"Maaf pak, setau saya itu baju punya Raja, bukan punya Felove. Bukankah gak baik, kalo mengaku-akui barang orang sebagai milik kita? Apalagi sampai harus membohongi guru agar bisa terlolos dari hukuman. Dan parahnya lagi, dia membuat orang lain kena hukum, padahal orang itu gaada salah apa-apa. Parah banget gak sih?"
Kalimat panjang itu selalu terngiang di telinga dan pikiran Felove, bahkan sampai saat ini.
Kalimat yang telah membuatnya berdiri disini.
Di tengah lapangan ini, dengan baju dan celana kebesaran, disertai tawa dan teriakkan siswa-siswi untuk gadis yang saat ini terlihat persis seperti badut yang sering meminta sumbangan di lampu merah.Selain menggunakan baju dan celana yang kedodoran milik Raja yang digunakannya tadi, Felove juga mengikat rambutnya menjadi dua, dan ia mencoret wajahnya dengan bentuk kumis kucing juga hidung badut.
Tentu, itu bukan keinginannya.
Itu adalah hukuman karena kesalahannya.
Satu, karena ia tidak membawa baju olahraga.
Dua, karena ia telah berbohong kepada guru.
Tiga, karena ia membuat orang lain terkena hukuman yang seharusnya adalah hukuman untuknya.
Empat, karena ia terlambat datang ke lapangan.
Dan lima, karena ia telah membuat seorang Raja terus melawan guru, karena mati-matian membela dirinya."Tapi bukan gini juga hukumannya, Pak. Bukankah ini sama saja dengan kasus bullying? Kalaupun ada hukuman yang harus bapak beri ke dia, bukan dalam bentuk kayak gini--"
"Sebaiknya kamu diam! Saya sudah menasihati kamu berkali-kali, jangan membela orang yang sudah jelas-jelas salah. Tapi apa, kamu bahkan tidak menerapkan nasihat yang saya berikan itu."
Raja berdecak. "Gak gini pak! Bapak sudah buat dia malu karena dilihat seisi sekolah. Bapak lupa sama apa yang sudah dia lakukan dulu? Dia anak baik pak, saya kenal dia. Jangan hanya karena satu kesalahan, bapak jadi mengabaikan ribuan kebaikan yang pernah dia buat."
"Raja, diam! Dia punya banyak kesalahan dan saya harap dia bisa jera dengan hukuman seperti ini."
Raja kembali berdecak kesal. "Terserah bapak. Maaf sebelumnya, tapi saya sama sekali gak bermaksud untuk melawan perkataan orang yang lebih dewasa dari saya. Tapi sikap bapak yang barusan, sama sekali gak pantas untuk dilakukan oleh seorang guru! Dan bapak, bapak terlihat seperti orang yang tidak berpendidikan! Bapak gak berprikemanusiaan!" Raja menatap sinis kedua bola mata guru mata pelajaran olahraga tersebut, lalu ia berlari ke tengah lapangan untuk mendatangi Felove yang saat ini sudah dipenuhi oleh keringat.
"Ayok balik." Ucap Raja kepada Felove yang menyipit untuk menatap dirinya dengan jelas.
"Emang udah boleh balik?"
Raja memutar malas kedua bola matanya, lalu ia meletakkan tangannya di belakang punggung dan belakang lutut Felove, sebelum ia mengangkat gadis berat itu untuk membawanya pergi dari lapangan yang panas akibat terik matahari ini.
***
Felove turun dari atas motor Raja setelah mereka sampai di halaman rumah milik Felove, lalu ia melepas helm dan memberikan helm itu kepada Raja.
"Lo sekarang masuk ke dalam rumah. Istirahat. Nanti gue delivery makanan buat lo." Ucap Raja sembari mengambil helmnya dari Felove.
"Nggak--"
"Gue bayarin."
Felove tersenyum kecil, lalu ia menepuk-nepuk pelan pundak Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROCOBOY [COMPLETED]
Teen FictionBagaimana jadinya, bila kau sudah berulang kali menjadi mainan seorang laki-laki brengsek, tetapi tetap mencintainya dan ingin terus kembali bersamanya walau sakit telah berulang kali menimpa dirimu? Perkenalkan, Dia Reynard Saputra. Seorang laki la...