Makan Malam

1.2K 234 46
                                    


"Kau sungguh mengatakan hal itu?" tanya Woojin. Setelah berpisah dengan Hyungseob, ia bertemu dengan Jinyoung dan Jihoon di lantai 3. Tapi paras Jihoon yang berkerut memaksa Woojin melontarkan pertanyaan perihal ekspresi Jihoon pada Jinyoung setelah laki-laki itu pamit pergi.

Dan di luar dugaan, dongsaengnya itu mengatakan hal yang membuatnya terpaku sesaat. Mengatakan seorang Haknyeon psikopat? Unpredictable...

"Aku hanya membuat pekerjaanmu lebih mudah hyung," jawab Jinyoung, "Mereka tak akan diam tanpa diberi jawaban."

Sungguh Woojin tak tahu harus mengatakan apa, ia bahkan tak memikirkan alasan sampai sejauh itu.

"Don't think to much, take it easy," ujar Jinyoung santai.

Woojin menghela nafas keras, baiklah, jika jawaban itu bisa membuat geng holmes mematuhi perintahnya menjauhkan Euiwoong dari Haknyeon, biarkan saja..... Bukan saatnya peduli pada perasaan Haknyeon. Perasaan saudaranya itu harus dicegah, pangkas sebelum tumbuh menjadi kuncup. Intinya ia tak akan biarkan Haknyeon melangkah lebih jauh dari ini. Katakanlah Woojin kejam, tapi ini memang saatnya menjadi kejam. Katakanlah ia egois karena hanya memikirkan kehidupan sebagai makhluk malam, tapi ia tak ingin ada kekacauan karena rahasia mereka terbongkar.

"Baiklah,.... kalau begitu sebaiknya kita pulang sekarang."

$%^&*()

.

.

.

Seonho menghela nafas jengah, sudah hampir sepuluh menit ia, Euiwoong, Hyungseob, dan Jihoon menunggu Daehwi di luar pagar. Ia melirik jam tangannya dan menghela nafas sekali lagi. Ia sudah menduga ini dan sengaja menunggu di luar rumah agar sahabatnya yang satu itu punya kesadaran untuk bergegas. Tapi faktanya? Taktiknya 100% tak mempan.

Jam karet ! satu kata yang paling menggambarkan Daehwi selain 'cerewet' dan 'Berisik'. Seonho tak tahu Daehwi mandi dengan sabun apa atau cara mandinya seperti dia, dan dia tak peduli. Tapi kalau sudah membuatnya menunggu begini bagaimana bisa dia tak penasaran?

"Maaf lama," akhirnya yang ditunggu membuka pagar. Harum khas bau sabun mandi bercampur bau parfum menyeruak menggelitik indra penciuman Seonho. Ah..., Seonho menyukainya.

"Kau pakai parfum berapa botol sih?" sindir Euiwoong.

"Maklum parfum mahal, pakai sedikit baunya bisa sampai jarak 500 meter."

Euiwoong tampak ingin mencibir lagi, tapi Seonho buru-buru menyela.

"Ayo jalan, kita sudah ditunggu dari tadi," Seonho berjalan ke arah motornya, memakai helm dan naik ke sadel motor. Ia sudah siap begitu juga ke tiga temannya yang lain, tapi Daehwi tampak kikuk.

"Kau naik motor balap itu?" telunjuknya mengarah ke motor Seonho, "Motormu yang biasanya kemana?" Daehwi heran saja, pasalnya motor balap merah itu sangat jarang ia keluarkan dari garasi sejak Seonho masuk SMA dan memutuskan berhenti dari hobby balapnya. Bukan balapan liar seperti remaja umumnya, Seonho hanya suka berkendara menjelajah ke sudut-sudut kota dengan kecepatan tinggi, sesekali juga dia adu cepat dengan Minhyun, sunbaenya saat SMP. Tapi hobbynya itu hanya berjalan selama 3 bulan. Dan sejujurnya Daehwi cukup terpukau dengan penampilan Seonho malam ini yang cukup manly. Kalau imajenya begini, mana bisa dia mengucel-ngucel pipi berisi sahabatnya itu?

"Terpesonanya bisa nanti saja tuan Lee?"seru Seonho.

"Mau berdiri di situ sampai kapan? Cepat naik," perintah Euiwoong yang berada di goncengan Jihoon, sementara Hyungseob sendirian.

Let's PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang