"Rai? Lo kenapa diem?" tanya Arga.
Raina menggeleng sembari memakan cimol yang ia beli tadi---sama Bang Asep.
Mereka berdua berjalan lagi sampai di depan gerbang sekolah. Raina mencari batang hidung teman-temannya di setiap penglihatannya tetapi tidak ada. Sialan, Raina ternyata ditinggal.
Gadis itu mencoba merogoh ponselnya di saku rok lalu mencari kontak salah satu temannya untuk ditanyakan.
Raina :
Zahraa, kok ditinggal beneran sih?? :(( |
Kan gw cuma bercanda|Zahra :
|tuh kan emg ngada2 lu, cuma ngomong doang suruh balik duluan.
|tapi ada arga kan?Raina :
Dari mana lu tau ya :))|
Atau jgn2 lu yg ksh tau ke dia kalo gw masih ada di sekolah?|Zahra :
|yak 100 buat anda, udah ya Rai gw sama yang lain mau makan dulu. Lu nikmatin aja jalan berdua sama Arga, bye~Seketika Raina melongo membacanya. Demi apapun sahabat-sahabatnya itu kampret tingkat dewa, rasanya pengen mutilasi mereka berempat. Musibah apa lagi sih ini? Kampret lo semua, batin Raina dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Arga melihat wajah Raina kusut seperti benang layang-layang. Rasanya ingin tertawa. Gemas. "Kenapa? Temen lo pada kemana?" tanya Arga.
Raina menoleh. "Gue ... ditinggal. Kampret semua temen gue, gue dikira apaan ditinggalin. Uang gue tinggal seribu mau naik apa coba pulangnya!?" Raina menggerutu dan menyalahkan temannya kemudian frustasi dengan uang yang tinggal seribu rupiah.
"Jalan kakilah," ucap Arga enteng.
Disitu emosi Raina memuncak seperti ingin melampiaskan kekesalannya kepada orang lain. "Jalan kaki? Bisa gempor gue. Ahhh gimana ini? Gue panik." Raina memegang kepalanya.
Tes.
Tes.
Tes.
Hu-hujan? Gue benci hujan.
Zrassshhh!!!
Hujan turun dengan derasnya membuat jalan sekolah basah terkena air hujan. Raina segera berlari mencari tempat untuk berteduh; masih di area sekolah.
Raina membenci hujan, tetapi tidak dengan Arga yang sedang menikmati hujan sambil bersenandung di bawah rintik air hujan.
"Ar, lo neduh ngapa. Hujan tau, besok lo sakit aja. Ar!!" Raina berteriak dari tempat ia berteduh. Raina melipat kedua tangannya. Dingin. Menggigil.
Arga tidak menghiraukan omongan Raina yang sedari tadi berteriak untuknya dan kembali menikmati setiap tetesan air hujan yang turun, "Gue gak mau neduh. Gue suka hujan." Arga merentangkan tangannya dan memejamkan matanya; mendengar setiap makna dari hujan.
Flashback On
Hari itu hujan turun dengan sangat derasnya. Membuat pemandangan yang ia lihat menjadi basah karena hujan.
"Arga, kamu gak main keluar, Nak?" tanya seorang Ibu dari belakangnya.
Arga menggeleng. "Gak mau Bu. Nanti Alga cakit telus Ibu jadi cucah kalena Alga." Ibu Arga mengelus kepalanya dengan pelan sambil tersenyum.
"Kamu sedih ya, karena teman kamu pindah sekolah. Siapa tuh namanya, hmmm ... oh si Naya kan?" Ibu Arga tersenyum manis.
Arga menunduk. "Kok Ibu tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...