"Kapan balik ke Indonesia?"
"Kayaknya masih lama, deh, Ar. Tapi, nanti aku coba tanya ke Ayah pas liburan semester aku boleh atau gak ke Indonesia, buat ketemu sama kamu."
"Hm."
"Daritadi aku udah ngomong panjang lebar, tapi kamu jawabnya singkat-singkat mulu."
"Lagi mager ngomong."
"Hahaha bilang aja kamu gak mau telponan sama aku. Ya udah, deh, aku tutup telponnya, ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
"Tuuut... tuuut... tuuut..."
Sambungan teleponnya terputus. Arga menaruh ponselnya kembali ke tempat di mana cowok itu mengambilnya. Cowok itu beralih pandangan ke luar jendela, di mana saat itu kondisinya hujan deras. Jadi, teringat dengan Raina yang memarahinya karena hujan-hujanan dan pada hari itu pula mereka menjadi dekat. Namun, waktu cepat berlalu hingga mereka berawal ke kondisi semula, saat tidak saling kenal satu sama lain.
Salahnya juga mengapa harus kesal dengan perasaannya? Padahal Raina tidak pernah tahu siapa sosok Naya sebenarnya, cowok ini tidak pernah menceritakan secuil pun tentang itu kepadanya. Tetapi, Arga masih berpegang teguh terhadap janjinya yang sudah menjamur.
Cowok ini memilih untuk mengistirahatkan badannya sejenak dengan memejamkan matanya di tempat tidur berukuran medium tersebut.
%♡%
"Ish, sumpah, ya, gue kesel sama Fathan kalo ceritanya kayak begini," teriak Raina saat dua perempuan ini saling cerita di balkon ujung kelas Zahra.
Tatapan Zahra semakin tajam kepada perempuan yang berteriak di depannya, sudah dibilang jangan teriak malah berteriak.
"E---eh maap, Zah, kelepasan hehehe," ucap Raina menyengir kuda.
"Ck, gimana nih, Rai? Gue udah coba minta maaf, tapi kayaknya dia marah banget sama gue," ucap Zahra dengan pasrah, perempuan ini mengerucutkan bibirnya sembari menekuk wajahnya, menatap Raina dengan harapan semoga temannya bisa membantunya.
Namun, takdir berkata lain. Raina sama sekali tidak bisa menolong berhubung ia juga mempunyai masalah, tapi bukan alasannya juga untuk tidak membantu temannya ini yang sedang dilanda kebingungan sebab ulahnya sendiri.
Raina memandangi Zahra yang tengah melihat ke bawah balkon dengan tatapan kosong. "Zah, lo udah jelasin belum ke Yano? Dia marah juga karena mulut lo yang main ember aja."
Zahra segera menatap Raina. "Udah, tapi Yano keburu emosi jadinya dia gak mau denger apa yang gue omongin. Salah gue juga, sih, ngapain juga ngomong-ngomong kalo Fathan suka sama Arsha, padahal dilain sisi Yano sahabatnya juga suka," Zahra menghela napas, "dia juga bilang kalo sahabat itu lebih berharga dibanding apapun. Seperti kita gak sengaja temuin sebuah berlian di dasar laut." Zahra mengulangi kata-kata yang pernah diluncurkan melalui bibir Fathan kepada perempuan yang menatapnya dengan serius.
"Ya udah, kalo gitu tunggu aja sampe waktu memenuhi semua keinginan lo."
"Sampai kapan?"
"Sampai Fathan sadar kalo lo benar-benar tulus sama dia, dengan artian bukan menjurus ke 'pacaran'. Suka gak harus pacaran, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia ✔
Genç KurguCerita ini akan mengantarkanmu mengapa seseorang bisa menjadi 'Pengagum Rahasia' dan kenapa rasa suka terhalangi oleh luka lama? Demi mengungkapkan kebenaran 'mantan sahabatnya' ia harus rela berdamai dengan masa lalunya. Masa lalu itu dulu menjadi...