Para Keluarga

1.5K 250 20
                                        

Woojin membuka pintu perlahan, kepalanya melongok ke dalam dan menemukan Guanlin duduk diam di kursi kayu. Di tempat tidur, Jinyoung menselonjorkan kakinya sambil membaca buku tebal seukuran A5.

Woojin menutup pintu lalu mendekat ke kursi kayu, "Besok kita akan kembali ke Seoul, kau mau mendekam di kamar saja?"

Guanlin menoleh sekilas lalu kembali menatap hiasan dinding, "Pergilah ke ruang santai, semua orang menunggumu."

"Kau dan Jinyoung juga ditunggu."

Guanlin memejamkan matanya, "Pergilah."

"Kau tak akan mendengarkanku?"

"Aku selalu mendengarkanmu hyung," jawabnya masih dengan memejamkan mata.

"Kalau begitu ikutlah."

Guanlin membuka matanya dan menatap Woojin jengah, "Pergilah."

"Kau tak ingin berbicara baik-baik dengan Haknyeon ? kau tak ingin berdamai? Dia sangat marah."

"Karena aku hampir mencelakai Euiwoong?"

Woojin mengerutkan kening, "Maksudmu?"

"Kau tak melihat matanya? Sinar mata itu...., " Guanlin menatap Woojin lekat-lekat.

Woojin menghela nafas pelan, "Aku tak ingin memikirkan itu sekarang."

"Kau tak bisa mengabaikan itu suatu hari nanti hyung."

"Sudahlah Guan, aku hanya tak ingin kalian seperti ini," Woojin menghentikan kalimatnya sebentar, "Sejujurnya aku juga masih sangat penasaran kenapa kau melakukan semua ini?"

Guanlin membuka matanya perlahan, jari-jarinya yang panjang mencengkram pegangan kursi lebih erat, "Bermain-main," jawabnya tanpa beban, "Kalau kupikir-kupikir bisa juga untuk referensi ide naskah pementasan festival musim panas."

"Kau serius?"

Guanlin menoleh, menatap Woojin yakin, "Kau mencuri soal ujian untuk bermain-main juga kan hyung, jadi aku bermain-main dengan caraku sendiri."

"Secara tak langsung kau berkompetisi dengan Seonho untuk memecahkan kasus ini? kau sendiri yang bilang meski memberinya petunjuk tapi di saat bersamaan kau juga mencari kebenarannya."

Guanlin hanya menjawabnya dengan tersenyum kecil.

Woojin menoleh ke Jinyoung yang masih setia dengan buku bacaanya, "Dan kenapa Jinyoung mau terlibat? Kau memaksanya?"

Jinyoung mengangkat wajahnya, menaruh bukunya di paha, dan berujar dingin, "Aku hanya ingin tahu sejauh mana mereka bisa menggunakan otak mereka."

Woojin menatap Jinyoung dan Guanlin bergantian, kemudian dengan cepat ia menggelengkan kepala, "Aku tak tahu kalian bisa sekompak ini."

"Dia adik kandungku, wajar kan kalau pemikiran kami sama," ujar Guanlin santai.

Baru saja Woojin akan menjawab, seseorang membuka pintu dengan kasar, "Hyungseob mencarimu, dia sedang di ruang santai dengan yang lain,"ujar Haknyeon datar. Tangannya masih memegang kenop pintu.

Tanpa sengaja Guanlin bersitatap dengan Haknyeon. Sinar mata Haknyeon begitu dingin dan Guanlin membalas dengan sama dinginnya. Aura permusuhan diantara keduanya terasa semakin suram. Saling tatap itu tak berlangsung lama, dan Haknyeon lah yang pertama kali memutus tatapan,"Cepat pergilah dari sini jin, bicara dengan batu hanya membuang-buang waktu,"Haknyeon menutup pintu dengan keras hingga menimbulkan suara berdebum.

Sekali lagi Woojin membuang nafas keras, "Aku akan pergi, kau menyusullah." Woojin berjalan pergi setelah menepuk-nepuk bahu Guanlin. Ketika dia membuka pintu, ia sedikit tersentak karena ternyata Samuel berdiri di depan pintu.

Let's PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang