26| Direstui? Seriusan?

126 15 2
                                    

"Aku akan menemukan seseorang yang lebih darimu. Yang mencintaiku lebih dari caraku mencintaimu dulu."

***

"Tadi itu nyokap lo?" tanya Nola sembari membersihkan luka yang ada dijari-jari Galang.

Galang mengangguk.

"Cantik ya dia. Pantas aja Rani sama kakak lo juga cantik."

Galang diam.

Nola menghela napas. "Ada apa sebenarnya?" tanya Nola lagi.

Galang kembali menceritakan semua masalahnya ke Nola. Dari keluarganya yang ingin menyatu, Galang yang mendukung apa pun yang dilakukan oleh Papanya, sampai Fanya ternyata kakak tirinya.

Nola menatap wajah Galang. "Lo serius?"

Galang mengangguk.

"Ternyata lo pacaran sama kakak tiri lo?"

Lagi, Galang mengangguk.

"Lo nggak apa-apa?"

Galang mengernyit. "Emang gue kenapa?"

"Lo masih syok, nggak sampai terkena gangguan jiwa, kan?"

Galang tertawa, mengusap rambut Nola. "Kok, pikiran lo cetek banget, sih?"

"Ih! Siapa tahu aja kali."

"Nggak mungkin lah. Kalau gue gangguan jiwa nanti lo pergi ninggalin gue."

Nola tersenyum. "Pasti!"

Galang melebarkan matanya. "Tuh, kan! Lo, mah, nggak setia."

Nola tertawa.

***

Nola turun dari mobil Galang. Galang pun ikut turun yang membuat Nola was-was sendiri karena Galang berhenti tepat di depan rumahnya, sewaktu-waktu pasti Rey akan ke luar dari rumah. Galang memperhatikan Nola yang sedang sibuk entah apa yang perempuan itu lakukan. Bola mata perempuan itu sibuk ke sana ke mari seperti takut akan sesuatu.

Yang dikhawatirkan, akhirnya muncul. Rey ke luar dari rumah dengan kedua tangannya yang berkacak pinggang, tatapan matanya tajam menatap Galang.

"Kamu lagi!" ucap Rey. "Kamu kepala batu ya!"

Nola mengembuskan napas, kenapa Papanya sangat overprotektif sekali.

"Kepala saya tengkorak, Om, bukan batu," balas Galang seraya tersenyum.

Lagi, Nola mengembuskan napas, kenapa ia bisa mempunyai pacar seperti Galang. Sudah tahu ada macan di hadapannya, masih diladeni saja bukannya kabur.

"Terserah kamu!" Rey melirik Nola. "Nola, masuk!!"

"Tapi, Pa-"

"Masuk!!!"

Nola menatap Galang yang dibalas anggukan oleh laki-laki itu. Nola pun melangkah masuk ke dalam gerbang secara perlahan, sebelum masuk ia memberi kiss bye tanpa sepengetahuan Rey yang dibalas Galang dengan senyuman.

Setelah Nola benar-benar masuk ke dalam rumah, Galang kembali menatap Rey dengan tenang.

"Besok kamu datang ke sini jam tujuh malam," ucap Rey dengan nada yang sangat tegas.

Galang membulatkan matanya. "Ada apa, Om?"

"Datang aja kenapa, sih! Pakai nanya mulu!" ucap Rey lalu membalikkan badan, masuk ke rumah.

Galang menggaruk kepalanya yang entah kenapa tiba-tiba gatal. "Gue udah direstui? Nggak salah?" gumamnya sambil memandang Rey yang baru saja menutup pintu.

Dering ponsel disaku jaket membuat Galang tersentak. Ia menekan tombol hijau yang langsung tersambung dengan si penelpon.

"Lang, Reisa-"

"Kenapa sama Reisa, Ma?" Galang panik sendiri.

"Jantungnya Reisa udah berdetak nggak normal."

Galang memejamkan matanya. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket lagi, langsung mengendarai mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi.

Lo pasti kuat, Kak.

***

Nola membuka pintu kamarnya, ia melihat laki-laki bertenjang dada tidur di kasurnya. Nola membulatkan mata, ia langsung melempar sling bag ke atas perut Azra.

"Aw!" Azra yang sedang memainkan ponselnya, menatap Nola dengan kesal. "Sakit goblok!"

Nola menjulurkan lidah, lalu membuka lemari. Ia mengambil piyama berwarna putih susu bergambar burung hitam, lalu masuk ke toilet.

Setelah beberapa menit di dalam toilet. Nola ke luar dengan piyama yang sudah menempel di tubuhnya, rambut panjangnya yang digerai sudah ia cepol asal, dan wajahnya terdapat beberapa tetes air bahwa ia habis mencuci muka.

Nola naik ke tempat tidur dan duduk bersila di samping Azra yang yang masih berbaring seraya memainkan ponselnya.

"Kok, Kakak di kamar aku, sih?" tanya Nola.

"Kamar lo adem."

"Kamar Kakak?"

"Ac-nya mati."

"Terus Kakak tidur mana?"

"Kamar Noval."

Nola mengangguk, ia berbaring dengan perut Azra sebagai bantalannya. Agak keras tapi enak.

Eh?

"Habis dari mana lo?" tanya Azra menunduk, melirik Nola yang sedang menatap dinding dengan pandangan kosong.

"Dari rumah sakit."

"Siapa yang sakit?"

"Kakaknya Galang kecelakaan."

"Parah?"

Nola mengangkat bahunya. "Aku nggak tahu, Galang belum hubungin aku lagi. Tadi pas aku ke sana, dokter belum keluar dari ruangan Kak Reisa. Terus aku keburu ditarik sama Galang buat nenangin dia."

Azra tidak menjawab, ia hanya mendengarkan saja.

"Kak, keluarga yang sudah hancur bisa bersatu lagi nggak?" tanya Nola.

"Bisa," jawab Azra.

"Gimana caranya?"

"Menerima semua kesalahan yang membuat keluarga itu hancur dengan ikhlas, anggap aja kesalahan kemarin tidak terjadi."

"Tapi, kan, nggak semudah itu, Kak."

"Ya makanya dicoba." Azra memukul kepala Nola dengan ponsel yang sedang dimainkan.

"Aw!" Nola mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit.

Azra menyingkirkan kepala Nola seenak jidat yang membuat Nola berdecak karena kepalanya terjatuh begitu saja ke tempat tidur. Perempuan itu mematikan lampu tidurnya saat Azra benar-benar ke luar dari kamarnya.

Sebelum memejamkan mata, ia mengambil ponsel dan mengetikkan sesuatu di sana. Baru setelah itu ia tertidur.

Nola: Jangan lupa istirahat

Send to Galang.

***

🎵BTS - Best of me

14:10, 11 Mei 2018.

Stories About Our Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang