda ke bawah mengernyit. "Lo kenapa? Sakit?" tanyanya, telapak tangan Dhania mendarat di dahi Raina yang ternyata agak panas.
"Astajim, lo panas. Mendingan ke UKS aja."
Raina menggeleng. "Gak mau, gue mendingan ikut acara ini daripada tidur-tiduran gak jelas di UKS," jawab Raina.
"Gue, sih, kalo jadi lo mendingan di UKS dah, daripada panas-panasan di lapangan nanti," usul Viola dengan nada sombong.
"Yang jaga UKS hari ini Bu Salma. Sekalinya lo cuma panas biasa gak bakalan dibolehin mejeng di UKS. Nama lo bakalan dicatet sama dia karena dikira bolos acara ini, gue sih ogah nama gue dicatet," ucap Raina.
"Udahlah, ayo kita turun ke bawah!" ajak Zahra dengan menggandeng tangan Dhania dan Raina di masing-masing tangan.
Sementara Viola yang tidak digandeng tangannya hanya cemberut. "Ihhh gue juga mau digandeng," ucapnya sambil menjulurkan tangannya ke depan untuk meminta gandengan tangan.
"Lo minta digandeng aja sama Sham, Vi," celetuk Zahra tanpa dosa.
Seketika Dhania dan Raina berubah menjadi heboh akibat celetukan dari Zahra. "HAH? JADI VIOLA SUKA SAMA SHAM TERNYATA!!" teriak Dhania memenuhi isi koridor.
Viola menggeleng kesal. "Gak," Kini tatapan Viola beralih tajam kepada Zahra yang asal jiplak berbicara, "apa-apaan, sih, lo Zah bikin gosip yang tidak-tidak aja. Bukannya elo ya yang lagi lope-lopean sama Sham?" bantah Viola.
Seketika Zahra melotot dan menggeleng. "Gak, siapa yang bilang?"
"Guelah tadi barusan."
Raina menghembus napasnya dengan kasar. Malas memerhatikan keributan kedua temannya itu yang tidak mau mengalah, begitulah makanan sehari-hari Raina. Tidak ada Dhania-Aqila, ya, Viola-Zahra pun jadi.
"Ish, malah berantem. Ayo, katanya mau ke lapangan! Keburu tempat duduknya penuh," ujar Raina yang sudah pening.
Zahra menoleh sambil cengir kuda. "Maaf ya, Rai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...