[4] Pernikahan

6.3K 240 3
                                    

"Pe, ada tamu." Raja menyenggol pelan lengan Felove yang sedang asik memainkan ponselnya, lalu dengan gerakan cepat, Felove mengikuti Raja yang berdiri dan memberi senyuman manis ke setiap tamu undangan yang datang.

Ia dan Raja diberi tugas untuk menjadi penerima tamu.
Tugasnya mudah, hanya berdiri saat melihat ada tamu yang datang, sambil menebarkan sedikit senyum kepada tamu itu.
Tidak butuh waktu lama.
Dalam jangka kurang dari 20 detik, mereka bisa duduk kembali saat tamu itu sudah benar-benar masuk ke area resepsi pernikahan.

Felove mendengus, lalu duduk dan kembali mengutak ngatik isi ponselnya tanpa memperdulikan orang orang disekitar.

Jam sudah menunjukkan pukul 15.30.
Dan dalam jangka waktu setengah jam kedepan, Felove akan terbebas dari tugasnya saat ini.
Tamu yang datang saat ini juga sudah mulai berkurang dari saat saat sebelumnya.
Jadi jika ditinggal bermain handphone, mungkin bukan suatu masalah besar.
Begitu fikirnya.

Raja merogah isi kantung belakang celana jeans nya, lalu mengambil ponsel yang baru saja bergetar menandakan ada sebuah panggilan masuk.

Raja menggeser tombol hijau di ponselnya, lalu menempelkan ponsel itu ke telinga seraya mengucapkan salam kepada si penelpon.

Dari attitude nya, dia terlihat sangat baik disini.
Tapi jika dilingkungan sekolah, hm.
Kau akan bisa membedakannya nanti.

Raja berdiri, lalu berjalan cepat untuk keluar dari gedung pernikahan ini.
Felove menoleh sesaat, melihat Raja yang berjalan keluar gedung dengan wajah yang lebih berseri dari sebelumnya.

Ada apa dengan anak itu?

Felove menggelengkan kepala, lalu kembali memfokuskan pandangannya ke layar ponsel.
Ia sedang sibuk chattingan dengan Cinta di whatsapp.
Kata Cinta, ia harus mendadak keluar kota hari ini karena ada keluarganya yang sedang sakit dan sangat mengharapkan kehadiran orang tuanya disana.
Sebenarnya Cinta tidak berminat ikut. Tapi karena suatu paksaan dari kedua orang tua serta adik kecilnya, ia akhirnya mengalah dan ikut pergi bersama ketiga keluarga besarnya ke luar kota.

"Kalo Raja mah, ntar juga nyusul. Lo kayak gak tau Raja itu gimana orangnya. Gue tebak deh, lulus SMA nih, Raja bakal langsung kawin!"

"Si anjir"

Terdengar suara bergemuruh dan banyaknya hentakan kaki serta gelak tawa yang pecah dari depan pintu gedung ini.
Awalnya Felove diam dan tidak peduli terhadap suara rusuh itu.

Tetapi semakin lama, suara itu semakin menggangu dan akhirnya membuat Felove mengangkat kepala serta mengalihkan pandangannya yang berawal dari layar ponsel, menjadi ke pusat suara rusuh yang berada tepat di pintu masuk gedung pernikahan ini.

"Loh? Kok ada Lope sih disini?" Salah satu dari ketiga teman Raja menatap dalam kedua mata Felove, lalu menunjukkan senyum misterius kepada Raja yang berada tepat di sebelahnya.

"Jangan jangan lo ngundang Felove juga ya, Ja? Loh? Kok baju lo seragaman sama baju Felove sih?! Terus kok Felove dandan sampe segitunya--"

"Dandan segitunya gimana maksud lo hah? Lo bilangin dandanan di muka gue menor?!"

Teman Raja yang Felove lupa namanya langsung menggeleng pelan, lalu menyenggol bahu raja entah karena apa.

"Eh, Pe. Kenalin ini temen temen gue. Kali aja ada yang lo gak kenal. Yang ini, namanya Bryan, terus yang itu namanya Morgan, dan yang paling ganteng itu--"

"Gue laper. Mau makan" potong Felove tepat sebelum Raja mengucap nama temannya yang paling terakhir. Nama temannya yang paling tidak peduli. Paling tidak mengerti. Paling tidak bisa diandalkan.

CROCOBOY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang