17. She is His Cousin

1.7K 64 3
                                    

Matahari kini telah menyinari Bumi dengan sinar cantiknya, sama seperti kehidupan seorang gadis yang kembali bersinar lagi setelah kejadian tempo dulu. Mungkin benar dulu ia melakukan kesalahan telah menyukai lelaki yang sudah menjadi sahabatnya, ia terus memendam rasa itu agar tidak membludak dan membabi buta. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya juga ingin merasa disukai kembali sama seperti kisah-kisah di FTV yang sering ia tonton.

Kemarin yang ia rasakan hanya pusing dan seperti ditimpuk oleh batu besar di belakang kepalanya. Lalu, ia terbangun dan menemukan lelaki itu di sampingnya. Senang, tapi firasatnya mengatakan kalau akan semakin buruk jika dirinya terus-menerus berada di dekatnya. Ada sesuatu yang mengganjal, tapi entahlah ... firasat ini benar atau tidak.

Semoga firasat baik.

"Kalian tega tinggalin gue kemarin," gerutu Raina.

"Habisnya udah sore, Rai. Gue takut diomelin Ibu gue kalo pulang kesorean dan siapa suruh lo pingsan di atas panggung malu-maluin tahu gak," jawab Viola ketus tanpa dosa karena sudah meninggalkan Raina di UKS, dengan Arga.

Raina mendengus kesal. "Tapi ... ah terserah deh, gak solid kalian." Raina melempar pandangannya ke arah lain, menatap kerumunan manusia yang ingin menimba ilmu dari lantai tiga.

"Kita solid kok. Cuma Viola yang maksa nyuruh kita tinggalin lo di UKS biar lo sama Arga---ups keceplosan." Zahra menutup mulutnya akibat ucapannya dan matanya melirik ke arah Viola. Takut jika orang itu akan segera menerkamnya.

Mata Raina membulat dan menatap kedua makhluk di sisi kanannya dengan sorot mata yang tajam. Jika dibayangkan bisa-bisa mata Raina akan keluar.

"Oooohhhh, jadi kalian berdua ya biangnya. Terus si Dhania pasti ikutan juga, kan?"

"I---iya. Ma---ma---maaf Rai, habisnya gue bingung sama sifat lo yang akhir-akhir ini suka ngelamun. Gak kayak dulu ... orang gila."

"Wah selama ini lo anggap gue orang gila gitu?"

"Iyalah, gimana gak gila coba setiap hari---eh, gak setiap hari deh, tapi pokoknya setiap lo lihat si jangkung itu bawaannya kayak mau makan orang. Cubit sanalah cubit sini, orang yang jadi korbannya. Semua orang yang ada di dekat lo dijadiin pelampiasan. Terus, karena si jangkung itu tahu kalo lo suka sama dia dan tiba-tiba dia marah karena gak suka sama lo. Gue tahu Rai sakit, gue tahu lo tuh tangisin si jangkung itu. Makanya gue mau lo baikan sama jangkung itu supaya lo gak down lagi. Frustasi gue nih," ungkap Viola mendramatisir.

Raina terkejut mendengarnya. Selama ini ia tak pernah sendiri, semua teman terutama sahabatnya ini mendukungnya dan selalu bersama-sama. Saat Raina senang semuanya ikut senang begitupun sebaliknya. Raina kira semua temannya bersikap tidak peduli jika ia berada disisi mengenaskan dan masa-masa sulit, tapi kali ini ia terharu dengan teman resenya ini---Viola. Setiap hari dibuatnya jengkel dan selalu ingin marah-marah, namun semua sifatnya itu hilang ketika makhluk itu care. Semuanya sama.

Betapa bahagianya kalian jika menemukan teman sepertinya. Teman itu langka. Teman itu susah dicari.

Air embun Raina mulai menetes satu persatu dan menimbulkan sungai dipipinya. "Hiks ... hiks ... hiks ... gu---gue g---gak pernah pu---punya temen ka---ka---kayak kaliaaaannn. Gue kira kalian tuh sama kayak temen gue di ma-masa laluuuu. Hiks." Raina mencoba menghapus air matanya, namun sia-sia karena semakin ia berusaha menghapusnya semakin deras juga alirannya.

"Jangan nangis."

"Cengeng lo," tukas Viola.

"Gue cengeng karena lo, bodoh. Nyesel gue nangis hiks," ucap Raina masih sesegukkan.

Pengagum Rahasia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang