"Raina?"
Raina langsung menoleh dan menemukan Zahra yang sedang memegang kenop pintu UKS. Begitupun dengan Sham yang kembali duduk seperti semula.
"Gue salah masuk, ya?" tanya Zahra gugup.
Raina menautkan alisnya. "Salah masuk gimana? Lo mau ke UKS, kan?" ucap Raina tak peka.
Zahra menghela napas panjang. "Rai, lo gak pulang? Masih betah aja di UKS." Zahra berbalik badan, membiarkan punggungnya yang menjadi pemandangan dua manusia di dalam ruang tersebut.
Raina melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 11:15. Seharusnya ia sudah pulang dari lima menit yang lalu.
"Oh iya udah jamnya pulang sekolah ini mah," Raina melirik Sham yang tengah melamun, sepertinya, "lo gak pulang?" tanya Raina.
Sham menggeleng sambil bangkit dari kursi. "Gue mau sholat Jumat dulu, terus gue ekskul bola."
Sham berjalan keluar dari UKS dan menatap Zahra yang ada di sampingnya, lalu pergi dengan membiarkan punggung itu dilihat oleh Zahra.
Dingin, es batu, beku. Tadi hangat sekarang dingin. Labil, ngeselin, gak jelas. Uuuuuuww ... gue kesel pokoknya.
%♡%
Selama perjalanan pulang, Zahra dan Raina tidak berbicara satu patah katapun. Yang ada hanya saling tatap dan mengalihkan pandangan. Sebenarnya Zahra malas berlama-lama seperti ini. Biasanya kalau di angkutan umum ia tak henti-hentinya membicarakan dari A sampai Z kepada Raina. Tapi, sekarang mulutnya terasa dikunci---tak mau bergerak.
Zahr marah karena ....
Tapi, kenapa harus marah karena Raina ngobrol berdua sama si malam dingin itu. Kenapa?
Secepat inikah perasaan berlabuh?
Mungkin ini cuma cinta monyet selanjutnya?
Tapi, gak lucu juga yang tadinya akrab terus kayak saling marah gitu hanya karena cowok. Titik. Gak lucu sama sekali.
Saat mulut Zahra ingin terbuka, Raina turun dari angkutan umum rutenya. Dan harus naik ke rute arah rumahnya, karena rute kami berdua berlawanan arah.
Sebelum turun Raina sempat tersenyum kepada Zahra, lalu dia membayar ongkosnya. Apakah Zahra jahat?
Zahraaaaaa kamu ini kenapa, sih? Sedang Raina lagi sakit kamu gak tanya dia pingsan karena apa. Teman macam apa kamu ini? Teman macam tikus?
Semoga dia gak salah paham. Maafkan aku Rai.
%♡%
Gadis itu berjalan menuju bilik kamarnya, keadaan rumahnya sangat sepi. Kakaknya masih di kampusnya jika masih jam siang begini.
Seketika gadis itu rindu dengan Mama dan Papanya. Apa kabar mereka? Apakah mereka baik-baik saja? Aku rindu mereka. Padahal sudah sebulan lebih orang tuanya pergi ke pulau seberang untuk sebuah pekerjaan.
Matanya perih, perutnya sakit seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam, kepalanya terasa nyut-nyutan. Mungkin sebentar lagi gadis itu akan tumbang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Teen FictionCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...