Felove meneguk air yang ada di gelasnya, lalu ia menatap Virlan dan Reynard secara bergantian. "Jadi, sejak kapan kalian saling kenal."
"Sejak SD."
"Sejak SMP."
Balas Virlando dan Reynard bersamaan dengan jawaban yang berbeda."Loh? SD apa SMP?"
Baik Virlan maupun Reynard hanya diam mendengar pertanyaan itu.
"Kalian—"
"Princess, boleh kita ganti topik aja gak?"
Semua yang ada di meja makan itu langsung menatap ke arah Virlando, termasuk juga Reynard yang sedari tadi menyibukkan diri dengan makanannya.
"Oh iya, Virlan ini Reynard. Dia pacar gue." Ucap Felove sambil tersenyum kepada Virlando.
"Pacar apa mantan?"
Felove mendengus. "Virlan, gue udah balikan lagi sama dia. Kan gue udah cerita itu sama lo."
"Oh iya balikan. Kenapa lo gak ngomong kalo Reybusan singkong yang selama ini lo maksud itu dia?"
Felove mengernyitkan dahinya. "Lo kenapa sih Lan?"
Virlando menggeleng. "Gapapa. Oh iya Rey, gue mau nanya ke lo boleh?"
Reynard terkekeh pelan. "Sure. Mau tanya apa?" Tanya nya seakan tak pernah kenal dengan Virlando.
"Lo sebego apa sih sampe mau balikan sama seorang jalang?"
Reynard membanting garpu dan sendok yang di pegangnya. "Felove bukan jalang!" Tegasnya.
"Ouh, sorry. Tapi Felove pernah cerita kalo lo pernah sebut dia jalang di depan banyak orang."
"Virlan!" Ucap Felove pelan, berharap Virlan mau menghentikan ucapannya.
"Seberapa kenal lo sama pacar gue?"
Virlan kembali terkekeh. "Seberapa kenal ya?" Laki-laki itu bergumam. "Kalo seberapa kenal gue gak tau, tapi yang jelas... gue tau dia lebih dari lo tau tentang dia!"
"Awkward banget." Bisik Bryan pelan, tapi tetap bisa terdengar oleh mereka semua.
Felove menyentuh ponselnya yang baru saja bergetar, lalu ia kembali menatap teman-temannya. "Gue ke pos satpam bentar. Ada titipan dari nyokap gue. Dia titipin ke satpam."
Semua mengangguk, lalu Felove pergi dari rumah sedangkan Virlan menarik Reynard menjauh dari teman-temannya.
Virlan mendorong tubuh Reynard ke tembok, lalu ia tatap kedua bola mata saudara sepupunya itu. "Maksud lo apa?"
"Apa?" Balas Reynard seirit mungkin.
"Gue gak suka kalo lo jadiin Felove sebagai mainan! Dia bukan cewek murahan kayak mantan-mantan lo yang bisa dimainin gitu aja."
Reynard terkekeh. "Gue tau tanpa perlu lo kasih tau."
"Lo gak akan pernah bisa ngerti!" Teriaknya.
Reynard mengangkat kedua bahunya, "tau apa lo tentang hubungan gue sama Felove?"
"Gue tau semuanya!" Teriak Virlan tepat di depan wajah Reynard.
"Lo boleh mainin cewek lain asal jangan Felove." Ucap Virlan tanpa melepas tatapannya dari sepasang bola mata Reynard.
"Kenapa? Karna lo cinta sama dia?"
Virlan mengangguk. "Iya. Gue cinta sama dia dan gue gak mau dia sakit lagi gara-gara lo."
Reynard tersenyum kecil, "gue udah janji sama diri gue sendiri, sama Felove, dan sama Tuhan. Gue udah janji gak akan nyakitin dia lagi." Jawabnya.
"Oh ya?" Virlan tertawa. "Mau berapa kali lagi lo sakitin dia pake janji lo yang itu-itu mulu??"
Virlan mengusap rambutnya kebelakang. "Udah berapa kali lo sakitin dia? Satu kali? Dua kali?? Tiga kali, empat kali atau tanpa sadar lo bahkan udah nyakitin dia puluhan kali?"
Reynard mengendorkan dasi abu-abu nya. "Apa yang lo butuhin biar lo bisa percaya kalau gue gak akan nyakitin dia lagi?"
"Cuma satu yang gue minta dari lo."
Reynard menaikkan sebelah alisnya.
"Putusin Felove dan pergi jauh-jauh dari kehidupan dia."
Reynard tertawa lalu menggeleng. "Gue gak mungkin nyerahin salah satu harta berharga gue gitu aja ke orang kayak lo!" Bentaknya.
Virlan menarik kerah baju Reynard, lalu ia mendekati wajah laki-laki itu. "Gue gak mau, kejadian antara gue, lo, dan Chelsea terulang lagi." Ucapnya.
"Gue—"
"Belum puas lo? Setelah lo ambil Chelsea dari gue, terus lo sakitin dia gitu aja sampe gue gak pernah bisa ketemu lagi sama dia, lo belum puas juga?"
Reynard membalas mendorong Virlando, sehingga kini Virlando lah yang tersender di dinding. "Jangan bawa-bawa Chelsea di masalah ini, ngerti?"
Virlan mendengus. "Kenapa? Bukannya lo bangga karena lo—"
"BERAPA KALI HARUS GUE BILANG KE LO KALO BUKAN GUE YANG BIKIN CHELSEA MENINGGAL!" Teriaknya.
"Bukan lo? Terus kalau bukan lo—"
"Virlan, Rey."
Virlan dan Reynard menoleh secara bersamaan, lalu mereka melihat Felove yang sedang berdiri menatap mereka bingung. "Kalian ngapain?"
Virlando dan Reynard merapikan baju mereka masing-masing, lalu mereka berjalan mendekati Felove sambil tersenyum.
"Kita gak ngapa-ngapain. Ayuk balik ke meja makan."
Mereka bertiga kembali ke meja makan, lalu meneruskan kembali kegiatan mereka seperti semula seakan tak terjadi apa-apa.
***
"Dia tidur dimana?"
"Kata dia sih dia ada keluarga disini. Jadi dia tinggal di rumah keluarganya."
"Oh yaudah. Gue gak mau dia tidur dirumah lo."
Felove mengangguk. "Iya Reynard." Jawabnya.
"Felove."
"Hm?"
"Gue cuma mau kasih tau kalo gue bener-bener cinta sama lo."
Felove tersenyum. "Iya gue tau."
"Felove."
"Hm?"
"Gue mau nanya sesuatu boleh?"
Felove mengernyitkan dahinya. "Nanya? Ya boleh lah, Rey. Nanya apa?"
"Gue tau lo orang baik. Dan gue tau lo gaakan mengeluarkan kata-kata yang gaada di hati lo."
Felove makin bingung oleh ucapan Reynard. "Lo kenapa sih?" Tanya nya.
Diseberang telepon itu, terdengar Reynard mendengus. "Lo gak suka kan sama Virlando?"
Felove membulatkan matanya, bingung kenapa tiba-tiba Reynard bertanya seperti itu. "Lo.. lo apa-apaan sih nanya gitu."
"Lo cinta kan sama gue?"
Felove menggaruk kepalanya, lalu ia diam karena bingung dengan perkataan Reynard. "Gue... gue dipanggil mama Rey. Gue matiin dulu ya. Bye, Rey."
Tut.
Felove melemparkan ponselnya, lalu ia memeluk guling dan menopangkan dagu di guling itu.
Ya Tuhan, apa yang salah sama aku, batinnya.
**VOTE AND COMMENT**
Sesuai janji, gue update. Yey!!!
Jangan lupa vote dan comment ya
Salam sayang,
- Fina.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROCOBOY [COMPLETED]
Teen FictionBagaimana jadinya, bila kau sudah berulang kali menjadi mainan seorang laki-laki brengsek, tetapi tetap mencintainya dan ingin terus kembali bersamanya walau sakit telah berulang kali menimpa dirimu? Perkenalkan, Dia Reynard Saputra. Seorang laki la...