Prolog

868 87 36
                                    

"Kau tahu, awal masuk sekolah menengah ini aku sangat senang. Aku satu sekolah denganmu setelah sekian lama kita tidak bertemu."

***

Matahari pagi membuat beberapa siswa baru yang berdiri di lapangan mengernyit silau. Tepat di hari Kamis, Masa Orientasi Siswa yang wajib dilaksanakan setiap sekolah berakhir sudah. Perempuan itu mengelap keringatnya yang menetes di dahi. Instruksi dari salah satu osis membuatnya menghela napas lega, setidaknya ia nanti akan mengucapkan terima kasih ke kakak osis itu karena sudah menempatkannya di tempat yang terhindar dari cahaya matahari.

Namanya Refanola Aretha. Biasa dipanggil Nola. Perempuan dengan wajah polos namun galak. Tak jua ia pun cantik, dengan rambut hitam sebahu dan bola mata cokelat pekat di mata bulatnya, bibir tipis berwarna merah jambu, dan kulit putih bagaikan orang asing. Nola mempunyai satu adik laki-laki yang bernama Adrian Renoval. Hanya beda satu tahun saja dari umurnya.

Mata perempuan itu berbinar, tatkala ketua osis berdiri di depan untuk mengumumkan sesuatu. Ketua osis yang bernama Julian, dengan ketampanan yang luar biasa membuat perempuan mana pun akan meleleh layaknya es batu yang terkena panas.

"Ini hari terakhir kalian melakukan MOS, jadi saya akan memilih beberapa dari kalian untuk maju ke depan dan melakukan games. Saya memilihnya tidak acak, ini semua sudah didata oleh kakak-kakak yang lain dan yang menang akan saya angkat menjadi raja dan ratu di SMA Xalena ini," ucap Julian dengan rambut cokelatnya yang terkena matahari.

Setelah itu Julian mulai menyebutkan nama murid-murid yang sudah mereka data untuk maju. "Nola dan Galang, Fara dan Juna, Desri dan Kai. Silakan maju ke depan," ucap Julian setelah menyebutkan tiga dari tujuh pasangan yang dia sebutkan.

"Jadi games yang harus kalian lakukan adalah mencari selembar kertas berwarna kuning yang sudah kami letakkan di daerah sini. Satu aja jangan banyak-banyak. Kalian harus mencari kertas itu dalam sepuluh menit lalu baca perintahnya dan lakukan berdua. Paham?"

"Paham!!" Balas siswa yang mengikuti games tersebut.

"Dimulai dari sekarang. Yang tidak mengikuti games kalian dibebaskan." Siswa yang tidak mengikuti games bersorak kegirangan. Sedangkan yang mengikuti segera berpencar mencari kertas kuning itu.

Nola menghela napas, ia mulai mencari apa yang tadi dikatakan oleh Julian. Mencarinya dalam diam tanpa peduli pasangannya sedang di mana dan sedang apa karena saat mereka terpisah dibubarkan oleh Julian, Nola belum sempat melihat wajah pasangannya itu.

Beberapa menit tidak menemukannya, ia kesal sendiri. Perempuan itu celingak-celinguk.

"Fara!!" Panggil Nola yang tidak sengaja melihat Fara berjalan di depannya.

Fara –sahabat dari SMP-nya datang menghampiri. "Kenapa?"

"Tadi nama pasangan gue siapa?"

"Siapa, ya? Gue juga lupa. Ga- Ga- Ga apa sih? Pokoknya depannya Ga."

"Ganteng?"

"Bukan tolol, Gal- Galang!! Iya, Galang!"

Nola diam, tubuhnya membeku. "Galang?"

Fara mengangguk. "Dia di sana tuh lagi duduk, kayanya sih."

Tanpa banyak bertanya lagi, Nola segera menghampiri. Ia melihat laki-laki dengan rambut hitam tebal itu sedang menunduk, memainkan rumput. Tubuh belakangnya disandarkan ke batang pohon besar.

Nola melangkah dengan perlahan.

"Galang," panggilnya pelan.

Laki-laki itu mendongak, matanya mengernyit karena sinar matahari. "Oh, lo pasangan gue ya?" Tebak Galang.

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang