[51] Tragedi

2.5K 83 11
                                    

Author POV

"Reynard! Sayang, kamu mau kemana?"

Reynard membalikkan badan, lalu ia menatap perempuan yang berdiri beberapa meter di hadapannya, memegang sebuah gaun pernikahan berwarna biru soft juga heels berwarna silver.

"Mau kerumah sakit, jenguk Raja. Katanya dia masuk rumah sakit."

"Raja masuk rumah sakit?"

Reynard menganggukkan kepalanya perlahan, sebagai jawaban pertanda 'ya'.

"Ya udah kalo gitu Reynard naik mobil aja ya sayang ya. Jangan laju-laju di jalan. Salam buat Raja."

Reynard yang mendengar ucapan itu terdiam sejenak, lalu ia mengangguk dan berlari mengambil kunci mobil, kemudian pergi menuju rumah sakit secepat mungkin.

***

Reynard POV

Aku menolehkan kepala selama beberapa detik ke arah kiri, sebelum akhirnya kembali menghadap ke depan untuk fokus menyetir.

Kursi itu pernah di duduki oleh gadis yang sekarang tak akan mungkin jadi milikku lagi.

Gadis yang tergila-gila dengan sepotong pizza.
Gadis yang telah berhasil membuatku merasa bersalah di setiap waktu karena telah menyakitinya.
Juga gadis yang tak pernah bosan memaafkan kesalahan yang telah diriku perbuat terhadapnya.

Aku sangat kaget ketika tau kalau Virlan pun menyukainya.
Laki-laki itu, sepupu yang kukira tak lagi bisa tertarik kepada seorangpun perempuan yang ada di muka bumi ini, kini ia merasakan jatuh cinta lagi setelah kehilangan cintanya bertahun-tahun lalu.
Kehilangan cinta pertamanya karenaku.
Karena diriku.
Aku merebut cintanya.
Dan aku mempermainkannya.

Kalau kau pikir aku brengsek,
Ya, jawabannya adalah iya.
Reynard adalah laki-laki brengsek yang hanya bisa mempermainkan hati wanita.

Aku pernah berpikir, menaklukan Felove sama seperti menaklukan perempuan lainnya.
Aku akan sangat mudah mendapatkannya, dan aku akan sangat mudah juga meninggalkannya.

Betul.
Prediksi ku memang betul, walau tak sepenuhnya berhasil.
Aku tau Felove sering menatap mataku yang katanya 'bagus' secara diam-diam. Dia juga langsung jatuh cinta padaku, saat kita secara tidak sengaja ditakdirkan untuk menjadi teman sekelas, aku tahu itu.

Aku mudah mendapatkannya.
Dan aku puas sekali akan hal itu.

Aku pikir, menendangnya pergi dari kehidupanku sama mudahnya.
Ternyata aku salah.
Bayang-bayangnya susah sekali dihilangkan. Apalagi, ketika aku mengetahui ia sakit hati karena diriku. Aku merasa sangat bersalah kepadanya. Bahkan aku tak bisa memaafkan diriku sendiri atas hal itu.

Aku sudah mengetahui kalau dirinya dan Raja adalah saudara.
Raja orang baik, dan ia sangat menyayangi Felove seperti menyayangi adik kandungnya sendiri, Daisy.
Felove akan sangat beruntung bersaudara dengan Raja.
Dan Raja pun sama beruntungnya, bisa menemui pengganti Daisy seperti Felove.

Ponselku bergetar, membuatku mengambil ponsel itu untuk menerima telepon yang masuk.

Nomor tanpa nama.
Nomor luar negeri.

Apa ini Vanessha?
Ku-reject panggilan tersebut. Lalu kembali kufokuskan pandanganku ke depan.

Jalanan saat ini lumayan senggang.
Mungkin karena ini waktu libur dan orang-orang pulang ke kampung halamannya.

Panggilan dari nomor tadi masuk lagi.
Setelah ku-reject, masuk panggilan lagi.
Dan begitu secara terus menerus.

Kuletakkan ponselku di dashboard, kemudian masuk kembali sebuah panggilan dengan nada dering yang...
Berbeda?

Sebuah lagu berjudul There For You dari Martin Garrix terputar perlahan, menandakan bahwa yang menelponku bukanlah nomor asing lagi. Melainkan...
Gadis yang beberapa menit lalu aku maksudkan.

Kubuka dashboard mobil untuk mengambil ponselku yang berada di dalamnya.
Kuraih ponsel itu, lalu kugenggam hendak menerima panggilan yang masuk tetapi sebuah dentuman keras lebih dulu mengambil perhatianku.

Mobil yang kukendarai...
Mendadak terbalik dan terguling entah karena apa.
Sampai pada akhirnya, aku tak lagi bisa melihat apapun.
Semuanya hitam. Gelap. Dan aku tak lagi di dunia nyataku yang semula.

***

Felove POV

"Vanessha udah diangkat belum?"

Vanessha menggeleng mendengar pertanyaan dari Virlan. Ia menggunakan ponselku sejak berjam-jam yang lalu.
Virlan memerintahkannya untuk menghubungi Reynard dan meminta maaf atas apa yang gadis itu katakan.

Tadi malam aku tak sengaja terjatuh saat ingin mendatangi Vanessha yang menggunakan ponselku di balkon.
Aku tak tahu, ia menggunakan ponselku untuk apa. Dan aku tak marah ketika Virlan berkata bahwa adiknya memanfaatkan ponselku untuk menghubungi Reynard.

Aku terjatuh tepat di hadapan Vanessha juga Virlan —yang bersembunyi di samping pintu balkon untuk menguping pembicaraan Vanessha dengan seseorang yang diteleponnya saat itu.

Sampai saat ini, Reynard sudah berkali-kali dihubungi oleh Vanessha menggunakan ponselku, tetapi tak ada jawaban darinya.
Tak satupun.
Mungkin, ia sedang sibuk dengan pernikahannya. Mungkin.

Kutuangkan susu ke dalam gelas, lalu aku berjalan kembali mendekati Virlan dan Vanessha yang masih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Aku duduk di sofa, menatap televisi yang menyala sambil meminum susu dan menyantap sepiring spaghetti milik Virlan yang tergeletak lemas tak berdaya di atas sofa.

"Loh? Felove?"

Kutolehkan kepalaku ke arah Virlan yang menyebut namaku, lalu laki-laki itu menunjukkan ekspresi anehnya. Yang tak bisa kupahami apa maksud dari ekspresi itu.

"Kenapa Lan?"

Virlan menatap kembali ponselnya, lalu ia kembali menatapku seakan sudah pasti dengan apa yang ingin ia katakan.

"Raja—"

"Raja kenapa?" Tanyaku kaget ketika Virlan tiba-tiba mengucapkan nama Raja.

"Raja masuk rumah sakit?"

"Raja masuk rumah sakit???" Tanyaku yang malah membuat Virlan menautkan kedua alisnya.

"Gue nanya lu, lu nanya balik. Ini gue dapat kabar dari Cinta."

"Cinta?"

Virlan mengangguk.

"Kayaknya kita harus balik ke Indonesia."

"Apa?!"

Aku mendengus, "Iya kita harus balik, Lan."

Virlan ikut mendengus, "Bahkan kita belum jalan-jalan. Kita belum ke kampus yang lo mau. Dan kita kan harus ke Sydney nemuin papa gue, kan? Kok lo mau balik aja?"

Ucapan Virlan membuatku sedikit kaget.
Sejak kapan?
Sejak kapan ia menjadi egois seperti ini?

"Ini saudara gue masuk rumah sakit, Lan." Ucapku berusaha membuat Virlan mengerti dengan apa yang aku mau.

"Iya, tapi kan lo belum tau dia sakit apa. Siapa tau dia cuma sakit ringan? Tiket balik ke Indonesia gak murah loh."

Aku terdiam sejenak.
Lalu kudatangi Vanessha, kuambil ponselku yang ada padanya untuk menghubungi Bang Daniel dan bertanya apa yang sedang terjadi pada Raja.

**VOTE AND COMMENT**

Halowww...
Pertama-tama aku mau ucapin Thank You So Much untuk 4000 viewers Crocoboy♡
Jangan lupa untuk terus Vote.
Kalau bisa komen juga, tp kalo gamau ya gapapa.

Kalian ada niat baca cerita ini aja aku udah seneng, jd makasii atas waktunya.

Semangat buat yg senin udah balik sekolah lagi. Liburnya udah selesai hehe.

Salam sayang,
- Fina

CROCOBOY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang