Entah perasaan apa yang menyelimuti hati mereka sampai minuman dingin ber-es batu itu mulai mencair dan minuman panas menjadi dingin karena suhu cuaca.
Kedua lelaki itu yang duduk saling berhadapan memasang wajah tegang bercampur amarah, padahal mereka berdua adalah teman, kan?
Sementara, perempuan yang baru datang di negara kelahirannya hanya menatap kedua lelaki itu secara bergantian dan sesekali tersenyum kepada Raina yang tampak bete. Justru yang seharusnya marah disini adalah Raina, tetapi kenapa kedua lelaki itu yang sangat marah dibandingkannya. Atau Raina memang benar-benar tidak tahu ada masalah apa yang disembunyikan oleh keduanya.
Raina harus mencari tahu.
"Hmm ... boleh gak kita ngobrol biasa gitu. Jangan kebawa emosi dulu." Perempuan yang bernama Naya memberanikan mulutnya yang sedari tadi terkunci rapat dibiarkan terbuka mengucapkan kalimat.
Raina memandangi lelaki yang berada di kanan dan kirinya. Ia menghela napas panjang. Kenapa gue harus berurusan sama yang namanya cowok?. Raina menundukkan kepalanya karena kelamaan menengadah yang membuat otot lehernya berkontraksi terlalu lama. Ia mengamati seragam yang ia kenakan, dengan bodohnya ia belum berganti pakaian terlebih dahulu dan langsung bergegas ke sini hanya untuk sebuah keheningan. Rasanya bosan.
"Kalian kalau gak ada yang mau diomongin mendingan gue pulang."
"Sebentar dulu, Rai," ucap mereka berdua bersamaan. Mereka saling menatap lalu membuang muka.
"Lo yang ngomong duluan, Sham."
Lelaki itu menghela napas panjang sebelum memulai kalimatnya, "Rai, gue tahu kalo gue udah bohongin lo. Sekali lagi gue udah hancurin kepercayaan lo dan gue yakin kalo gue minta maaf pasti lo gak bakal maafin gue." Sham menatap Raina dengan intens.
"Cewek yang ada di depan lo itu adalah sepupu gue, Anak dari Adiknya Bokap gue. Lo tahulah keluarga gue sekarang kayak gimana dan dia juga teman mainnya Arga, teman hujannya yang membuat dia suka dengan hujan dan hujan juga sumber kebencian lo, kan, Rai?"
"Gue benci hujan bukan karena siapa-siapa, tapi gue benci hujan ketika ingat momen itu. Disaat gue udah tahu wajah dibalik topeng cewek gila itu."
"Tapi, Rai---"
"Mana ada sahabat yang senang diatas penderitaan sahabatnya. Gue udah teriak manggil nama lo dan gue udah kejar lo mati-matian, tapi lo malah pergi aja tanpa denger suara gue. Tiba-tiba dia dateng dengan suara mengerikan yang gak pernah gue denger seumur hidup. Namun, langit juga sepihak sama gue, dia menangis."
"Raina, gue udah coba jelasin berkali-kali ke lo kalo gue sama dia gak ada apa-apa dan itu semua salah paham, tapi lo malah menghindar terus dari penjelasan gue, seolah-olah gue yang salah disini. Manusia itu butuh keterangan Rai, gak mungkin seseorang langsung dijeblosin ke penjara tanpa adanya keterangan?"
Naya yang tak mengerti topik pembicaraan dua makhluk tersebut memilih bungkam, tapi ia juga ingin bersuara bahwa sebenarnya Raina yang salah disini. Ia tahu semuanya dibalik cinta labirin ini. Rumit.
Dan kini giliran Arga yang bersuara, "Sham, kalau misalnya Raina gak mau dengerin penjelasan lo, ya udah biarin aja. Biar dia yang cari tau sendiri dibalik kemarahannya itu," ucap Arga yang rupanya membela Sham.
Raina menoleh ke arah kiri; Arga yang menatapnya dengan tajam.
Naya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Ia bingung harus berbuat apa untuk kesekian kalinya. "Well, maaf bukannya Naya ikut campur dengan urusan kalian bertiga, tapi kalau minumannya gak diminum nanti siapa yang minum? Terus kalau kalian berdebat gitu nanti gelasnya kesenggol tumpah kan jadi mubazir. Nah, mendingan kalian minum sambil ngobrol. Naya mau beli es krim dulu," ujar Naya berusaha keluar dari lingkaran setan manusia itu.
Zita, I found your friend. And let's see her somedays later.
_____
21:25.
Manusia itu adalah makhluk lugu. Hmm ... tak juga sih. Mereka kadang bisa berubah menjadi baik seperti peri dan menjadi jahat seperti iblis. Andai tokoh protagonis di sebuah novel berubah menjadi jahat kemungkinan bisa atau tidak?
Bagaimana dengan tokoh antagonis? Terkadang mereka membuat si pembaca merasa sangat kesal dengan perbuatannya yang selalu menyakiti dan membuat hidup si protagonis tak bahagia. Ia selalu mengulur-ulur kebahagiaan protagonis.
Dan jika itu terjadi apakah beralur happy ending or sad ending?
%♡%
"ADINDA, RAINA, TURUN NAK! KITA MAKAN MALAM," teriak Mama Raina dari lantai satu.
Raina yang terbaring di atas kasur sambil menatap plafon hanya bisa membalas panggilan Mama dengan suara deheman tak terdengar.
Kacau. Raina sangat kacau hari ini. Bagaimana bisa menangis separah ini hanya karena cowok? Tidak lucu bukan? Dan anehnya Raina masih memakai seragam sekolah sejak dari Kedai Es Krim tadi dan jangan lupakan soal perempuan tadi hmmm ... siapa namanya? Oh iya, hampir saja ia lupa. Dia Naya, kan? Kata Sham dia adalah sepupunya dan sekaligus teman kecilnya Arga, tapi mana bisa? Firasat Raina tak enak tapi---
Ceklek!
"Rai, ayo turun! Mama udah panggilin kamu dari tadi tuh."
Raina mengangguk dan duduk di tepi ranjang memandangi Adinda yang terlihat seperti lidi; kurus bukan langsing. Prediksinya, jika Adinda perempuan yang sangat irit daging; maksudnya tubuhnya hampir 60% tak berdaging alias kurus nan jangkung, seperti---
"Disuruh keluar buat makan malah melamun. Ayo, keluar!"
Raina mengangguk, namun suara Adinda membuatnya menatapnya lagi.
"Kamu habis dari mana? Seragam belum diganti. Cepat sana ganti dulu bajunya," perintahnya.
Raina pun menurut dan langsung mengambil kaos lengan panjang berwarna biru serta bawahannya legging hitam panjang di lemari.
Beberapa menit berlalu untuk Raina habiskan berganti pakaian, akhirnya ia keluar kamar menuju meja makan yang di mana Papa, Mama, dan Adinda sudah duduk manis di sana. Sepertinya Raina membuat mereka menunggu terlalu lama.
Setelah makan malam Raina kembali ke kamar. Mungkin untuk mengerjakan tugas, bermain game, atau mengecek ponsel.
"Oh iya, besok IPA ada ulangan Fisika," gumam Raina.
Karena besok adalah pelajaran yang sangat amat menyeramkan dan paling menantang. Maka dari itu Raina mengeluarkan buku paket IPA, buku catatan IPA, buku rumus Fisika dan buku pendukung lainnya.
Walaupun otaknya ini tak bisa memuat banyak bacaan yang akan ia pelajari ini, jadi Raina hanya membaca sekilas dan menghafal rumus-rumusnya saja. Yang penting sudah baca.
Tiiingg~ Tiiingg~ Tiiingg~
"Siapa yang telepon malam-malam?" Raina melihat layar ponsel yang berkedip-kedip di sebelah kanannya. Saat melihat display name-nya ....
Rinda.
Eh, bukan deh tapi---
Zahra telepon malam-malam. Gak kayak biasanya. What the hell of something?
Saat benda persegi panjang menempel ditelinganya. Zahra mulai berbicara. Raina semakin bingung ketika Zahra berbicara dengan suara yang sangat senang, tetapi ia tahu suara itu adalah suara paksaan.
Akhir-akhir ini Raina pusing. Apalagi ditambah dengan kedatangan perempuan itu. Raina punya firasat yang tidak-tidak padanya meskipun ia melihatnya seperti orang yang sangat baik. The cover not same by her personality.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...