Raina memercepat langkahnya agar cepat sampai ke kelas. Habis itu Raina ingin pulang ke rumah untuk menenangkan dirinya---akibat kejadian tadi. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat di depan ada kaki yang menghalangi jalannya, gadis itu mendongak dan langsung menunduk lagi saat melihat Arga di depannya.
"Kenapa lo?" Arga melihat seragam Raina yang sebagian basah, juga Raina yang terdiam saat ditanya seperti itu, "seragam lo basah, Rai. Lo habis mainan air ya di kamar mandi? Kurang kerjaan bat sih lo."
"Gak perlu tahu. Lagian lo siapa gue, hah? Siapa? Gak usah sok peduli gitu sama gue." Raina menatap Arga diiringi oleh nafasnya yang sesak.
Arga tak mengerti yang dibicarakan oleh Raina. Cowok itu punya salah apa terhadapnya sampai Raina berbicara kasar seperti itu. "Lo kenapa, sih, Rai? Gue punya salah apa sama lo. Kalo gue ada salah bilang ke gue."
"Udahlah, mulai sekarang gue gak mau berurusan sama lo lagi." Raina berlari menuju kelasnya dan meninggalkan Arga di koridor yang sepi.
Aduh, kenapa gue ngomong kayak begini, ya, tadi. Nanti kalo dia menjauh dari gue, gimana? Ck, bodo ah, ini juga demi kepentingan fangirl-nya yang gak jelas itu. Duhh dingin bat sih, gumam Raina sambil melipat tangannya agar tidak kedinginan.
Arga melihat Raina berlari menjauh darinya. "Kok sikapnya berubah, ya? Ada masalah apa sih?! Bingung gue jadinya." Arga mengacak-acak rambutnya frustasi.
%♡%
Murid baru itu masuk ke dalam kelas VIII-1 dengan tersenyum manis. "Hai, saya akan memperkenalkan diri saya, saya Shamuel Satria Sutanto panggil aja saya Sham dan saya pindahan dari SMPN 207 Jakarta. Terimakasih." Begitulah perkenalan singkat dari murid baru itu.
Eh-eh sebentar, deh. Itu cowok brengsek yang diceritain sama Raina, kan? Ngapain dia pindah kesini, emangnya sekolahnya ada apa coba. Duh, gue mesti ceritain ke Raina apa gak, ya?! Kalo gue cerita kasian Raina-nya kepikiran lagi. Huft.
Viola yang duduk di sampingnya menyikut lengan Zahra. Merasa ada yang menyentuhnya Zahra menoleh ke arah Viola. "Hm?"
Viola cengengesan. "Anak barunya ternyata cakep beneran, ya. Gue kira yang diomongin satu sekolah itu hoax. Gila, bisa lo bayangin gak kalo the most wanted boy berturut-turut di sekolah si Arga itu dan ada anak baru yang nanti bakalan menyaingi Arga. Unch gimana gitu," ucap Viola setengah berbisik kepada Zahra.
Zahra mendengar semua kalimat yang dilontarkan Viola merasa amat sangat menjijikan, lagipula sejak kapan teman sebangkunya itu mulai tertarik dengan cowok---maksudnya membicarakan perihal cowok. Yang Zahra tahu setiap perbincangan yang mereka habiskan untuk mengobrol tidak jauh-jauh dari gibahin Mimi Peri.
"Heh, lemak tempe. Sejak kapan lo mulai peduli sama cowok? Jangan-jangan lo ketularan sifatnya Raina, ya."
"Nggak. Sotoy lo kutil kuda."
Lo gak bakalan tahu, Vi. Sesakit apa Raina dulu, mungkin cuma waktu yang akan memahami ini, batin Zahra dan kembali menatap murid baru itu.
"Hmm, mungkin perkenalannya akan dilanjutkan saat jam istirahat saja," Suara bu Rosyi terdengar lagi setelah Sham memperkenalkan dirinya. Dan otomatis detik-detik belajar akan dimulai, "Sham, kamu bisa duduk---"
"Bu, Sham sama saya aja."
"Ish, apaan sih lo. Lo aja yang pindah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...