Let's Play

Feeling

Euiwoong tidak ingat sejak kapan ia ketiduran, yang jelas sekarang dia terbangun di kamar yang asing. Tangannya bergerak mengucek sebelah matanya yang berkabut.

Baru Euiwoong sadari ia bertelanjang dada dan perutnya sudah berbalut perban. Tangannya meraba luka di perutnya. Ternyata seseorang sudah mengobati lukanya selama dia tertidur. Sekarang rasanya jauh lebih baik, masih ngilu tapi tidak seburuk saat masih di rumah Youngmin.

Sesuai rencana, Jinhyuk menemukan Euiwoong di pinggir jalan bersama handphone Jinwoo tergeletak tak jauh darinya. Keadaan yang semula hening berubah sedikit ribut. Beberapa orang heboh menyuruh membawa ke rumah sakit tapi Jinhyuk tak bicara sedikitpun. Ia melepas jaketnya, melemparnya ke tanah dan langsung menggendong Euiwoong. Seolah itu isyarat komando, salah satu kawannya langsung melepas jaket dan mengikat dua jaket itu menjadi satu.

Euiwoong didudukkan di jok belakang kemudian Jinhyuk duduk di sadel depan mengarahkan kedua tangan Euiwoong untuk memeluknya erat. Seorang kawannya lalu mengikat pinggang mereka menggunakan jaket yang sudah disambung. Jujur Euiwoong merasa luar biasa risih sekaligus takut. Gengnya memang sering memainkan scenario ketika proses memecahkan kasus, tapi tidak pernah sebusuk ini.

Jinhyuk kemudian membawanya pergi, melesat cepat membelah angin malam. Dalam perjalanan itu Euiwoong ketiduran karena kelelahan.

Perlahan Euiwoong memaksa duduk meski sekilas ruangan serasa berguncang. Untuk sesaat matanya berkunang-kunang dan seisi ruangan terlihat kabur. Butuh beberapa saat hingga pandangannya stabil.

Hal pertama yang ia tangkap adalah gelap karena lampu ruangan mati. Euiwoong merangkak pelan, menyalakan lampu tidur di atas meja nakas. Seketika kilau cahaya kuning menyala remang, membuatnya bisa melihat seisi kamar walau tidak begitu jelas.

Ada koleksi puluhan gundam yang disimpan rapi dalam lemari kaca ukuran sedang di pojok ruangan. Beberapa merupakan koleksi langka dan harganya selangit. Euiwoong ingin menangis rasanya melihat salah satu gundam langka yang dulu sangat ia inginkan. Tapi apa daya orang tuanya tidak mau memberinya uang cuma-cuma untuk membeli robot-robot yang kata mereka tidak berguna.

Pandangan Euiwoong menelisik dekorasi kamar yang sedikit mengingatkannya dengan kamar Daehwi yang serba manis. Ada boneka pororo besar di sebelah meja nakas dan jam weker lucu berbentuk strawberry. Seprei kasurnya juga bergambar pororo. Apa ini kamar Jinhyuk ? sungguh ? kamar ketua geng semanis ini ?

"Eh, kau bangun ?" ujar sebuah suara bersamaan masuknya angin dingin yang berhembus semilir.

Euiwoong menoleh ke pintu kaca yang menjadi penghubung dengan balkon. Kelopak matanya melebar dan jantungnya serasa dipompa cepat melihat sosok tegap yang kini menutup daun pintu. Laki-laki itu menutup tirai dan berjalan menuju tempat tidur. Semakin sosok itu mendekat semakin jatung Euiwoong berdetak tak karuan. Kedua tangannya gemetar gugup di balik selimut.

Laki-laki itu menarik kursi belajar dan meletakkannya di dekat tempat tidur. "Bagaimana keadaanmu ? sudah merasa baikan ?"tanyanya dengan senyum lembut.

"Ah.., ya..ya, sudah lebih baik."Euiwoong tersenyum kikuk. Ia tak terbiasa berakting seperti ini dan sama payahnya dengan Seonho soal berbasa-basi atau menanggapi percakapan.

"Maaf kalau ini mendadak padahal kau mungkin masih butuh istirahat, tapi bisa ceritakan apa yang sudah terjadi ? adikku menghilang dan aku tak bisa tenang sedetikpun sekarang !" Raut wajah laki-laki itu berubah cemas. Mata dan hidungnya sedikit merah seperti bekas menangis.

Euiwoong merasa sangat bersalah sekaligus iba. Ia sama sekali tak menyangka mendapati reaksi seperti ini dari ketua berandalan sekolah. Sedari masih di rumah Youngmin Euiwoong sudah menyiapkan mental karena berpikir jika gurat kemarahan dan umpatan-umpatan yang akan ia hadapi. Tapi kenyataanya sekarang berbanding terbalik dan ia bingung harus bereaksi bagaimana.