Gone

625 97 39
                                    

Dua pasang kaki tak henti berlari sejak setengah jam yang lalu. Menembus pepohonan dan dinginnya kabut. Nafas Haknyeon terengah-engah, karena ia membawa beban di punggungnya. Tapi mereka tak bisa berhenti sekarang, karena serangga-serangga sebesar ibu jari yang entah muncul dari mana, sedang mengejar mereka.

"Biar aku hadapi mereka."

Samuel berhenti dan berbalik ke belakang, menatap kawanan serangga yang hendak menyerbunya. Samuel mengambil nafas dalam, memejamkan matanya, lalu kedua iris matanya berubah merah. Kawanan serangga itu mendadak berhenti seolah terhipnotis. Detik selanjutnya Samuel mengeluarkan teriakan nyaring yang membuat serangga-serangga itu berputar-putar panik, saling menubruk satu sama lain, bahkan berakhir saling membunuh.

Sebagian serangga berhasil pergi dan kabur. Begitu serangga terakhir lolos, barulah mata Samuel kembali normal. Ia pun kembali menyusul Haknyeon.

"Hyung, apa masih jauh ?"

"Sedikit lagi."

Dan benar saja, tak lama, mereka sampai di depan hamparan tanaman liar tinggi lebat.

"Ini hanya tanaman liar kan ?" ujar Samuel. Pengalaman lalu-lalu di hutan ini membuatnya tak bisa percaya apapun bahkan rumput sekalipun.

"Sebaiknya kita cek."

"Biar aku saja hyung."

Samuel mendekat mengarahkan pisau pada salah satu daun yang menjuntai, tapi terdengar bunyi ting.

"Sialan, bagian tulang daunnya keras dan ujung atasnya tajam. Apa tak ada tanaman normal di hutan ini." Samuel menyentuh lagi dengan pisaunya untuk memastikan lagi, "Tulang daun bagian bawah tidak seberapa keras tapi agak besar, sementara semakin ke atas makin ramping dan tajam."

"Coba potong."

Samuel menebas satu daun dari bawah, tapi daun itu tumbuh lagi perlahan.

"APA ?"

"Coba lagi sam."

Samuel memotong daun yang sama lagi dan kali ini daunnya tumbuh lebih cepat.

"Semakin di tebas semakin cepat dia tumbuh," itu ungkapan yang dikatakan Donghyun sebelum mereka berangkat. Jadi ini tanaman yang dimaksud.

Haknyeon menatap jam tangannya, "Potong lagi yang sebelahnya," dan Samuel melakukan yang Haknyeon perintahkan.

"20 detik, waktu masing-masing untuk tumbuh sempurna, kalau kau potong ,waktunya berkurang tiga detik."

"Jadi kita harus menebas secepat itu ?" Samuel ternganga, ini terlalu beresiko. Sangat beresiko.

Samuel menyeret pisaunya dari atas ke bawah ke tulang daun, "Di sini, harus dipotong di bawah batas ini," Samuel menunjukkan kira-kira seberapa rendah mereka harus memotong tanaman agar bisa lewat dengan sedikit aman.

"Kau berjaga di belakang, aku di depan."

"Apa tak masalah hyung menggendong Guanlin hyung."

"Aku bisa menebas cepat."

"Aku saja, bagaimanapun hyung akan kesulitan."

"Kau tak cukup cepat."

"Lalu apa bedanya dengan hyung yang membawa nyawa di punggung ! Aku tak selemah itu cuma buat menebas rumput."

Haknyeon memukul kepala adiknya itu keras, berharap keras kepalanya juga bisa hancur sekalian, "Cuma rumput kepalamu ! Kau telat sedikit kita bertiga bisa jadi sate cincang."

"Aww..... Hyung, lalu bagaimana ?"

"Kau bisa gendong Guanlin ? Badannya ringan, lemaknya sudah banyak dimakan bunga sialan tadi, focus saja menggendongnya di belakangku, biar aku yang mengurus depan."

Let's PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang