24. Tidak Peduli

1K 57 3
                                    

Sore itu cuaca sangat tidak mendukung untuk melakukan kegiatan esktrakurikuler. Perlahan awan menutupi Sang Matahari dari sinarnya, lalu awan itu bergerak lagi hingga Sang Matahari perlahan terlihat kembali.

Sekitar tiga puluh anggota paskibra berbaris rapi yang dipimpin oleh si ketua di paskibra itu.

Melakukan 12 dasar PBB berulang kali hingga kaki mereka terasa pegal karrna terlalu lama berdiri saat kondisi cuaca tak menentu.

Semua anggota berpakaian seragam dengan bergaris biru tua dan merah di sebelah kanan baju, lalu mereka padankan dengan training sekolah.

Mungkin ini agak sedikit mencengangkan. Dulu ekskul paskibra adalah yang paling diminati oleh semua murid terutama Zahra. Awal masuk sekolah Zahra, Aulia, dan Aqila sangat bersemangat untuk mengikuti itu, tapi sangat disayangkan pada penyeleksian anggota inti paskibra mereka keluar.

Namun, tahun ini mereka mencoba untuk masuk kembali. Mungkin biar bisa cuci mata.

Bagaimana kalau dengan Zahra?

Perempuan itu sedang mengamati intruksi dari si ketua paskibra, mungkin tentang formasi untuk tampil saat upacara bendera hari Senin.

Zahra itu tinggi, jika diibaratkan ia bisa menjangkau rak perpustakaan sekolah paling atas tanpa berjinjit. Raina saja kalah tingginya dengan dia. Kalau kata orang body goals.

Biasanya pukul 3:30 ekskul sudah bubar dan mereka pulang ke rumah masing-masing.

Zahra duduk di bangku koridor sambil minum air mineral karena botol minum yang ia bawa dari rumah sudah habis. Sementara Aulia dan Aqila sedang jajan di kantin.

"Hufft ... capek banget. Kaki gue pegal," keluh Zahra sambil memijat kakinya.

Saat ia memijat kakinya pandangannya masih terfokus pada satu objek yang sedang bermain voli di pinggir lapangan. Satu objek yang masih ada di hatinya walau ia sudah berbilang 'tidak' tetap saja hati tak bisa bohong.

Zahra sedang membohongi perasaannya.

Zahra masih ingat bagaimana ia pertama kali menyukai laki-laki itu. Pertama kali bertegur sapa dengannya. Pertama kali mengobrol dengannya. Pertama kali di-notice olehnya.

Semuanya sangat indah jika saja ia tak pernah berbicara tentang perasaannya yang sebenarnya.

Dan semuanya terlambat.

Hai, senja. Hari ini kamu sangat indah. Hari ini juga aku melihat dua senja sekaligus, yang satu dia bisa dilihat oleh seluruh dunia dan satunya lagi ia sedang tersenyum ....




... ke arahku.


Ini mimpi?


Tapi, ini nyata. Senja, aku rindu kamu.

%♡%

Setelah menunggu lima belas menit Aulia dan Aqila di kantin, akhirnya mereka pulang bersama.

Kedua manusia yang barusan dari kantin tampak ceria; membicarakan Korean artist. Entah itu Lee Minho, A Pink, EXO, Nam Joohyuk, dan sebagainya.

Berbeda dengan Zahra yang memasang wajah lesu dan tak bersemangat. Apakah ia menyukai hal yang sama dengan kedua temannya? Tentu saja iya, tetapi ia lebih menyukai film Harry Potter.

"Woi, Zahra! Dari tadi lo diem aja. Kenapa?" tegur Aqila.

Makhluk satunya lagipun menanyakan hal yang serupa tapi tak sama, "Iya, lo kenapa? Pas kita di kantin lo ngapain sampai lesu kayak begitu?"

Pengagum Rahasia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang