Penyelidikan

1.2K 232 7
                                        

"Tuan Taedong, lama tidak berjumpa," kata wanita itu.

"Ya, lama kita tak bertemu, bagaimana kabar kalian?"

"Sudah lebih dari baik tuan,"jawab suara yang sama,"Setelah mengelola warisan nenek di Gangwoon-Do, segalanya berjalan lancar."

"Bagus sekali."

Daehwi semakin menempelkan telinganya ke pintu, agar bisa mendengar lebih jelas. Seonho yang awalnya tak tertarik bahkan akhirnya juga ikut-ikutan. Setelah lontaran pertanyaan dari Guanlin tadi, Daehwi dan Hyungseob buru-buru menyusul keduanya untuk menguping. Seonho, Jihoon, dan Euiwoong mau tak mau mengikuti, sementara geng Guanlin tetap di beranda.

"Buat apa sih nguping pembicaraan orang," bisik Euiwoong.

"Sssttt....," Daehwi menaruh telunjuk di depan bibir sebagai tanda agar diam.

"Ngomong-ngomong tuan, soal kejadian 8 tahun yang lalu, kami benar-benar turut menyesal."

Mendengar kata 8 tahun yang lalu Seonho menajamkan pendengarannya.

"Seandainya malam itu kami juga di rumah tuan Kim Seunjong, mungkin kami bisa mencegah tuan Eunsung mengamuk."

Tuan Taedong terdiam beberapa saat lalu,"Sudahlah, itu sudah kejadian lama, justru kalau kalian berdua juga di rumah itu mungkin kalian tak akan selamat, bersyukurlah."

Dari ucapan itu Seonho sudah menarik kesimpulan bahwa kedua orang itu adalah pasangan pembantu rumah tangga tuan Kim Seunjong yang pergi ke Gangwoon-Do saat kejadian itu terjadi.

"Sekali lagi terima kasih untuk semua bantuan yang tuan berikan, kami benar-benar berhutang budi dengan tuan."

"Tidak perlu merasa seperti itu, kalian sudah seperti keluarga juga bagi hyung."

Percakapan terus berlanjut seputar obrolan keseharian pasangan itu dengan pekerjaanya. Sepanjang percakapan ini Seonho sangat jarang mendengar suara suami wanita itu, suarnya hana terdengar saat tuan Taedong bertanya langsung padanya dan saat berpamitan. Berpamitan???

Buru-buru geng Seonho berlari tanpa suara saat terdengar suara halus wanita mengucapkan, "Kami harus undur diri sekarang, terima kasih tuan."

Seperti dikejar anjing mereka berlari kencang ke beranda. Tapi sial sungguh sial, Daehwi tersandung dan menubruk Euiwoong yang berlari di depannya. Hyungseob dan Jihoon yang tak siap berhenti mendadak juga ikut menindih dua dongsaengnya. Hanya Seonho yang bisa berhenti tepat waktu.

"Berat woy," teriak Euiwoong yang berada paling paling bawah.

"Salah sendiri berhenti dadakan," kesal Hyungseob.

"Seonho kok berdiri? Gak adil ah," seru Daehwi lalu menarik kaki Seonho secara tiba-tiba hingga hilang keseimbangan dan ikut menubruk mereka berempat.

"WHAT THE...," teriak Euiwoong, "SHIT YOU DAE.....," umpatnya kencang. Jelas dia yang paling menderita karena posisinya yang paling bawah.

"Kau kan bantet sih Ung, itung-itung ngempesin lemak," celetuk Daehwi asal.

"Mereka ngapain sih, kok tindih-tindihan," kata Samuel.

"Entahlah," jawab Woojin.

"Jadi pengen ikutan," gurau Haknyeon.

Woojin langsung memelototi Haknyeon dan hanya dibalas dengan cengiran lebar.

"Ribut, rewel, berisik, malu-maluin pula," kata Samuel sambil melirik geng Seonho yang masih heboh sendiri.

"Aku jadi ingat dulu waktu kita masih manusia biasa, kita berlima sering main hal absurd seperti itu juga," kenang Haknyeon, ia melirik Guanlin dan Jinyoung yang duduk bersebelahan, "Bahkan si es batu dalam keluarga kita dulu masih suka main kejar-kejaran dan petak umpet, bukannya dulu ada yang menangis karena selalu kalah,"bola mata Haknyeon berhenti pada Jinyoung, sementara Jinyoung tak menunjukkan ekspresi apapun.

Let's PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang