Vampire

1.2K 202 47
                                    


Guanlin bergegas turun ke bawah karena kedatangan tamunya yang tak terduga. Mengabaikan Woojin yang mengikuti dibelakangnya. Bohong jika Guanlin tak merasakan kepanikan sedikitpun. Langkahnya semakin cepat menapaki karpet merah ruang tamu menuju pintu.

Terdengar suara ketukan agak keras dari luar, pasti itu Daehwi. Anak itu kenapa juga ikut terlibat? Mungkinkah Seonho sudah mengatakan sesuatu pada Daehwi? Tapi untuk apa malam-malam begini mereka datang kemari?

"Pergilah ke kamar, jangan keluar sedikitpun," tegas Guanlin pada Woojin sebelum tangannya menyentuh kenop pintu.

"Tapi...."

"Rambutmu... !!!," desak Guanlin, "Aku tidak mau ada pertanyaan yang lebih menyebalkan sekarang ini, suruh Haknyeon dan Samuel untuk tetap di kamar juga !"

Guanlin sadar ia melupakan sopan santunnya, mendesak Woojin cukup keras seolah ia bicara dengan Jinyoung. Sebagai seorang Lai ini agak memalukan karena secara langsung ia menunjukkan seberapa ia tak bisa menguasai diri.

"Baiklah," usai berkata demikian Woojin segera naik ke lantai dua. Begitu Woojin sudah tak terlihat Guanlin meraih kenop pintu, menarik nafas sebentar sebelum memutar dan mendorongnya hingga terbuka.

Tampak Daehwi cukup terkejut karena pintu yang mendadak dibuka, sementara Seonho yang berdiri persis disebelahnya, tampak biasa saja, tetap dengan wajah datar.

"Kalian berdua.... kenapa malam-malam datang ke sini? Ada sesuatu?" tanya Guanlin dengan senyum kecil.

"Aku hanya ingin membicarakan masalah musik untuk pertunjukkan klub," jawab Seonho datar. Ditangannya ada gulungan kertas berwarna putih dan flasdisk.

"Oh ya... dan dimana Samuel? Aku ingin bertemu dengannya," ujar Daehwi semangat sambil melongok ke balik bahu Guanlin.

"Bukankah pertunjukkan itu masih satu bulan lagi? Dan Samuel sudah tidur di kamarnya," jawab Guanlin.

"Kau tahu aku tak suka menunda-nunda hyung," jawaban Seonho terdengar sedikit mendesak, "Sebaiknya segera kita selesaikan ini, cepat periksa dan aku bisa segera merevisinya."

"Bukankah ini terlalu malam? Sebaiknya kita bahas ini besok."

"Masalahnya aku besok ada janji, dan sebulan ini aku ada project, makanya aku mau menyelesaikan ini secepatnya dan repot-repot datang ke sini malam-malam," jawab Seonho.

Guanlin terdiam sebentar, memikirkan cara yang lain agar mereka bisa segera pergi tanpa menimbulkan kecurigaan. Jelas mereka sudah tahu ada hal yang aneh dengan keluarganya dan Guanlin juga sadar partitur musik itu hanyalah kedok untuk mereka bisa datang ke sini dan mengorek informasi. Tapi jika ia terlalu menunjukkan penolakan kecurigaan mereka akna semakin menjadi-jadi.

"Sunbae mau membiarkan kita berdiri di depan pintu saja?" kalimat Daehwi membuat Guanlin yang sedang berpikir agak tersentak.

"Oh, kalau begitu masuklah."

Daehwi masuk lebih dulu dan langsung berdecak kagum melihat perabotan-perabotan rumah yang terlihat mahal, seperti guci besar antik di sudut ruangan, juga lampu kristal yang bergelantungan di udara, memancarkan cahaya putih dengan kemilau keperakan. Dindingnya berwarna putih bersih dengan dua kepala rusa yang disusun sejajar di dinding belakang sofa panjang, sebuah lukisan alam berada di tengah-tengahnya, juga pedang yang disusun bersilang sebagai hiasan di sisi dinding yang berlawanan.

Daehwi dan Seonho duduk di sofa panjang, di depan mereka dua sofa tunggal disusun sejajar dan saling menempel, sementara Guanlin duduk di sofa tunggal yang mengarah ke pintu.

Let's PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang