Felove kembali mengetuk pintu besar yang ada di hadapannya, sambil sesekali mengecek ponselnya berharap ada sesuatu di ponsel tersebut.
Cklek.
"Eh, Felove."
Felove tersenyum, lalu ia mencium punggung tangan kemudian memeluk wanita dewasa di hadapannya. "Siang ma. Maaf Felove ganggu siang-siang gini." Ucapnya.
Wanita di hadapan gadis itu tersenyum. "Mau kamu datang tengah malam juga mama gak akan merasa terganggu." Jawabnya. "Ayuk masuk. Mama udah masak loh."
Felove mengikuti wanita itu dari belakang, lalu mereka menuju ruang makan dan duduk di meja makan yang telah menyajikan banyak makanan.
"Makan, Felove." Ujar wanita itu, yang membuat Felove hanya menganggukkan kepalanya.
"Felove kenapa? Mau mama panggilin Rey—"
"Enggak mah, gak usah." Potong Felove sambil menatap wanita itu. "Felove cuma mau ketemu sama mama." Ucapnya.
"Oh... yaudah kalo gitu. Felove mau makan yang mana? Biar mama ambilin."
Felove menggelengkan kepalanya. "Felove udah makan ma, makasih banyak tawarannya."
Wanita itu mendengus. "Kamu ini kayak siapa aja. Gak usah malu-malu gitu kamu. Kamu itu udah kayak anak mama sendiri."
Felove menganggukkan kepalanya. "Iya ma. Felove juga udah anggap mama kayak ibu kandung Felove sendiri." Ujarnya.
Felove membuka tasnya, lalu gadis itu mengeluarkan ponsel dan kembali menatap mama Reynard yang merasa penasaran di hadapannya.
"Felove punya video yang pengen Felove tanyain ke mama. Boleh ma?"
Mama Reynard mengangguk. "Boleh dong sayang. Sini mana videonya."
Felove menatap ponselnya, lalu ia menyerahkan ponsel berisikan video tersebut kepada mama Reynard.
***
"Lo udah tanya ke mamanya Rey?"
Felove mengangguk sambil menundukkan kepalanya.
"Terus, yang mau lo lakuin sekarang apa?"
Felove menutupi wajahnya dengan telapak tangan, lalu ia bersender di pundak laki-laki yang duduk di sebelahnya.
Laki-laki itu mengelus rambut panjang Felove, lalu ia memeluknya. "Lo harus ikutin apa kata hati lo, Felove." Ucapnya.
Felove menggelengkan kepalanya. "Gue gak bisa, Ja. Gue bakal nyakitin Reynard."
Raja mendengus, lalu ia membuka tangan Felove agar tak menutupi wajah gadis itu. "Apa Reynard pernah mikir dulu sebelum dia nyakitin lo?"
Felove menggeleng pelan.
"Terus kenapa lo mikirin dia sampe segitunya? Dia udah mainin lo berkali-kali, Felove."
"Tapi gue gak mau mainin dia, Raja."
Raja kembali mendengus. "Mainin gimana sih? Lo emang ada niatan gitu mainin dia? Enggak kan? Terus kenapa lo jadi nyalahin diri lo sendiri gitu coba?"
Felove mengusap rambutnya kebelakang agar tidak menutupi mata, lalu ia menatap Raja sembari berkata. "Jadi, kira-kira kapan gue bisa mutusin dia?"
***
Reynard mengetuk pintu rumahnya, sambil bersender di pintu itu karena tak mampu lagi berdiri.
Seorang pria berjalan mendekat, lalu membukakan pintu sehingga membuat Reynard terjatuh ke lantai dalam keadaan setengah sadar.
"Kamu mabuk?" Tanya pria itu, sedikit heran dengan anak tirinya. Pasalnya, anak itu menyentuh rokok saja enggan. Apalagi sampai meminum minuman keras.
Reynard mencoba berdiri, lalu ia menatap ayahnya yang menyiratkan ekspresi cemas.
"Reynard, bilang sama papa kalau kamu gak mabuk!"
Reynard tertawa, berfikir seakan ucapan ayahnya hanya candaan belaka.
"Reynard! Papa gak pernah izinin kamu minum-minum—"
Reynard meletakkan jari telunjuknya di depan mulut, lalu ia berdesis pelan. "Stt. Ribut." Ucapnya.
Papa Reynard keluar dari rumah, menatap halaman rumahnya yang kosong.
"Rey. Mobil papa mana? Mobil papa kamu yang bawa kan?"
Reynard bergumam, berfikir apakah yang pria besar itu katakan benar atau tidak.
"Reynard! Papa memberi kamu uang bukan untuk mabuk-mabukan! Mama kamu pasti kecewa banget. Bukan cuma mama, Felove juga pasti kecewa—"
"Ribut!" Teriak Reynard tepat di hadapan ayah tirinya.
Pria itu mengeraskan rahangnya, lalu ia mencengkram kedua bahu Reynard yang masih berada dibawah pengaruh alkohol.
"Mana mobil papa?!" Ucapnya, yang tak direspon apapun oleh Reynard.
"Reynard! Mana mobil papa?!"
Reynard bergumam pelan, lalu ia menjentikkan jarinya. "Mobil Mercedes yang putih itu ya?"
"Iya Reynard iya. Mana mobil papa."
"Hm, tadi nabrak. Terus gue tinggal deh."
Plak.
Reynard memegang pipi kirinya, lalu menatap ayahnya yang terlihat sangat marah saat ini.
"Itu mobil mahal Reynard! Papa gak izinin kamu bawa mobil itu karena papa tau kamu gak bisa ngejaga kepercayaan yang dikasi orang lain! Kenapa kamu ga bawa mobil yang hitam aja?!"
Reynard melambaikan tangannya. "Gak keren." Jawabnya.
Pria itu menarik Reynard keluar dari rumah, lalu ia perintahkan anak itu untuk mencari mobilnya yang ditinggalkan begitu saja.
"Jangan pulang sebelum kamu temuin mobil itu!"
Reynard mengerutkan keningnya, lalu memutar kedua bola matanya sambil berdesis pelan. "Besok aja kenapa. Kalo gak ketemu ya beli lagi, gitu aja kok susah."
Plak.
"Tau apa kamu soal beli membeli. Cari sampai ketemu!"
Reynard berdecak. "Cari aja sendiri!" Ucapnya.
Reynard masuk ke dalam rumah, lalu ia berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
"Anak gak tau di untung! Son of a bitch!"
**VOTE AND COMMENT**
Heloooo~~
Gue update nih
Jangan lupa VOTE ya
Komen jugaOh iya followers aku 299 nih. Gaada gitu yang berbaik hati mau ngefollow biar genap jadi 300? Wkwk
Oiya jangan lupa masukin Crocoboy ke library kalian ya. Karena cerita ini sudah mendekati detik-detik...
Sudalah.
Salam dari aku,
- Fina
KAMU SEDANG MEMBACA
CROCOBOY [COMPLETED]
Novela JuvenilBagaimana jadinya, bila kau sudah berulang kali menjadi mainan seorang laki-laki brengsek, tetapi tetap mencintainya dan ingin terus kembali bersamanya walau sakit telah berulang kali menimpa dirimu? Perkenalkan, Dia Reynard Saputra. Seorang laki la...