[55] M o n s t e r

2.2K 98 9
                                    

"Astaga,"

Felove menatap laki-laki di hadapannya. Itu memang benar orang yang sedang Ia cari. Laki-laki itu memang Raja. Bedanya, wajahnya yang semula mulus dan tampan berubah karena luka lebar yang terlihat seperti... luka bakar?

"Lo ngapain pada kesini." Ujar laki-laki itu kembali menatap langit, berusaha mengacuhkan orang-orang di belakangnya.

"Lo kena—" Ucapan Felove terputus karena Daniel yang menahan dirinya. Ia lebih memilih mengikuti perintah Daniel, karena Ia yakin Daniel yang paling mengerti kondisi Raja saat ini.

"Saya sudah bilang Raja tak apa. Hanya ada sedikit masalah. Sebenarnya dia enggan bertemu denganmu." Bisik Daniel di telinga Felove. Membuat gadis itu semakin penasaran hingga memilih berjalan mendekati Raja.

Daniel berusaha keras menahan gadis itu. Namun, Felove terus berontak. Gadis itu terus berjalan mendekati Raja. Walaupun sedikit ragu karena takut Raja akan marah besar kepadanya, namun Ia lebih memilih untuk kena marah daripada tak mengetahui tentang apa yang telah terjadi saat Ia tak ada di negeri ini.

"Ja, gue duduk di sebelah lo boleh ya?"

Felove berucap selembut mungkin. Berharap Raja luluh dan mengalah kepadanya.

"Kok gak dijawab sih, Ja? Gue anggap jawabannya iya deh. Jadi gue boleh ya, duduk—"

"Gak usah. Lo disana aja jauh-jauh. Gue gak mau lo takut gara-gara ngeliat muka gue." Jawab Raja masih dalam posisi membelakangi Felove.

"Takut kenapa? Emangnya lo setan harus gue takutin?"

Punggung Raja bergerak kecil. Menandakan bahwa pria itu terkekeh, "Hampir jadi setan." balasnya.

"Kok ngomongnya gitu sih, Ja." Felove berjalan ke samping tubuh Raja. Ia duduk tepat di samping laki-laki itu, ikut menatap langit.

"Gue gak pernah sayang sama lo karena lo ganteng, Ja. Gue gak pernah peduliin lo karena muka."

Raja diam. Tak membalas perkataan gadis itu.

"Gue gak tau apa yang sudah terjadi sama lo. Orang-orang bilang lo lagi fokus ngejar SBMPTN lah. Lagi sibuk sama hobi baru lah, foto-foto. Gue kecewa karena yang jemput gue di bandara waktu balik dari Melbourne bukan lo. Tapi gue gapapa. Gue gak marah karena kalian semua bohongin gue. Gue cuma pengen tau lo kenapa."

"Selama lo masih ada di dunia ini, dalam bentuk apapun, dengan sifat yang sama seperti Raja yang pernah gue kenal, gue akan terus sayang sama lo karena lo saudara gue, Raja."

Raja menolehkan kepala, menatap Felove yang menahan tangisannya dan berusaha untuk tak menatap laki-laki di sebelahnya itu, "Walaupun Raja itu dalam bentuk monster sekalipun?"

Felove tak dapat membendung lagi air matanya. Ia menoleh, menatap Raja yang masih menatap kedua bola matanya.

Ia langsung menghambur peluk kepada laki-laki itu. Ia memeluk Raja. Erat sekali. Tak ingin laki-laki itu pergi meninggalkannya. Ditengah tangisnya Felove berkata, "Lo kenapa..." begitu ujarnya.

Raja yang tak pernah tersenyum selama kurang lebih dua minggu itu perlahan mengangkat ujung bibirnya. Ia tatap lagi gadis yang saat ini memeluknya, lalu ia balas memeluk gadis itu. Membuat tangis Felove semakin menjadi-jadi.

"Udah-udah. Diem. Gue gapapa."

Felove tetap menangis. Tak peduli jika dianggap menjadi gadis paling cengeng seantero raya.

"Kalau lo gak diem gue marah."

Ucapan Raja seakan menjadi tombol berhenti dari tangisnya. Gadis itu mengusap wajah, lalu menatap wajah Raja yang masih asing untuknya.

CROCOBOY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang