[8] Ardito

3.8K 148 13
                                    

Hari masih pagi.
Tetapi, seluruh siswa-siswi SMA Pancasila sudah gentar sekali karena kedatangan siswa baru kelas 12 yang berwajah tampan blasteran, yang mengendarai sendiri mobil mewahnya ke sekolah.

SMA Pancasila memiliki larangan keras untuk membawa mobil ke sekolah.
Tetapi setelah laki-laki bernama 'Ardito' itu datang dengan mobil bmw merah miliknya, semua siswa merasa peraturan di SMA Pancasila langsung tunduk kepada laki-laki bule itu.

Bagaimana tidak?
Belum sampai sehari laki-laki itu memasuki wilayah SMA barunya ini, ia sudah melanggar lebih dari lima larangan yang ada di SMA Pancasila.

Satu, Ardito mengendarai mobil pribadinya ke sekolah.
Dua, Ardito mengenakan bawahan celana levis hitam, bukan celana kain berwarna abu-abu yang jelas jelas adalah seragam resmi pelajar Sekolah Menengah Atas.
Tiga, Ardito mengenakan kaos kaki pendek berwarna hitam. Bukan putih.
Empat, Ardito memarkirkan mobilnya di parkiran khusus guru dan staff, bukan di parkiran siswa.
Lima, Ardito dengan santainya, memakai snapback sebagai pengganti topi abu-abu nya.

Tidak hanya itu, Ardito juga telah menyalahi peraturan sekolah yang lainnya.

"Gila ya tuh cowok. Baru masuk udah banyak aja peraturan yang dia langgar."

Cinta menolehkan kepalanya ke arah Jesselyn, lalu ia melihat perempuan itu sedang menggelengkan kepalanya sambil terus menatap Ardito dari kejauhan. "Ya mungkin dia belum tau peraturan yang ada disini." Balas Cinta.

"Iya anak baru sih anak baru. Tapi yakali sekolah pakek celana levis kayak gitu. Dikira ini sekolah punya nenek moyangnya apa ya?"

Cinta menghembuskan nafasnya, lalu kembali menatap Jesselyn. "Ya mungkin aja dia gak tau. Atau dia belum punya seragam, gitu?"

"Lo gila? Lo bilang apa tadi? Lo bilang dia gak punya seragam? Suruh aja sana dia jual mobil mewahnya. Dasar autis. Dia tuh cuma mau cari perhatiannya anak SMA Pancasila doang. Lo mikir gak sih? Orang gila mana, yg beli seragam untuk sekolah cuma atasannya doang kalo bukan dia?! Seumur-umur nih ya, baru kali ini gue liat anak yang mau sekolah seragamnya kayak gitu!" Ucap Jesselyn kekeh pada pendiriannya.

"Kenapa sih lo kayaknya gak suka banget sama dia? Lo kan belum kenal sama dia, apa gak sebaiknya lo positif thinking aja sama apa yang dia lakuin?"

Jesselyn berdecak. "Kenapa sih lo ngebela dia terus?"

"Gue bukan ngebela dia, tapi--"

"STOP!!!"

Teriakan Felove sukses membuat adu argumen antara Cinta dan Jesselyn terhenti.

Beberapa menit setelah itu, bel masuk kelas berbunyi, dan mereka mulai beranjak untuk bergegas masuk ke kelas mereka masing-masing.

***


"Serius?"

Cinta mengangguk.

"Terus? Dia duduk di bagian mana? Maksud gue, dia duduk di samping lo? Atau dibelakang lo? Atau dia malah sebangku sama lo?"

Cinta menggeleng sembari menyendokkan sesendok bakso ke dalam mulutnya.

"Dia duduknya di belakang. Paling belakang, paling pojok. Kayaknya dia orangnya tertutup banget deh, ya maksud gue, dia gak suka ngumbar kehidupannya gitu." Ucap Cinta.

Felove terkekeh. "Lo bilang dia gak suka ngumbar kehidupannya? Terus yang dia bawa mobil dan nyalahin berbagai macam peraturan? Itu gimana?"

Cinta mengangkat kedua bahunya. "Kalo menurut logika gue sih ya, dia itu mau buat orang lain lebih mengenal dia dari luar. Jadi maksud gue gini, dengan cara dia membuat orang lain mengenal dia dari luar, dia yakin orang itu bakal langsung menilai dia. Kayak Jesselyn gitu deh contohnya. Dia yakin, orang yang baru melihat dia bakal banyak komentar, dan mereka bakal ngerasa mereka semua itu tahu, gimana sebenernya sikap asli seorang Ardito yang baru mereka kenal. Gue yakin sih Dito gaakan peduli sama komentar mereka. Karena tujuan dia kan, cuma biar orang lain mengenal dia dari luar. Dan dengan begitu, mereka gaakan ngusik ke kehidupan pribadinya dia."

CROCOBOY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang